Sahabat selamanya

476 55 5
                                    


"Reyy tungguin dong"

Haechan berusaha mengejar Reyhan di depannya, yang terus berjalan tanpa  mengindahkan panggilan dari Haechan, dirinya terus saja berjalan entah kemana.

Grep

Haechan berhasil menggapai bahu Reyhan, "Reyy, aku bilang tungguin. Kamu kenapa sih?" Haechan bertanya sebab sedari tadi tatapan sahabatnya selalu tidak fokus, Haechan khawatir.

"Apa? Gue kenapa emangnya, gue gapapa kok. Kan tadi udah bilang kalo gue mau cari udara seger" Reyhan berujar dengan menatap lurus Haechan.

Haechan menghela nafas kecil, "Kamu itu ga fokus dari tadi, aku udah manggil kamu dari tadi, tapi kamu ngga gubris sedikit pun."

Reyhan lantas menunduk, pikirannya kini tengah ramai dengan berbagai pertanyaan di dalamnya. Sampai sampai ia mengabaikan panggilan Haechan tadi.

"Maaf."

Setelahnya Haechan meraih lengan milik Reyhan dan menuntun sahabatnya tersebut untuk mengikuti dirinya, "Ayo ikut aku." Dan Reyhan hanya diam mengikuti tanpa ada niatan untuk menolak sedikit pun.

Keduanya terus berjalan menyusuri tiap koridor rumah sakit yang cukup ramai oleh para perawat dan keluarga pasien.

"Chan mau kemana sih" Reyhan bertanya sebab temannya ini terus saja menarik dirinya.

"Stttt diem deh, pokonya ikut aja" Dan Reyhan hanya mampu pasrah dengan kelakuan teman barunya ini.

Cukup lama mereka berjalan dan disinilah keduanya berada, taman rumah sakit.

Haechan mendudukan Reyhan di salah satu bangku yang ada di sana, dan keduanya duduk bersebelahan.

Sembari menatap ke depan dimana ada beberapa anak kecil yang memakai baju persis seperti yang Nathan gunakan, Reyhan terdiam dengan tatapan lurus.

Beberapa saat keduanya terdiam menikmati hembusan angin sore yang terasa lembut ketika menyapa wajah mereka. Suasana yang tenang di tambah dengan langit oranye yang begitu indah di pandang mata, menghantarkan perasaan hangat bagi siapa saja yang merasakannya, begitu pula yang di rasakan oleh Reyhan dan Haechan kini.

Saat Reyhan tengah menikmati suasana di sana, tiba tiba pundaknya terasa berat dan saat melirik ke samping ternyata itu ulah tangan Haechan yang mencoba merangkul pundaknya agar keduanya lebih dekat. Pandangan sahabatnya itu masih tetap fokus ke depan, Reyhan hanya diam dan mempersilahkan apapun yang ingin sahabatnya itu lakukan.

"Beruntung yah," tatapan Reyhan kembali di paksa tertuju ke arah sahabatnya tersebut, sebelah alisnya tertarik ke atas menandakan jika kini dirinya tengah merasa bingung dengan perkataan yang baru saja Haechan ucapkan.

"Apa-"

"Orang orang yang bisa dapetin sahabat sejati itu, menurutku beruntung banget loh rey. Karna tanpa mereka sadari banyak anak anak lain yang iri akan posisi itu. Dimana banyak anak yang memiliki banyak teman, namu hanya untuk dijadikan alat dan atm berjalan mereka saja. Karna, untuk memiliki sahabat sejati itu, seperti mencari jarum di tumpukan jerami Rey. Terlihat mudah namun sulit di temukan. Ga semua teman itu baik rey, mereka terkadang bisa jadi orang jahat yang nusuk dari belakang, cuma buat kepentingan mereka. Jadi, kalo boleh aku beri saran," ada jeda disana, lantas Haechan menoleh menatap netra legam Reyhan kemudan tersenyum manis, manis sekali sampai Reyhan pun dibuat terpana sejenak. "jangan sia siain sahabat yang kamu punya yah, hehe."

Netra legam Reyhan seketika berkilat, ada binaran indah tercipta disana. Lantas saat mengetahui kemana arah pembicaraan mereka dirinya ikut tersenyum teduh, mengangguk mantap sebagai tanda bahwa dirinya mengerti akan pesan yang ingin Haechan sampaikan.

"Emm, gue paham. Makasih banyak, Haechan. Lo, sahabat sejati gue mulai sekarang. Jadi, ayo jadi sahabat selamanya" Reyhan berucap sembari mengusap lembut surai halus milik Haechan.

Haechan tertegun sejenak, lantas dengan pandangan yang mulai berkaca kaca kepala bulatnya mengangguk semangat, "Syukurlah, haha syukurlah Reyhannn.. huaa~" dirinya langsung menghambur memeluk Reyhan erat.

"Eh?" Reyhan bingung, namun tetap dirinya membalas pelukan erat sahabatnya, tangannya bergerak mengelus punggung kecil sahabatnya yang tengah bergetar menahan tangis yang mungkin saja akan pecah detik itu juga jika Reyhan tidak berusaha menenangkannya.

"Hey, udah ah. Kok malah lo yang langis sih chan, gaboleh lama lama nangisnya, nanti sesek. Udah ya, cup cup" Reyhan berucap sembari menepuk nepuk pelan surai Haechan.

Setelah beberapa saat, Haechan akhirnya melepaskan pelukan keduanya. Oh tuhan, sadarkan Reyhan sekarang juga. Bagimana bisa ada remaja dewasa yang selucu ini, lihatlah bagaimana hidung bangir tersebut yang memerah lucu dan kedua matanya yang sembab membuat siapa saja ingin menculiknya dan menyimpannya di dalam lemari.

Reyhan terkekeh kecil, lantas tangannya terarah untuk menghapus jejak air mata yang masih mengalir di kedua pipi tembam Haechan.

"Udah, gausah cengeng. Nanti om beliin permen yah mbull"

"Ishh! Kok malah ledekin gitu?! Aku kan cuma seneng, akhirnya dapet sahabat"

"Haha yaudah oke, maaf deh. Tapi beneran deh, lo lucu kalo abis nangis. Kayak bocil komplek, yang kalo mandi sore bedaknya seribu lapis" serunya senang menjahili sahabatnya.

Haechan semakin merenggut tak suka, dirinya lantas berdiri hendak pergi meninggalkan Reyhan. Namun sebelum itu, Haechan sempatkan menginjak kaki Reyhan dengan cukup keras hingga si empu berteriak kencang karena merasakan kakinya yang nyut nyutan.

"HEH DASAR BERUANG NAKAL, KESINI GA LO!"

Keduanya berlarian memasuki rumah sakit, menghiraukan tatapan kesal beberapa perawat disana yang merasa terganggu dengan dua bocah sma disana.

---

Pintu ruang rawat Nathan terbuka, menampilkan keadaan kedua pemuda disana yang terlihat jauh dari kata rapih.

Bagaimana tidak, keduanya terus kerjar kejaran hingga di depan pintu ruang rawat milik Nathan, jadi wajar jika keduanya kini terlihat amat kelelahan, terutama Reyhan. Beruntung satpam tidak mengusir keduanya, karena mengganggu ketertiban umum.

"Awas ya lo chan, sini ga lo!"

"Akkhh Jean tolonggg" Haechan berlari berlindung dibalik badan tegap berotot milik Jeano, berusaha menghindar dari kejaran pria rubah di depannya yang tengah murka.

"Hey, ada apa sih. Gaboleh berisik, ini rumah sakit. Terus ini lagi, beruang nakal malah sembunyi di belakang gue. Kenapa sih?" Jeano dibuat pusing oleh kedua orang ini.

"Yaudah, tapi itu tolong tenangin dulu rubah murkanya. Aku takut di terkam soalnya." Ucap Haechan yang masih bersembunyi di belakang Jeano.

Reyhan mendengus kesal, kemudian memilih mengalah dan berjalan menghampiri Nathan yang sedari tadi hanya melihat tingkah sahabat sahabatnya yang diluar nurul semua.

"Rey sorry, gue-" ucapan Nathan terpotong saat jari telunjuk Reyhan menahan bibirnya untuk diam.

"Sstttt, diem. Gausah klarifikasi dulu, lo baru siuman. Nanti aja kalo lo udah sembuh total, gue tagih cerita lo"

Nathan yang melihat sifat Reyhan kembali ke setelan pabrik, akhirnya tersenyum senang. Artinya, Haechan berhasil membujuk induknya ini.

Syukurlah, yang berarti dirinya tidak usah menjelaskan panjang lebar lagi. Ya setidaknya bukan sekarang.







Bersambung.

Eh guys, sorry ya. Ai lupa kalo punya book yang harus lanjut😭😭

Abisnya ai sibuk kerja sih jadi ga ada waktu buat nulis, jadi tolong di maklumi kalo ai sedikit lupa alurnya okhay.

Baybay, selamat bertemu kembali di chapter berikutnya.

Itu pun kalau ai tidak lupa lagi.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friend ||00L NCT DREAM||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang