Mobil mewah berwarna hitam melaju dengan kecepatan sedang, si pengemudi nampak tersenyum melihat penumpang disampingnya yang terlihat bahagia memandangi cincin pernikahannya. si pengemudi tak begitu mengenal penumpang disampingnya, hanya saja si penumpang tinggal di gedung apartemen yang sama yang kebetulan membutuhkan tumpangan.
"Hari ini adalah hari yang saya tunggu-tunggu selama dua tahun" ucap si penumpang yang masih sibuk dengan cincin ditangannya.
"Selamat untuk pernikah kalian" ucap si pengemudi.
"Terima kasih"
Sampai dimana si penumpang tak sengaja menjatuhkan cincinnya yang jatuh menggelinding di kaki si pengemudi. si pengemudi pun mencoba mengambil cincin yang berada di bawah kakinya, namun saat cincin itu berhasil diambilnya mobil yang dikendarainya oleng hampir menabrak mobil didepannya. namun sialnya malah menabrak truk dan pembatas jalan yang membuat mobil itu terbalik dan hancur parah.
CKITTTTTT!!!
BRAKKKK!!!
"D-deon" lirih si pengemudi dengan sisa kesadarannya memanggil si penumpang yang di panggilnya Deon. darah mengucur deras di kepalanya namun kondisinya jauh lebih baik dari pria yang di panggilnya Deon, kondisi Deon benar-benar parah hampir seluruh wajahnya di penuhi darah karna luka yang di dapatnya.
"J-jenove t-tolong jaga Gisa" pinta Deon tak lama setelahnya Deon menghembuskan nafas terakhirnya.
"Mas Jenove, bangun Mas" ucap Gisa mencoba membangunkan Jenove yang terllihat gusar dalam tidurnya.
"Mas Jenove!"
"Hahh.. Hahh..." Jenove terbangun dengan nafas memburu. wajahnya pucat dengan bulir-bulir keringat didahinya.
"Mas kamu mimpi buruk?" tanya Gisa khawatir melihat kondisi Jenove. Jenove hanya diam mengatur nafasnya.
Gisa mengusap keringat di kening Jenove
"Saya nggak apa-apa" ucap Jenove mencoba mengabaikan mimpi yang akhir-akhir ini datang kembali.
Gisa melihat jam dinding yang menunjukan angka empat pagi. sebenarnya Gisa terbangun karna haus tapi langkahnya terhenti melihat Jenove yang tidur di sofa tanpa selimut membuat Gisa merasa bersalah karena pertengkarannya dengan Jenove membuat pria itu memilih untuk tidur di luar.
"Pindah ke kamar aja Mas, badan kamu nanti sakit kalau tidur di sofa"
"Nggak apa-apa saya tidur disini" ucap Jenove kembali membaringkan tubuhnya di sofa.
"Sebegitu nggak maunya kamu nyentuh aku, sampai-sampai tidur di kamar pun kamu nggak mau"
"Gisa, bukan seperti itu maksud saya. hanya saja saya nggak mau membuat kamu kurang nyaman setelah pertengkaran kita semalam"
"Terserah kamu!" kesal Gisa pergi membiarkan Jenove dengan keinginannya sendiri tidur di sofa. padahal Gisa mengkhawatirkan Jenove yang bisa saja sakit kalau tidur di sofa.
"Beri saya waktu untuk memperbaiki semuanya, Gisa" lirih Jenove yang melihat Gisa kembali ke kamarnya.
•••
Hari Minggu pagi Jenove masih disibukan dengan pekerjaanya di ruang kerjanya.
"Jen, aku udah mutusin buat nerima tawaran Mama kamu untuk gabung di perusahaan kamu" ucap Karin yang kini berada diruang kerja Jenove.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISA [Giselle-Jeno]
FanfictionGisa fikir dengan menerima lamaran Jenove dapat menghapus ingatan buruknya tentang pernikahan. Namun nyatanya, hanya hari-hari buruk yang Gisa alami setiap harinya. Sikap dingin Jenove dan jalan fikiran pria itu yang tak bisa ditebak yang membuat G...