🍁17

44 4 0
                                    

Selesai melakukan konsultasi dan follow-up beberapa pasiennya, Hasa berjalan ke meja perawat dan menemukan Bu Jonah tengah memeriksa layar komputernya.

"Situasi aman kan, Ibu kepala suku?"

"Aman. Mau pergi sekarang?"

Hasa mengangguk semangat dengan cengiran lebar.

"Yaudah sana. Oh ya, udah ijin sama ayang pertama belum?"

"Eh? Ayang pertama?

"Iya. Si Jinan"

Hasa mendengus. "Mulai lagi..."

Bu Jonah cekikikan.

"Kalau ada apa-apa, kabarin aja, oke? Bye, Ibu kepala suku..."

Mendengar itu Bu Jonah merengut. "Kebiasaan. Yaudah, ati-ati... have fun!"

Hasa cuma ngangguk, lalu bergegas menuju mobilnya.

Tadi malam Hasa sudah meminta izin kepada Pak direktur untuk bekerja setengah hari. Meski begitu, dia tetap harus konfirmasi juga kepada Bu Jonah sebagai kepala perawat, karena jika situasi RS masih belum aman, kemungkinan Hasa harus tetap tinggal.

Dan untung saja situasi hari ini cukup aman dan kondusif, jadi Hasa bisa pergi kencan dengan tenang. Semoga saja...

Sesuai rencana, tempat pertama kali yang mereka tuju adalah tempat peristirahatan terakhir Bundanya Hasa.

Hasa dan Vara menundukkan kepala seraya memejamkam mata untuk memanjatkan doa untuk Bunda dan Ayahnya Hasa.

"Assalamualaikum Bunda, Ayah... kami datang" sapa Vara. "Maaf, karena baru bisa jenguk sekarang"

"Bunda, Ayah... kenalin nih, calon istri Hasa. Iya... dia Vara. Isvara Arsy Gistara yang sama. Akhirnya Hasa berhasil" kata Hasa lalu merangkul Vara.

"Hari ini kami datang untuk meminta restu. Benar, Hasa udah ngelamar Vara. Oh tentu aja diterima dong... makanya Hasa bahagia banget. Seandainya Bunda sama Ayah masih ada di sini, pasti Hasa bisa lebih bahagia lagi. Bisa melihat kalian hadir ke acara pernikahan Hasa dan Vara nanti.

Tapi tenang aja... Hasa udah baik-baik aja kok sekarang. Kalian juga harus bahagia ya di sana... Hasa akan selalu doain Bunda sama Ayah yang terbaik juga. Terimakasih sudah menjadi orang tua terbaik untuk Hasa"

Seakan tahu, Vara langsung menggenggam tangan Hasa membuat pria itu kini menatap ke arahnya.

"Bunda sama Ayah jangan khawatir, Hasa sudah menjadi pria yang hebat. Hasa yang sekarang lebih tinggi, lebih ganteng, dan lebih pemberani. Yah, meskipun masih cengeng sih, hehe.

Pokoknya, kalian tenang aja, anak kalian yang paling ganteng ini sekarang hidup dengan baik dan sehat. Bahkan sekarang udah bisa jagain Vara juga, hehe... kalian di sana juga harus bahagia ya... Vara sayang sama Bunda dan Ayah" kata Vara lalu mendongak untuk menatap Hasa. Manik mereka bertemu membuat Vara mengulas senyum manisnya.

"Aku juga sayang sama kamu, Vara..."

"Ak---

"Jangan bilang... aku tahu. Awas aja!"

Vara terkekeh pelan. "Iya, aku juga sayang kamu, Hasa"

"Nah gitu dong" kata Hasa dengan senyum senangnya lalu menarik Vara ke dalam pelukannya.

Setelah itu mereka kembali masuk ke mobil. Melaksanakan rencana kedua. Menjenguk tempat peristirahatan Mama dan Papa Vara yang ada di perbatasan kota. Jaraknya lumayan jauh, memakan waktu hampir 2 jam perjalanan.

"Sa..."

"Iya sayang---Akh! Kok aku digeplak sih, Ra?" Keluh Hasa karena tiba-tiba Vara menggeplak lengannya yang masih menyetir. Untung saja tidak oleng dan masih di jalur aman. Ya jelas dong, Hasa kan punya bakat jadi kang supir yang handal. Wkwk

Setia[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang