"Wah... sejak kapan kafe kecilku ini berubah jadi restoran?"
Seorang wanita yang tadinya sibuk berkutat dengan masakannya kini menoleh, mendapati wanita seumurannya---lebih tepatnya Bosnya, berdiri di sebelahnya seraya meminum ice americano.
"Kamarin nasi goreng, dan sekarang apa ini... oh, apa itu ramen?"
Wanita itu melirik sekilas teman yang juga merangkap menjadi Bosnya itu, lalu mengangguk seraya memasukkan sayuran ke dalam panci.
"Mau juga?"
"Nah, akhirnya kau bertanya juga. Jawabannya tentu saja. Kalau boleh porsiku lebih besar ya"
Wanita itu hanya terkekeh, sudah menduga kalau Bosnya itu sering datang di jam mendekati tutup. Jadi sudah mempersiapkan lebih dulu.
"Sudah malam masih saja minum es. Minum ini saja" Vara menggeser secangkir ocha hangat untuk Meera, lalu mengambil cup ice americano dari wanita itu. "Dan ini sudah americano ke berapa untuk hari ini?"
"Ehm... kayaknya ke lima. Hehe" Meera nyengir kuda, lalu menyesap ocha hangat yang Vara berikan.
Vara cuma mendengus, kemudian kembali berkutat pada ramen yang kini sudah matang, menyiapkannya ke mangkuk dan memberikan toping. Begitu siap, Vara mengambil pena dan kertas yang tadi diberikan salah satu waiters, lalu membalik kertas tadi dan mulai menulis.
"Wih... lagi-lagi bertukar pesan cinta" celetuk Meera seraya mengintip Vara yang tengah menulis pesan balasan dari pelanggan spesialnya.
"Setidaknya hanya ini yang bisa aku lakukan" kata Vara dengan senyum mengembang, lalu menyelipkan surat itu di bawah cangkir ocha yang sudah lebih dulu ada di atas baki bersama semangkuk ramen. Lalu menekan bel yang menempel di meja---memberitahu waitersnya bahwa pesanan telah siap.
"Mau sampai kapan?"
Vara menoleh ke arah Meera yang kini menatapnya sendu.
Seulas senyum terbit di bibir Vara. "Selama yang aku bisa"
Terenyuh.
Meera memang tidak tahu semua kisah hidup Vara sebelumnya, namun yang dapat Meera ketahui, Vara begitu mencintai pria itu. Pria yang padahal begitu dekat dengan Vara, namun mengapa wanita itu malah bersembunyi seperti ini? Karena Meera bukan tipe pemaksa yang mengharuskan Vara untuk bercerita dengannya, ya sudah... Meera hanya bisa menunggu. Menunggu Vara menceritakan semuanya, alasan mengapa dia memilih jalan ini. Jalan dengan bersembunyi, dan hanya melihat pria itu dari jauh.
Tak lama waiters datang dan mengambil pesanan itu. Begitu waiters pergi, Meera duduk di kursi depan pantry. Bukannya menyantap ramen di depannya, Meera malah menatap lekat Vara.
"Mungkin aku tidak berhak bertanya. Namun aku sudah menahan diri selama ini. Aku penasaran. Tapi aku juga tidak ingin membuatmu tidak nyaman" Meera menghembuskan napas pelan, lalu beralih menatap ramen di depannya. Wajahnya tiba-tiba menjadi gusar.
"Dia, pria istimewa di hatiku. Sejak dulu, bahkan sampai sekarang"
Meera mengangkat wajahnya, melihat ke arah Vara yang ternyata sedang tersenyum seraya memperhatikan pria yang duduk di pojokan, dekat jendela---tengah menikmati ramen buatan Vara---melalui pintu kaca yang menghubungkan antara dapur dan bagian tengah kafe itu.
Vara selalu mengamati pria itu dari sana, memastikan pria itu makan dengan lahap, memastikan pria itu dalam keadaan baik-baik saja. Untung saja pintu kaca tersebut nampak gelap jika dilihat dari luar, namun nampak jernih ketika dari dalam (area dapur), jadi Vara tidak terlalu takut akan ketahuan, juga bisa memandang wajah pria itu sepuasnya dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia[END]
General FictionSeistimewa apa sih dia sampai kamu nggak bisa menerima orang baru? Start: 14 Agustus 2023 Ended: 27 Maret 2024