Kerja Kelompok

1K 129 3
                                    


"Baik anak anak, pelajaran untuk hari ini cukup sampai disini, silahkan bereskan alat tulis kalian kemudian langsung pulang ke rumah jangan melipir kemana mana, oh iya satu lagi tolong segera kerjakan tugas kelompoknya, ibu periksa dua hari lagi" ucap guru di depan mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

"Baik bu guru" jawab serentak semua murid disana, "Kalau begitu ibu pamit, selamat sore" beliau langsung melenggang pergi dari kelas.

Akhirnya pelajaran hari ini selesai, semua siswa segera merapihkan alat tulis masing masing bersiap untuk pulang ke rumah.

Setelah selesai merapihkan alat tulis miliknya, Nathan akhirnya membuka suara.

"Eh guys mau kapan nih kerja kelompoknya terus mau dimana tempatnya?"

Sontak Haechan, Jeano dan Reyhan menoleh setelah mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Nathan. Ketiganya tampak berfikir kapan dan dimana agaknya mereka harus melakukan kerja kelompok kali ini.

Kebetulan mereka berempat berada di kelompok yang sama.

"Gimana kalo dirumah Reyhan?" usul Jeano yang langsung di tolak mentah mentah oleh si empu.

"Engga bisa, ibu lagi butuh istirahat gabisa diganggu. Tau sendiri kan kalo kita lagi kerkom sehening apa?"

Mereka mengangguk mengerti kecuali Haechan yang memang baru pertama kali mengikuti kerja kelompok bersama ketiganya, jadi jangan heran kalau misalnya ia hanya mengangguk angguk saja pura pura mengerti.

"Terus gimana, kalian berdua kan tau kalo dirumah gue gaakan pernah boleh sama ibu" ucap Nathan bingung.

Jeano kembali mengangguk, "Gue juga kayaknya gabisa, kemaren dia balik lagi soalnya. Takutnya bukannya beres malah bikin kacau tugas kita nantinya"

Reyhan dan Nathan menatap khawatir ke arah Jeano, "Tapi lo oke kan?" tanya keduanya dan hanya di balas anggukan oleh Jeano.

Haechan yang memang tak mengerti sama sekali arah pembicaraan ketiga temannya ini akhirnya memberikan sebuah saran kepada mereka bertiga.

"Emm maaf, gimana kalo kita kerja kelompoknya di hotel milik papa aja?" tanyanya ragu "T-tapi tenang aja, kita gausah bayar kok karna hotelnya punya keluarga aku" ucapnya lagi setelah mendapatkan pandangan ragu dari ketiga temannya.

Sebenarnya bisa saja Haechan langsung mengajak mereka untuk kerja kelompok di rumahnya saja, namun dirinya hanya ingin mengetes ketulusan tiga temannya ini mangkannya dia hanya mengajak mereka ke salah satu hotel milik papanya.

Ketiga orang disana saling memandang satu sama lain, bukan tidak mau tetapi mereka tengah meratapi nasib setelah mendengar dengan entengnya Haechan berbicara jika keluarganya memiliki hotel pribadi, mereka lupa kini mereka memiliki teman yang teramat kaya.

Ketiganya merasa sia sia membingungkan hal yang sebenarnya tak perlu di bingungkan lagi karna adanya Haechan.

Nathan mengusap tengkuknya canggung, "Ituu emang nya boleh chan? kita ngga enak ah kalo harus ngerepotin lo lagi, kita bisa kok kerkom di.. warungnya bu Indah! Iya di deket rumah Reyhan"

"Iya chan kita kan cuma mau kerkom, gaperlu sampe ke hotel juga kayaknya" ujar Reyhan menimpali.

Ketiganya benar merasa tak enak terhadap Haechan, seolah olah mereka hanya mau memanfaatkanya. Padahal sebenarnya tidak begitu, ketiganya benar benar tulus ingin mengajak Haechan berteman.

Haechan sempat tertegun mendengar jawaban mereka, apakah mereka menolak ajakannya? ini yang Haechan cari selama ini. Walaupun mereka sudah tau kalau dia berasal dari keluarga berada, tetapi mereka masih memikirkan dirinya yang berarti mereka mau berteman dengannya karena memang tulus ingin berteman bukan karena kekayaan yang dimiliki keluarganya.

Tentu ia merasa bahagia, akhirnya tujuannya tercapai untuk menemukan teman yang ia inginkan selama ini.

Dengan senyum yang mengembang Haechan kembali meyakinkan temannya untuk menerima tawarannya itu dan lagi dirinya tidak merasa sedang di repot kan.

Pada akhirnya ketigannya tak bisa menolak, mereka akan pergi sore nanti.

Sebenernya tadi rencana mereka ingin langsung saja pergi kerja kelompok, namun hal tersebut di bantah oleh Reyhan dan Nathan. Reyhan berkata harus pulang dulu untuk menyetorkan uang hasil dagangan hari ini kepada sang ibu, kemudian jika Nathan dirinya harus pulang terlebih dahulu karena dirinya harus membereskan rumah dan memasak makan malam dahulu sebelum ibunya kembali murka mendapati rumah berantakan dan tak ada makanan sama sekali.

Dan pada akhirnya semua bersepakat akan berkumpul kembali sore nanti.

Setelah dirasa tak ada lagi hal yang harus di bicarakan, keempatnya langsung pergi meninggalkan kelas yang ternyata sudah kosong sedari tadi.

.

Dan disini keempatnya berada saat ini, di salah satu hotel bintang lima milik keluarga Jung yang berada di daerah Bandung.

Sudah sedari tadi Nathan, Jeano, dan juga Reyhan tak henti hentinya menyuarakan kekaguman akan hotel yang mereka datangi kali ini, bahkan sampai mereka sudah masuk ke salah satu kamar VVIP pun mereka tak henti hentinya berdecak kagum dengan semua yang mereka lihat, mulai dari interior hotel yang memakai nuansa Belanda jaman dulu hingga peralatan yang digunakan disana pun indah dan antik, ruangannya pun begitu luas untuk seukuran sebuah kamar. Tak heran jika hotel ini memiliki rating tinggi karena memang sebagus dan senyaman itu disini.

Mereka tau jika keluarga Jung itu kaya, namun mereka tak menyangka jika kekayaan mereka diluar ekspektasi ketiga nya bahkan mungkin semua orang yang mengenal keluarga Jung.

Karena memang sekaya itu keluarganya Haechan.

Keempatnya kini tengah mengerjakan tugas kelompok mereka dengan serius namun tak ayal selalu terlontar candaan milik Nathan dan pekikan kesal Reyhan di dalamnya. Mereka begitu larut akan kegiatan yang mereka lakukan hingga tak menyadari waktu sudah menunjukan waktunya makan malam tiba.

Yang pertama menyadari ialah Haechan sendiri, karna dirinya memang harus selalu tepat waktu jika menyangkut makan hal tersebut dipengaruhi karena dirinya yang memiliki riwayat penyakit maag yang cukup parah, jika dirinya telat sedikit saja sudah dipastikan penyakitnya akan langsung kambuh. Maka dari itu keluarganya sangat overprotective tentang pola makan si bungsu.

Akhirnya Haechan memilih membuka suara, "uhm guys, udah waktunya makan malam nih gimana kalau kita berenti dulu nugasnya" ucapnya memecahkan keheningan yang melanda.

Ketiganya sontak mendongak menatap Haechan, kemudian mereka melihat ke arah jam yang ada di sana. Memang benar ini waktunya makan malam, kini ketiganya pun mulai merasakan lapar.

"Oh iya ga nyadar gue sangking seriusnya sama tugas dan sekarang baru kerasa laper"

Semua orang mengangguk menyetujui perkataan Reyhan.

"Yaudah mau pesen apa guys biar gue yang pesenin lewat gofood, tapi jangan yang mahal gue gapunya uang banyak soalnya" Jeano berujar.

"Eh gausah pesen gofood, kita kan lagi di hotel Jean disini pastinya nyediain makanan" ucap Haechan menimpali pertanyaan Jeano.

Ketiganya tertawa canggung, "Iya chan kita tau kok, cuma masalahnya kita ga mampu buat bayar masakan disini yang pastinya mahal mahal. Uang kita kan ga sebanyak itu omong omong" ujar Nathan canggung.

Lantas setelahnya tawa Haechan mengudara, ia terkekeh setelah mengetahui alasan ketiganya memilih memesan gofood dari pada langsung memesan di dalam hotel, lucu sekali batin Haechan.

Sedangkan ketiganya menatap bingung Haechan, mengapa anak itu malah tertawa? Mereka mengatakan yang sejujurnya memang apa yang salah.

"Astaga jadi cuma masalah uang, udah kalian gaperlu mikirin harga masakannya, karena semuanya gratis ini kan hotel punya papa kalau kalian lupa.. Jadi kalian bebas mau pesen apapun disini gaakan kena tarif sepeser pun" Ujarnya menjelaskan.

Ketiganya menganga kaget, benar mereka kembali lupa dengan siapa mereka berhadapan kini.

Anak bungsu keluarga Jung.

Intinya lo punya uang lo punya kuasa:)

T. B. C

Friend ||00L NCT DREAM||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang