Happy reading🎀✧*。
.
.
.
Sejak Erika tak sengaja melukai Nami, semua gangguan yang gadis itu terima mulai berhenti. Erika juga tak terlihat di sekolah selama dua hari terakhir. Tak ada yang tahu kabar mengenai Erika. Gadis yang bersamanya malam itu juga tak tahu menahu kemana perginya Erika.
Hingga pada hari Rabu, wali kelas Nami mengumumkan bahwa Erika sedang dirawat di rumah sakit. Gadis itu diserang saat akan pulang ke rumahnya oleh seseorang. Dugaan sementara adalah penyerangan oleh geng motor, tetapi tersebar rumor lain mengenai kasus ini.
Dikabarkan bahwa kejadiannya tepat di malam Nami dirundung oleh Erika. Kepolisian juga sedang mengusahakan pencairan pelaku penyerangan. Namun karena tak ada bukti apapun di tkp dan korban yang belum sadarkan diri, kepolisian mengalami jalan buntu.
Nami yang mengetahui hal itu berpikir bahwa semua ini terlalu kebetulan. Walau jujur saja hati Nami merasa sedikit senang, tapi keadaan Erika kali ini cukup parah dan belum sadarkan diri.
Bisik-bisik mulai terdengar di penjuru kelas, ada beberapa anak kelasnya yang merasakan hal yang sama dengan Nami. Mereka mengutuk Erika dan mulai tertawa kecil.
Hari itu berjalan seperti dua hari terakhir, Nami menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran dan menjalani hari-harinya tanpa perlu memusingkan banyak hal.
Seperti kembali ke awal
Gadis itu tersenyum lega di bangkunya hingga bel istirahat pun terdengar. Semua murid berhamburan ke luar kelas, menuju ke kantin sekolah untuk mengisi energi mereka. Dan hanya menyisakan Nami yang masih duduk di bangkunya.
"Ada apa senpai mencari ku?" Nami menoleh ke arah Ran yang sedang berdiri di pintu.
"Aku ingin bicara denganmu" dengan langkahnya Ran berjalan ke arah Nami. "Seperti yang kubilang sebelumnya"
Ran menyeret sebuah kursi dan duduk tepat di hadapan Nami. Mereka hanya saling memandang beberapa detik tanpa ada yang membuka suara.
Sampai akhirnya tangan Ran meraih wajah Nami. Menyentuh luka di pipi gadis itu dengan hati-hati. Sedangkan tangan kirinya memainkan ujung rambut pendek gadis itu dengan bibir yang terus bergumam tidak jelas.
Nami sedikit tersentak karena mendapat perlakuan seperti itu. Segera ia tepis tangan laki-laki didepannya itu dengan cepat. Walau kini dadanya berdegup kencang Nami ingat terakhir kali ia berurusan dengan Ran, matanya hampir saja menjadi korban.
"Tolong jangan menyentuh orang sembarangan, senpai"
Bukannya tersinggung, Ran tetap menatap Nami dengan ekspresi yang rumit. Mata laki-laki itu terlihat sedang memendam perasaan yang tak Nami ketahui. Kemampuan 'membaca pikiran orang' Nami menjadi tak bekerja jika berhubungan dengan Ran.
"Jika tak ada yang ingin dibicarakan aku akan pergi" Nami sudah hendak berdiri dari duduknya. Tapi Ran dengan cepat menghentikan Nami.
"Aku hanya ingin meminta maaf padamu" tukasnya. "Seharusnya aku menemanimu pulang. Maaf sudah tak bisa menjagamu, Nami"
Nami tak pernah berekspetasi akan mendengar perkataan semacam itu dari seorang Haitani Ran. Jika saja ada orang lain yang mendengarnya, mereka bisa saja salah paham.
"Ran ini benar-benar tidak lucu, seseorang bisa salah paham" Nami melepaskan tangan Ran yang menahannya sebelumnya. Gadis itu benar-benar beranjak dari tempat duduknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/330927700-288-k56751.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
; | Semicolon
Fanfiction[Bahasa Indonesia] ⚠️ Trigger Warning⚠️ [Karena cerita di book ini mengandung scene atau adegan su*c*de, dan kekerasan yang mungkin dapat mengganggu sebagian orang, harap bijak dalam membaca. Terima kasih] ___________________________________________...