3. Mulai Memonopoli

2.5K 124 1
                                    

Happy Reading!

Setelah kejadian sang kakek memonopoli Iki, para orang tua dan anak mulai berebut untuk memonopoli Iki untuk diri mereka sendiri.

" Iki bersamaku."

" Nggak, Iki yang bersamaku." si kembar Al, Alex dan Alexis terus merebutkan si kecil. Iki yang merasa mereka bertengkar karenanya mulai berkaca-kaca.

" Jika kalian tidak berhenti, Iki akan menangis." Perkataan sarkas mama itu membuat kembar Al berhenti berebut.

" Jangan beltengkal gala-gala Iki huaaaa." Pecahlah sudah tangis si kecil. Sang mama mulai menggendong Iki mulai menenangkannya.

" Udah ya nangisnya sayang, abang kembar emang nakal. Nanti mama yang hukum oke?"

" Iki abang Al sama abang Ale nggak bertengkar kok, kami cuma ingin main sama adek Iki." Alexis menggangguk setuju.

" Benalkah abang ndak beltengkal?" Tangisan Iki berhenti.

" Iya, jadi jangan nangis ya, nanti abang beliin mainan."

" Abang juga dek, jadi jangan nangis." Kata Alexis tak mau kalah dengan kembarannya itu.

" Begini saja, kalian ajak Iki jalan keliling mansion. Daripada kalian rebutan mending kalian ajak Iki jalan-jalan."

" Ya mah, kita nggak akan berebut Iki lagi." Janji twins serempak

" Baguslah kalau kalian mengerti, sana ajak adeknya jalan. Hus... Hus... " Kata mama dengan tangan seakan mengusir ayam.

" Dek, ayo kita jalan-jalan keliling mansion. Pasti adek belum berkeliling kan? Kita bisa lihat pohon, bunga ataupun kupu-kupu. Bahkan bisa lihat ikan loh."

" Memangnya Iki boleh keliling mansion?" "Boleh dong, asalkan ditemani oleh orang dewasa." jawab keduanya.

Alex memegang tangan kanan Iki sementara Alexis ditangan kiri. Mereka mulai berkeliling mansion, hingga mereka lupa waktu sudah menunjukkan waktu sore.

" Abang, Iki capek. Haus mau susu." Karena waktu telah berlalu mereka masuk ke dalam mansion. Terlihat seseorang melipat kedua tangannya didada sambil menatap Al twins dengan tajam.

" Dari mana kalian membaca baby Iki sampai lupa waktu?" Sang ayah, Raka bertanya.

" Ayah~" Iki berlari memeluk Raka.

" Anaknya ayah dari mana, sampai keringat begini."

" Ayah tahu, abang kembal ajak Iki keliling mansion, mansion nya besal sekali sampai tak telasa sudah sole. Maaf ayah." Jawab Iki dengan kepala tertunduk.

" Ya sudah, tapi bilang sama ayah dulu yah kalau mau keluar. Ayo kita mandi habis itu Iki bisa minum susunya." Raka menggendong Iki mengabaikan Al twins.

Setelah mandi dan berpakaian, akhirnya Iki bisa minum susunya dengan rakus saking hausnya dia.

Setelah minum susu, Iki memakan biskuit untuk mengganjal perutnya sebelum makan malam. Ditemani dengan kartun dari malaysia Upin-ipin, kurang enak apalagi hidup Iki.

Disisi lain seorang pemuda SMA baru pulang dari sekolah melihat pemandangan si kecil fokus dengan TV dengan biskuit di mulutnya. Bayangkan saja pipinya yang seperti mochi bergoyang seiring dengan ia mengunyah biskuit.

Derick berjalan dengan pelan menuju Iki yang sedang fokus dengan kartun upin-ipin.

" Adek, abang pulang." Iki menoleh kearah suara tersebut.

" Abang~ " Suara Iki yang imut membuat Derick candu.

" Adek sedang makan apa? " Tanya Derick walau sudah melihat Iki makan biskuit.

" Iki lagi makan biskuit sama nonton kaltun abang, abang mau biskuit Iki?" Derick menggeleng.

" Abang sudah kenyang liat Iki makan." 

" Oh ya, adek mau nggak ikut abang ke sekolah besok? Itung-itung adek juga ikut gimana rasanya sekolah gimana? " Tawar Derick. Iki berpikir sejenak lalu

" Nanti Iki tanya ayah, soalnya ayah bilang kalau Iki mau pelgi, Iki halus bilang sama ayah."

" Ya sudah, nanti malam kita izin sama ayah. Ok?" "Ok abang." Mereka berdua nonton bersama.

Saat makan malam bersama, Iki mulai bertanya sama Raka.

" Ayah, boleh tidak Iki ikut abang delick sekolah besok?" Pertanyaan Iki membuat Raka terdiam sejenak.

" Memangnya Iki mau buat apa disana? Kan tidak ada susu kesukaan Iki."

" Kata abang, Iki bisa kesekolah itung-itung belajal juga. Boleh ya ayah." Pinta Iki.

" Ya sudah, Iki boleh ikut. Tapi Iki selalu disamping abang ya."

" Makasih ayah... Muach." Iki mencium pipi Raka sebagai tanda sayang Iki.

" Sama sama nak."  Senyuman kemenangan menghiasi wajah Raka dengan tatapan iri mereka yang ingin dicium oleh Iki.

Setelah makan para kakak dan abang berkumpul untuk bermain bersama Iki. Kali ini mereka gencatan senjata dulu karena mereka sudah dengar si kecil menangis karena Al twins berebutan ingin bermain dengan Iki berujung menangis karena si kecil kira Al twins bertengkar karenanya.

Waktu berlalu dengan cepat, mata si kecil mulai memberat.

" Iki ngantuk~" suara khasnya membuat Raka segera menggendong Iki menuju kamarnya. Seperti biasa Raka menepuk pelan belakang Iki agar tidur dengan cepat.

Setelah sampai di kamar, Raka menurunkan Iki dengan pelan dan tak lupa memasukkan pacifier kedalam mulut Iki.

Raka menutup pintu dengan pelan dan mulai turun menuju lantai bawah.

" Baby sudah tidur? " Tanya Sang Papah.

" Ya, Iki sudah tidur."

" Baguslah kalau begitu. Sekarang kita akan membahas bagaimana baby tetap nyaman tanpa Rani. Karena semenjak Rani menitipkan Iki ke panti, Iki belum sama sekali mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Itupun dari si ibu panti itu. Amy, Cindy, bagaimana pendapat kalian? Apakah kalian mau jadi ibu sambung Iki, memberinya kasih sayang seorang ibu?"

" Iya pah, Amy akan menyayangi Iki seperti anak Amy sendiri."

" Begitupun dengan Cindy pah." 2 wanita itu setuju.

" Karena kalian setuju, mari bubar dan istirahat untuk hari esok." Mereka semua mulai bubar setelah berdiskusi bersama tadi.

To Be Continued

Hai hai semua~

Balik lagi nih kesayangan kita baby Iki

Jika kalian merasa ini pendek, maaf banget ya. Beberapa hari ini tangan saya sakit soalnya, jadi nggak bisa ngetik lama. Itupun maksimal 1000an kata.

Dan juga makasih buat kalian karena sudah votment, karena votment kalian membuat saya semakin semangat lanjutin cerita Cute's BabyBoy ini.

Sekian hari ini,

Bay Bay~

Cute's BabyBoy (Up Sesuai Mood) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang