🍁14

53 4 0
                                    

Sedari turun dari mobil hingga berjalan di sepanjang koridor RS. Dewantara, Hasa belum juga melunturkan senyum yang tersungging di bibirnya.

Hari ini Hasa begitu bahagia, bahkan wajahnya terlihat lebih cerah dan berseri, mengabaikan tatapan terpana dari para perawat mau pun dokter wanita yang kebetulan berpapasan dengannya, Hasa tetap melangkahkan kakinya tanpa peduli sekitar.

"A-apa benar itu Dokter Hasa? Di-dia barusan tersenyum, kan? A-aku tidak salah lihat, kan???"

"Astaga astaga, jantungku! Kenapa dokter Hasa semakin tampan sih kalau senyum begitu? Kyaaa~ nggak kuat!"

"Ya Robbiii~sungguh indah sekali ciptaan-Muuu~Mataku yang tadinya layu karena begadang jadi melek begini"

"Subhanalloh, Masya Allah... gwanteng bwanget sih masa depan aku kalau senyum gituuu~"

"Karung mana karung?!"

Kaum hawa yang kebetulan berpapasan dengan Hasa langsung memekik heboh karena terpesona. Pasalnya hal itu merupakan sejarah di sepanjang hidup mereka selama bekerja di RS. Dewantara karena baru kali ini disuguhkan wajah rupawan Hasa yang dihiasi senyuman selebar itu.

Sungguh pemandangan yang langka.

Karena biasanya mereka hanya mendapati Hasa yang memasang wajah dingin dan paling mentoknya ya cuma senyum tipis, itu pun seringnya untuk pasien, bukan untuk rekan kerjanya, terutama wanita. Hasa memang terkenal pelit senyum kalau di RS. Dewantara.

"Widiiih~ ada apa nih? Perasaan tuh bibir nyengir mulu sampai buat anak perawan jejeritan?" Celetuk Jinan yang sedang mejeng di meja perawat.

Bukannya menjawab, Hasa malah memeluk erat Jinan membuat pria penjaga UGD itu terbelalak kaget.

"Apaan sih wey?! Lepas!"

Hasa melepas pelukannya. "Aku berhasil, Nan... aku berhasil"

Jinan yang memiliki otak cepat tanggap langsung paham maksud Hasa.

"Jadi, udah official nih?"

Hasa mengangguk dengan cengiran lebarnya membuat Jinan gantian memeluk Hasa dengan erat.

"Selamat, Brody... Akhirnya! Anjir, seneng banget dengernya~" Jinan sampai nepuk-nepuk punggung Hasa sambil jingkrak-jingkrak.

"Ada yang bisa jelasin ke saya kalian lagi apa?" Celetukan Bu Jonah membuat Jinan dan Hasa langsung melepas pelukan mereka dan bergerak menjauh, lalu menatap ke Bu Jonah dengan cengiran lebar.

Tentu saja bukan hanya Bu Jonah, perawat lainnya yang juga melihat aksi heboh dua dokter itu pun dibuat kaget sekaligus bingung. Kalau mendapati tingkah absurd Jinan sih sudah biasa. Tapi kalau Hasa?

"Morning Ibu kepala suku~" sapa Jinan ramah.

"Hm. Tadi ngapain peluk-pelukan kek teletubis? Ah! Jangan bilang kalian---

"NO!" Teriak Jinan dan Hasa bersamaan dengan wajah panik.

Kebiasaan, Bu Jonah tuh sering ngatain mereka ada hubungan spesial. Mentang-mentang Hasa dan Jinan dekat, sering terlihat bersama, keduanya juga sama-sama jomblo, tidak pernah dikabarkan dekat dengan wanita, jadinya difitnah belok. Aish... naudzubillah, deh!

"Saya tuh lagi ngasih selamat ke Hasa, Bu Jonah... karena akhirnya dia enggak jomblo lagi, hihi"

"Maksudnya, Hasa punya pacar??"

"Lebih tepatnya calon istri, Bu Jonah" jawaban Hasa membuat Jinan dan Bu Jonah langsung menatap ke arahnya dengan kedua mata terbelalak lebar.

"Serius kau, Bro?"

Setia[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang