BESTF(R)IEND

94 14 0
                                    

Adu mulut.

Rutinitas harian dua insan yang bersaing untuk menjadi yang terbaik. Keduanya sama-sama didapuk sebagai siswa yang selalu bergantian menempati puncak.  Chanyeol dan Kyungsoo, dua siswa yang dimaksud, yang sama-sama lahir dari keluarga berada yang sama-sama mendapat beasiswa jalur prestasi yang sama-sama tidak tertandingi sejak awal hingga selesai. Keduanya sama-sama mendapat nilai tes masuk perguruan tinggi nyaris sempurna.

Sekarang, keduanya juga sama-sama menempuh pendidikan sarjana di Amerika, lebih tepatnya di University of California. Sialnya, keduanya tinggal di dalam satu ruang asrama yang sama. Bayangkan saja betapa kacaunya situasi mereka setiap hari — cekcok dengan berbagai macam alasan. Apalagi, menjelang ujian tiba. Keduanya sama-sama berlomba untuk mendapat nilai terbaik yang berujung selalu memperoleh nilai yang sama. Sebenarnya, keduanya sama-sama lelah, namun jika keduanya memutuskan untuk mengalah, ego masing-masing dari mereka sangat terluka.

Namun yang terjadi saat ini adalah yang seorang mengkhawatirkan lagi yang seorang. Salah satunya tidak bisa dengan tenang dan hanya mondar-mandir di depan ruang operasi darurat, menunggu hasil dari dokter yang sedang menanganinya. Kyungsoo baru saja kecelakaan hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Kyungsoo kehilangan banyak darah dan hal itu mengancam nyawanya. Chanyeol belum menghubungi keluarga Kyungsoo di Seoul, ingin memastikan terlebih dahulu keadaan Kyungsoo yang sebenarnya setelah operasi nanti.

Akhirnya setelah menunggu kurang lebih tiga puluh menit, dokter keluar dari ruang operasi. Dengan terburu, Chanyeol menanyakan keadaan rival abadinya itu. “Bagaimana keadaannya?”

“Untung saja kami berhasil menghentikan pendarahannya sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan transfusi. Hanya saja, besar kemungkinan untuknya mengalami amnesia ringan dan kemungkinan terburuknya adalah amnesia permanen. Kami baru akan bisa mengetahui hasilnya ketika pasien sudah sadar.” Kata dokter menjelaskan.

“Kapan dia akan sadar?”

“Tidak ada yang bisa dipastikan. Mari menunggu dengan sabar dan berharap keberuntungan berpihak padanya.” Kata dokter sebelum pergi untuk mengantar tubuh Kyungsoo yang berbaring tak sadarkan diri ke ruang ICU.

Sekarang sudah hari kedua dan Kyungsoo belum juga sadarkan diri. Chanyeol telah memberi kabar pada keluarga Kyungsoo dan mereka sudah tiba di California sejak semalam. Meski hanya kayak dan ibunya saja yang datang, setidaknya ada yang masih peduli pada kondisi Kyungsoo yang mengenaskan ini.

Chanyeol baru saja tiba dari kampus. Ia meminta bergantian untuk menjaga Kyungsoo dan menyilahkan keluarga Kyungsoo untuk makan karena sejak semalam hingga menjelang siang, mereka hanya sibuk mengkhawatirkan Kyungsoo tanpa mengkhawatirkan kesehatannya sendiri. Setelah berhasil membujuk ibu Kyungsoo, Chanyeol duduk di sebelah ranjang tempat Kyungsoo berbaring sambil menceritakan tentang harinya yang menyebalkan. “Kau tahu, Jordan McKane dan anteknya membuat kekacauan hari ini. Bisakah kau membayangkan seorang Profesor Darwin membentak mahasiswa? Padahal sebelumnya tidak pernah ada yang berani melawannya. Kali ini McKane memang keterlaluan.”

“...Bahkan Anne Tyler yang kita kenal pendiam itu juga ikut membentak perilaku sembrono McKane yang sudah dengan kurang ajarnya melecehkan Carey Sanchez di depan banyak orang. Aku juga tak habis pikir dengan perilakunya yang semakin tidak masuk akal.”

Saat sedang asyik bercerita, Kyungsoo menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sudah sadar. Chanyeol yang menyadari tanpa berpikir lebih panjang lagi langsung menekan tombol untuk memanggil dokter dan perawat. Bahkan sebelum dokter sampai, Kyungsoo sudah lebih dulu membuka matanya. “Kyungsoo-ya! Dokter akan segera kemari."

Dokter datang dengan diikuti dua perawat dan menyatakan Kyungsoo sudah seratus persen sadar. Sayangnya, ketakutannya itu terjadi. Kyungsoo harus menderita amnesia yang membuatnya tidak dapat mengingat apapun dan siapapun.

“Kau siapa?” Tanya Kyungsoo yang masih lemah.

“Aku Chanyeol, temanmu.” Balas Chanyeol, mengakui sebuah kebohongan perihal statusnya.

“Temanku? Aku punya teman? Tapi, siapa aku? Mengapa aku ada disini?”

“Namamu Do Kyungsoo. Kau berasal dari Seoul dan sekarang kau sedang berada di California untuk menempuh pendidikan lanjutan. Aku juga berasal dari tempat yang sama denganmu. Kita bahkan teman sekamar di asrama. Kita sudah berteman sejak sekolah menengah atas.”

“Mengapa aku ada disini? Mengapa sekujur tubuhku sakit sekali?” Tanya Kyungsoo.

Belum sempat menjawab, Ibu dan kakaknya tiba dan bercengkrama meskipun harus menjelaskan pada Kyungsoo perlahan tentang siapa mereka. Menyedihkan melihat kondisi Kyungsoo yang biasanya bertikai dengannya, berbalik tak mengenalnya. Seperti ada yang kurang dalam kehidupannya. Maklum saja, sebagian besar hari-harinya dihabiskan untuk bersaing dengan Kyungsoo.

Setelah kurang lebih tiga minggu menjalani masa pemulihan, Kyungsoo masuk ke kampus dengan membuat semua orang keheranan. Bukan karena rambutnya yang dipotong pendek melainkan kedekatannya dengan Chanyeol yang tidak biasa. Mereka semua terbiasa dengan keduanya yang bersaing ketat dan tak jarang juga beradu argumen jika dosen memberi materi untuk diperdebatkan. Ada yang menyambut baik perubahan itu namun ada yang merasa kondisi kelasnya tak semenarik kemarin sebelum tragedi kecelakaan yang menimpa Kyungsoo.

Dokter menyatakan bahwa Kyungsoo mengalami gegar otak permanen yang mengakibatkan Kyungsoo tidak akan lagi bisa mengingat kejadian di masa lalunya. Yang dirinya ingat hanya ketika ia sadar di ranjang rumah sakit. hingga kejadian setelahnya. Kyungsoo tidak tahu soal perselisihannya dengan Chanyeol di masa lampau.

Hingga semester berikutnya, Kyungsoo dan Chanyeol semakin dekat dan saling menyemangati satu sama lain. Chanyeol merasa menyesal karena perbuatannya dulu tidak membuatnya hidup bahagia. Inilah kehidupan yang diinginkan, bersaing secara sehat dan saling berbagi dukungan satu sama lain. Bahkan, beberapa proyek yang mereka kerjakan bersama selalu mendapat hasil yang sangat memuaskan. Kini, keduanya menjadi power couple di kampusnya dan dijuluki sebagai The Good Genius.

Namun, semakin hari, dalam diri masing-masing dari mereka merasakan keanehan setiap kali keduanya bersama. debaran di dadanya membuncah kala mata mereka bertemu. Ada pancaran yang lain, yang bukan seperti tatapan persahabatan. Hal ini membuat keduanya gila. Sempat menjadi canggung dan tak berani untuk saling menatap, pada akhirnya Chanyeol harus mengalah dan mengungkapkan keinginannya untuk mengakhiri hubungan pertemanannya dan menatar menjadi hubungan romantis.

“Kyungsoo-ya. Bisakah kita berhenti berteman dan menjadi sepasang kekasih?” Tanya Chanyeol tanpa ragu pada Kyungsoo yang berbaring di ranjang di seberangnya.

“Boleh saja. Hanya saja aku belum siap untuk melawan pendapat dunia.” Balas Kyungsoo setengah mengantuk.

“Tidak perlu mengumumkannya pada semesta. Kita hanya perlu untuk terus bersama dan mengakui diri sebagai milik masing-masing. Kau untukku dan aku untukmu.” Senyum terukir indah di bibir Kyungsoo dan disambut hangat dengan senyuman menawan Chanyeol.

Keesokan paginya, Kyungsoo bangun dengan tubuh yang dipeluk erat oleh Chanyeol. Ia tersenyum ketika mendengar dengkuran halus dari pria yang memeluknya erat. Detak jantungnya yang teratur juga membuatnya semakin tak ingin kehilangan Chanyeol apapun alasannya. Kyungsoo harus mulai egois dengan apa yang menjadi miliknya. Untuk Chanyeol, tidak ada dalam daftar keinginannya untuk membaginya kepada siapapun.
Chanyeol hanya miliknya dan selamanya akan menjadi miliknya.

THE END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LITTLE THINGS THEY DO - SHORT STORY COMPILATION OF CHANSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang