tiga

557 49 8
                                    


Sebelum berangkat ke kantor Jenove mengantar Gisa kerumah orangtuanya. padahal kondisi Gisa belum membaik dan Jenove merasa tak enak hati pada orangtua Gisa karena membawa gadis itu pulang dalam keadaan sakit.

"Maaf ya Bu saya bawa Gisa pulang dalam kondisi sakit" ucap Jenove dengan rasa bersalahnya. Jenove takut Ibu mertuanya mengira kalau Gisa sakit karena tak betah tinggal bersamanya.

"Gak apa-apa nak Jenove, Gisa memang sedikit manja kalau sedang sakit pengennya sama Ibu terus" tutur Bu Hamidah dengan tersenyum hangat. Jenove mengangguk mengerti.

"Yasudah Bu kalau begitu saya berangkat ke kantor dulu. nanti sore saya jemput Gisa"

"Iya nak Jenove"

Setelah berpamitan dengan Bu Hamidah Jenove pun berangkat ke kantor.

Bu Hamidah memasuki kamar Gisa guna mengecek keadaannya. dilihatnya Gisa yang tertidur pulas dengan selimut menggulung tubuhnya.

Bu Hamidah menyentuh kening Gisa yang terasa panas. demam Gisa belum turun dari semalam.

"Sayang bangun" disentuhnya pipi Gisa mengusapnya dengan pelan agar terbangun. 

"Bu..." lirih Gisa dengan mata perlahan terbuka.

"Iya, ini Ibu" entah kenapa Bu Hamidah merasa Gisa sedikit kurusan.

"Kerumah sakit ya sayang?" bujuk Bu Hamidah, karena Jenove bilang kemarin Gisa menolak untuk dibawa kerumah sakit

"Gisa baik-baik aja Bu, Gisa cuma perlu istirahat kok"

"Tapi suamimu bilang demam kamu nggak turun-turun dari semalam" Bu Hamidah mengusap rambut Gisa dengan perasaan khawatir.

"Bu, Gisa cuma perlu istirahat. Gisa kangen Ibu" ucapnya manja dengan memeluk sang Ibu. Bu Hamidah terkekeh melihat putri satu-satunya yang masih bersikap manja padanya, padahal statusnya sudah menjadi seorang istri.

"Apa jangan-jangan kamu hamil?" tebak Bu Hamidah yang membuat Gisa melepas pelukannya dengan wajah terbelak lucu.

"Gisa nikah baru dua Minggu masa udah hamil, Bu!" protes Gisa yang merasa ucapan Ibunya tak masuk akal.

"Mas Jenove nyentuh aku aja nggak gimana mau hamil" batin Gisa.

"Ya siapa tahu?"

"Ibu ngaco deh" Gisa kembali mengeratkan pelukannya. sungguh Gisa begitu merindukan Ibu dan Bapaknya, tapi sayang Pak Widiarto sedang berada diluar kota mengunjungi saudaranya disana.

"Ngomong-ngomong Ibu mertua kamu baik kan ke kamu?" tanya Bu Hamidah dengan masih memeluk tubuh Gisa sembari mengusap lembut lengan gadis itu.

"B-baik kok Bu" bohong Gisa dengan senyum palsunya. Gisa gak mungkin kan bilang yang sejujurnya kalau sebenarnya dirinya sakit karna kelelahan mengerjakan semua pekerjaan rumah atas suruhan Ibu Mertuanya. Gisa tak ingin membuat orangtuanya khawatir.

"Syukur deh, Ibu takutnya kalo Ibu mertua kamu nggak perlakuin kamu dengan baik"

"Ibu tenang aja, Mama Papanya mas Jenove baik kok Bu"

"Ibu cuma khawatir sayang"

"Bu laper" ucap Gisa mengalihkan pembicaraan. Gisa tak ingin Ibunya terus-terusan membicarakan tentang Ibu mertuanya

"Ibu ambilin kamu makanan yah?"

"Iya, Bu"

Gisa menghembuskan nafasnya lelah. ingin rasanya Gisa tinggal dirumah Ibunya saja mengingat perlakuan buruk Ibu mertuanya. tapi apakah Jenove mau tinggal dirumah sederhana yang jauh dari kata mewah.

GISA [Giselle-Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang