UNEXPECTED

42 10 0
                                    

Bersamaan dengan turunnya hujan, aku memeluknya lebih erat dan semakin erat.

Kuputuskan untuk tidak pergi kemanapun meski dunia tak memberi restu. Dia adalah segalanya dan aku bersumpah pada apapun bahwa bahkan ikatan ini tidak dapat diputuskan oleh apapun, termasuk pernikahanku dengan orang lain yang telah berjalan dua tahun. Kala itu dia datang, duduk di bangku paling depan saat aku berikrar janji dengan wanita pilihan kedua orang tuaku. Sampai saat ini tidak ada niatku untuk melepasnya pergi meski sudah ratusan kali dia memintaku untuk menjauh demi kebaikan keluarga kecilku.

Bersamaan dengan gemuruh halilintar, aku mengutuk semesta karena tak ada yang berpihak pada kita.

Mengetahui bahwa kami berdua memang tidak seharusnya bersama membuatku semakin yakin bahwa aku harus mempertahankan hubungan ini. Anggap saja aku adalah pelanggar aturan tidak tertulis. Biar saja orang memandangku sebagai manusia yang tak tahu norma. Apapun akan aku terima selama aku masih bisa tetap bersanding dengannya sebagai seorang kekasih.

"Aku benar-benar berjanji akan bercerai dengannya setelah tiga tahun usia pernikahan." Kataku memeluknya erat, dibalik selimut tebal di kamarnya.

"Tidak perlu berjanji. Aku benar-benar akan membencimu seumur hidupku jika kau mengingkari. lebih baik jalani saja apa yang sudah ada. Aku benar-benar tidak masalah jika selamanya seperti ini." Balasnya, suaranya agak bergetar.

"Sudah tertulis di dalam kontrak pernikahan kami. Tidak perlu khawatir jika aku akan ingkar. Aku ini profesional."

"Terserah kau. Posisiku disini bukan sebagai yang bisa ikut campur dengan masalah rumah tanggamu." katanya.

Aku mengambil tangannya dan menggenggamnya erat, "Kau adalah milikku dan aku adalah milikmu. Selamanya akan seperti itu. Kau dan aku memang bukan diciptakan sebagai pasangan yang semestinya tapi ini adalah jalan terbaik yang bisa kulakukan untuk tetap bisa terus mencintaimu."

"Chanyeol-ah..." Panggilnya dengan suara yang sangat bergetar. Aku tahu yang dibutuhkan oleh seorang Kyungsoo saat ini adalah pelukkan paling hangat yang bisa ku berikan. Anggap saja aku egois tapi pernikahan itu tidak pernah kuinginkan. Jika saja ayahku tidak sakit dan memintaku untuk segera menikahi wanita pilihannya.

"Tidak apa. Aku akan terus disini dan bersedia untuk datang kapanpun kau membutuhkanku."

“Aku percaya padamu. Jadi, kumohon jangan hancurkan kepercayaan itu.”

“Tidak akan.”

Sebenarnya tidak ada yang mengetahui hubungan rahasia ini. Orang-orang menganggap kami hanya sebatas tetangga yang kenal sejak kecil. Istriku juga hanya sekedar tahu bahwa Kyungsoo adalah sahabatku, tidak lebih karena kami berdua sama-sama laki-laki. Tidak masuk akal baginya jika suaminya dan tetangga nan baik hati itu memiliki hubungan yang tidak wajar.

Perempuan itu terlalu naif untuk memahami konsep cinta sejati.

Perempuan itu terlalu naif untuk memahami konsep cinta sejati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku harus kembali. Aku akan kembali setelah urusanku selesai.” Ujarku meminta izin.

“Tidak perlu. Datang saja esok hari. Jujur saja aku sangat lelah hari ini.” Katanya, seperti menghindariku.

“Baiklah. Tapi jangan larang aku jika nanti malam aku menyelinap masuk.” Kyungsoo mengangguk dengan senyuman getir yang membuatku sakit hanya dengan melihatnya.

“Mari bercerai.” Katanya, menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat padaku.

Diam. Aku tidak bereaksi apapun. Aku bahagia mendengarnya tapi aku juga takut jika nanti Siyool dipandang sebelah mata karena menjadi seorang janda di usia pernikahannya yang baru berjalan dua tahun. Aku tidak sekejam itu.

“Mengapa? Bukankah kontrak pernikahan kita baru akan berakhir tahun depan?” Tanyaku.

“Aku tidak bisa hidup seperti ini dan aku sudah tidak tahan. Aku ini istrimu tapi sama sekali tidak ada niatmu untuk menyentuhku. Aku tahu aku hanya perempuan pilihan ayahmu tapi setidaknya belajarlah untuk mencintaiku. Aku memberimu waktu cukup lama tapi nyatanya, tidak ada yang berubah.” Katanya tenang, tanpa emosi berlebih. “Lepas aku dan berbahagialah dengan Kyungsoo.”

Bagaimana Siyool tahu?

“Bagaimana kau tahu?” Tanyaku.

“Aku ini tidak bodoh, Chanyeol-ah. Cara kalian memandang satu sama lain membuatku yakin bahwa selamanya tidak akan ada ruang dihatimu untukku.” Ujarnya menjelaskan.

“Siyool-ah… maafkan aku.”

“Yang seharusnya meminta maaf adalah aku, Chanyeol. Maaf karena telah menjadi penghalang kebahagiaanmu. Sekarang, jemput kebahagiaanmu. Aku tidak akan mengatakan apapun pada orang tuamu. Berbahagialah bersamanya.”

Tanpa disadari aku memeluknya erat, mengucapkan beribu terima kasih pada Siyool yang benar-benar rela berkorban untukku. Sungguh, aku merasa sebagai pengkhianat terkejam abad ini. Aku tidak lagi peduli akan reputasiku sebagai Chanyeol yang pengertian. Aku merelakan diri dicap sebagai manusia paling bodoh asalkan selamanya Kyungsoo tetap menjadi milikku.

“Aku berhutang padamu. Katakan saja kapanpun kau membutuhkan bantuanku.”

“Tentu saja.” Balas Siyool sebelum memberiku senyuman paling manis yang pernah ia berikan kepadaku.

THE END

LITTLE THINGS THEY DO - SHORT STORY COMPILATION OF CHANSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang