🍁21

53 4 0
                                    

Hari ini, tepatnya Sabtu pagi, mungkin adalah hari patah hati teruntuk para penggemar Hasa. Karena pagi ini pria itu baru saja menyelesaikan ijab kobulnya terhadap Vara di depan penghulu.

Sebulan setelah Vara keluar dari rumah sakit, mereka melangsungkan acara pernikahan.

Awalnya Vara hanya ingin pernikahan sederhana saja, dilakukan di KUA agar tidak ribet dan mengundang beberapa teman dekat saja. Lagi pula mereka, baik dari Hasa mau pun Vara sudah tak memiliki kerabat lainnya.

Namun tentu saja Hasa tidak menyetujui itu. Setidaknya harus menyewa gedung, mengenakan gaun pernikahan yang cantik untuk resepsi, juga mengundang tamu---yang kebanyakan adalah rekan kerja Hasa dari RS. Dewantara.

Karena Hasa yang tidak mudah bergaul dan tidak pandai bersosialisasi, juga Vara yang memang tidak memiliki teman dekat lainnya, alhasil mereka menyerahkan tugas tersebut kepada Meera dan Jinan yang bertugas mengurus kartu undangan, tentu saja atas persetujuan Hasa dan Vara juga.

"Selamat Vara kesayangan akuuuh~samawa, happy dunia akhirat pokoknya ya~" kata Meera sambil memeluk erat Vara.

"Terimakasih, Meera..."

"Aku tunggu kabar kehadiran keponakanku ya, hihi..." bisik Meera lalu melepas pelukannya membuat Vara terkekeh.

"Selamat ya, Sa... jagain Vara loh! Pokoknya aku bakal pantau" kata Meera seraya memasang wajah horor, seakan sedang memperingati pria itu.

Hasa terkekeh. "Iya, Meer... tenang aja"

"Selamat, Vara... samawa ya~" ucap Jinan.

Vara mengangguk seraya tersenyum. "Terimakasih, Jinan..."

"Btw, hati-hati entar malem ya~ Awas diterkam sama macan. Hihi" bisik Jinan membuat wajah Vara memerah.

"Wuhuuuy~ Pak dokter Hasa... selamat ya~ Samawa pokoknya. Akhirnya temenku yang bujang lapuk sold out juga" kata Jinan sambil memeluk Hasa.

"Wah, kayaknya ada yang lupa bawa kaca ya?" Sindir Hasa membuat Jinan melepas pelukannya lalu terkekeh.

"Aku saranin pdkt nya jangan kelamaan. Nanti keburu ketikung sama yang lain" bisik Hasa membuat Jinan terbelalak.

"Enak aja! Jangan gitu dong~"

"Udah sono turun! Belakangmu udah pada ngantri tuh. Kakiku juga udah kesemutan" tutur Hasa pelan, menggerakkan tangannya mengusir Jinan yang sepertinya tidak berniat turun.

"Ehehe... iya iya" lalu pria itu turun, berjalan menghampiri seseorang.

Acara berjalan lancar, ucapan selamat dari tamu undangan telah selesai. Acara foto-foto bersama teman-teman juga sudah.

Di hari yang bahagia itu, ada satu wajah yang nampaknya terlihat tidak senang, lebih tepatnya sedih khas wajah orang patah hati.

Wanita itu hanya duduk sembari menatap sendu ke arah Hasa yang berdiri di depan sana bersama wanita lain yang kini sudah sah menjadi istrinya.

Tau gini aku nggak usah datang aja. Ya gustiii... bener-bener nggak kuaaat!

Gisella memalingkan wajahnya, lalu menyeka air mata yang jatuh membasahi pipi mulusnya.

"Lagi patah hati juga ya?"

Gisella terkesiap, lalu menoleh dan mendapati seorang pria yang entah sejak kapan duduk di sebelahnya.

Wanita itu tak menjawab, mengambil beberapa tissue di meja itu untuk mengelap hidungnya yang kini ikutan berair.

"Sama, aku juga..."

Setia[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang