BALAPAN

135 6 0
                                    

Sorak-sorai para penonton memenuhi malam yang semarak di tengah ibu kota, tempat diselenggarakannya lomba balap liar. Ada lima peserta yang mengikuti balapan tersebut, salah satunya adalah Pradipta Mulya Samudra, atau dikenal dengan julukan Dipta Sang Monster Jalanan, yang tak kenal kalah.

Pria yang berpostur badan yang tinggi, dan memiliki wajah yang tampan, dia menggunakan jaket berwarna hitam yang berlabel Thunder Wolves dibelakangnya, Thunder Wolves merupakan geng motor yang memiliki dua ratus anggota yang aktif, dan geng motor yang penuh dengan kekuatan, dan keganasan, seperti serangan petir di malam hari.

"Udah siap belum, hm?"

"Udah, Dip. Gue udah cek semua, motor lo udah siap buat balapan." Erlangga berdiri setelah selesai memeriksa motor yang dipakai Dipta untuk ikut balapan.

"Semangat, Bro! Lo pasti menang." Radit menepuk bahu Dipta. Seolah-olah membuat Dipta semakin percaya diri.

"Pastinya." Dipta mendorong motornya ke garis start.

"Jangan lupa pake helm." Radit memberikan helm kepada Dipta.

"Hmm." Dengan anggukan kecil, Dipta menerima helm yang diberikan oleh Radit, dan dia langsung memakainya.

Pertandingan segera dimulai. Terlihat wanita yang berdiri dihadapan para peserta, dia mengeluarkan bendera hitam yang berada di dalam sakunya. Kini semua peserta sudah siap dengan posisi siap. Dipta memperlihatkan tatapan yang amat tajam, seakan-akan ingin membunuh.

"Ready ... and ... go!" wanita itu berteriak, lantas menjatuhkan benderanya di tengah jalan. Dipta yang melihat bendera itu terjatuh di hadapannya, dia langsung melaju dengan kencang yang diikuti oleh para peserta yang lain.

"Eh, mereka kemana, Lang?" tanya Radit.

"Gue juga gak tahu, mereka gak dateng kayanya. Mungkin lagi sibuk," balas Erlangga.

"Tumben banget ya, mereka bertiga gak dateng," ujar Radit.

"Hmm, tadi pas pulang sekolah, udah bilang kalo mereka ada halangan Buat dateng kesini," balas Erlangga.

"Ya, udah. Nanti juga mereka pasti dateng ke markas," ucap Radit.

"Iya, ngapain juga ngurusin mereka, mereka juga gak mikirin kita," ucap Erlangga .

"Udah-udah, mending kita perhatiin pergerakan mereka, gue gak yakin kalau mereka gak main licik." Mata Radit yang selalu awas dengan sekitar. Apalagi dengan anak-anak geng Vogas yang terkenal dengan kelicikannya.

"Hello, guys." Seorang pria berjalan beriringan sembari merangkul wanita yang dia temui di WC umum.

"Lo kemana aja, hm?" tanya Radit.

"Lo pergi lama banget, pas dateng malah bawa cewe," ucap Erlangga.

"Lo bukan anak Vogas 'kan?" tanya Radit.

"Sayang, mereka siapa?" tanya wanita tersebut.

"Sayangku, mereka itu teman-teman aku. Yang pake topi namanya Erlangga, yang pake kacamata namanya Radit," jelasnya pria itu.

"Hai, nama gue Vera," ucap Veranika, wanita yang bertemu dengan anak buahnya Erlangga.

"Lo belum jawab pertanyaan gue!" Radit menatap tajam ke arah wanita yang baru ia temui.

"Hahaha, gue bukan anggota dari mereka, lagi pula gue gak kenal sama mereka. Gue cuma pengen nonton lomba balap liar," jawab veranika

Wajar saja Radit mencurigai Veranika. Dia terlalu waspada terhadap sekitarnya, jika ada sebuah objek yang membuatnya curiga, dia selalu berpikir objek tersebut akan membahayakan ketuanya.

Thunder WolvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang