Harga Diri

633 64 4
                                    


Setelah sampai di kamarnya, Nathan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Netranya menatap kosong langit langit kamarnya yang berwarna putih cerah, "Haaahhh, kapan selesai nya si ini. Jujur gue udah capek banget ngeliat ibu kayak gitu terus, gue kangen keluarga gue yang dulu bajingannnn.. ARRGGHHH!!" teriak Nathan frustasi, pemuda itu mengacak rambut setengah basahnya kasar.

Fikirannya tengah berkecamuk saat ini, banyak hal hal yang memasuki otak nya secara terus menerus seperti kaset rusak. Kepalanya sungguh berisik, lelah fisiknya tak sebanding jika di bandingkan dengan lelah mentalnya.

Di tengah tengah ke frustasi an yang tengah melanda Nathan, tiba tiba terdengar suara dering ponsel miliknya. Nathan segera mencari keberadaan benda canggih itu, setelah menemukannya ia langsung melihat siapa penelfon tersebut.

"Jeano? Ngapain si sipit telfon gue, arghhh!! Harus banget emang sekarang, gue lagi pusing Jeano bodoh!" walaupun mulutnya melontarkan protesan namun tetap saja jemari jenjangnya menggeser ikon hijau disana.

"Halo, kenapa? Jangan ampe gue denger kalo lo sengaja telfon gue cuma karena gabut ya anjir." ujarnya membombardir temannya itu dengan pertanyaan, dirinya kembali mendudukan diri di atas kasur.

'Hehe, itu lo tau.'

Nathan hanya merotasi kan bola matanya malas, ingin sekali rasanya menggoreng temannya hidup hidup saat ini juga.

"Brengsek lo, ganggu waktu istirahat gue aja tau ga?! Udah ah, kalo emang ga ada hal penting gue matiin ya. Gue lagi pusing Jean mau istirahat"

'Dih gaboleh marah ah, cepet mati eh tua maksud gue. Lagian kenapa sih, lo lagi ada masalah ya? Dari pas gue anterin balik muka lo udah ga enak perasaan'

Dalam hati Nathan ingin menjawab dengan lantang bahwa ia sedang tak baik baik saja saat ini, tetapi ia urungkan karena tak mau membuat temannya itu khawatir nantinya.

"Ck! Ga ada, gapapa gue. Cuma emang lagi cape aja mikirin ujian nanti."

Terdengar decakan halus di sebrang telefon, 'Yaelah Nath, ujian lo pusingin. Dibawa santai aja kali, kayak gue nih."

"Ya lo pinter, gue engga! Kalo gue mau dapet nilai sempurna, ya gue harus usaha lebih extra dari pada lo. Paham ganteng?."

Cklek

Sontak Nathan menoleh ke arah pintu kamarnya yang di buka seseorang, keningnya mengernyit ketika tau siapa yang datang.

"Gapunya sopan santun ya? main masuk kamar orang seenaknya om."

Benar, orang itu adalah orang yang Ibunya bawa hari ini orang yang Nathan ganggu urusannya saat di dapur tadi.

Orang tersebut tak menjawab, justru hal yang selanjutnya yang ia lakukan semakin membuat Nathan ketakutan. Pasalnya, pria asing itu tiba tiba menutup pintu kamarnya dan menguncinya? oh Tuhan, apa yang di fikirkan pria aneh itu sekarang.

Nathan melotot menyadari akan ada bahaya selanjutnya yang terjadi, dengan panik dia berdiri berusaha menjauh dari seseorang yang kini menurutnya lebih menyeramkan dibanding bertemu dengan setan.

"M-mau ngapain lo om?! Kenapa kunci pintu segala hah??!! Bukain ga anjing?!!." Nathan berujar panik, netranya menatap nyalang si pria.

Si pria hanya tersenyum miring, perlahan namun pasti dirinya tetap mendekati Nathan "Loh, kenapa sih manis. Gausah takut gitu dong, saya ga akan apa apain kamu ko." ujar pria tersebut, Nathan semakin merinding dibuatnya.

"ENGGAA ANJING!! GAMAUUU, GUE TAU ISI FIKIRAN BUSUK LO YA, BANGSAATT??!!" Ujar Nathan tanpa sadar menaikan nada bicaranya, keringat dingin mulai mengucur deras di pelipisnya.

Friend ||00L NCT DREAM||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang