PULANG BARENG

80 4 0
                                    


Maaf guys ada kendala

Happy reading guys

Kini seluruh murid SMA Pandhega telah masuk ke kelasnya masing-masing, tidak ada satu siswa maupun siswi yang masih di luar kelas. Dipta yang sudah kelar mengganti jersey basketnya selepas dari ruangan UKS. Ia langsung menuju ke kelas XII A, di pertengahan jalan ia sempat melewati kelas XII B, pandanganya teralihkan ke jendela kelas, terlihat seorang siswi yang amat fokus menulis mata pelajaran, yang ditemani seorang siswi lain di sebelahnya.

Dipta berdecak pelan. "Makasih," gumannya pelan. Betapa tinggi gengsi dari seorang Pradipta, sampai-sampai enggan memperlihatkan rasa terima kasihnya.

Sontak pupil matanya membesar setelah melihat tatapan siswi itu teralihkan kepadanya, tanpa pikir panjang Dipta langsung pergi melanjutkan perjalananya. Sepertinya ia tersadar akan dimulainya pelajaran.

Di lorong sekolah ia bertemu dengan Mahendra. "Woy, Dra." Tangannya melambai 'tuk memberikan isyarat padanya. Mahendra pun menghampiri Dipta dengan larian kecil.

"Ke mana aja lo?" tanya Mahendra.

"Dari UKS," jawabnya singkat.

"Ya udah, ayo ke kelas. Gue disuruh guru buat nyariin lo." Mahendra langsung menarik baju putih Dipta. Kemudian dua sahabat itu jalan beriringan menuju ke kelasnya.

********

Bel berbunyi empat kali tanda pelajaran terakhir telah usai, semua murid memasukan buku ke dalam tasnya masing-masing. Satu-persatu semua murid meninggalkan kelasnya.

"Hmm, Dip. Malam ini ada acara?" tanya Mahendra.

"Belum tau, tapi lo dateng aja ke markas," jawabnya.

"Oke, kalo gitu. Ayo cabut, kayanya Erlangga udah nungguin di parkiran."

Lalu dua pria bertubuh tinggi semampai itu berjalan beriringan menuju tempat parkir kendaraan. Tempat berlantai marmer dengan tiang penyangga kuat serta kanopi sebagai atap, diisi jajaran kendaraan bermerek. Salah satunya kendaraan milik Erlangga. Pria itu tengah duduk manis di atas motor mewahnya sembari mengamati pergerakan jarum jam di tangannya. Bahkan tak jarang beberapa mobil turut berdiam di antara jajaran motor.

"Eh, Lang. Lo duluan aja ke markas," pinta Dipta.

"Emangnya kenapa lo gak mau bareng?" balas Erlangga dengan pertanyaan.

"Ada barang gue yang ketinggalan di kelas," ujar Dipta.

"Kalo gitu, gue duluan sama yang lain," pamit Erlangga.

Kemudian Dipta kembali ke kelasnya, dan Erlangga bergegas menuju markas. Sesampainya Dipta di kelas, Dipta bertemu dengan siswi yang berparas cantik. Siapa lagi jika bukan Aruna. Mata gadis itu melebar sedikit saat kini dia dan Dipta berhadap-hadapan.

"Eh, ng-ngapain lo balik lagi?" tanya Aruna gugup setelah sebelumnya memanggil nama Dipta dengan tergagap.

"Gue kelupaan barang di kelas," jawab Dipta.

"Ohh gitu, omong-omong lo pulang ama siapa?" tanya Aruna.

"Sendiri, emang kenapa?" balas Dipta.

"Gu-gue boleh nebeng ke lo ga? Soalnya nyokap gue gak bisa jemput, dan uang saku juga abis, hehe." Aruna tersenyum canggung sambil mengusap tangannya sendiri grogi.

"Ya udah, boleh. Tapi lo tunggu gue dulu, gue mau ambil barang yang ketinggalan." Dipta masuk ke dalam kelas dan mengambil barang yang ia maksud.

Kini pandanganya terus memperhatikan Dipta, masih merasa tak percaya dengan apa yang terjadi. Ia sudah mencemooh Dipta tetapi saat ini dia malah pulang bersamanya. Aruna sampai melihat Dipta masuk ke kelas tanpa berkedip sekalipun.

Thunder WolvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang