🍁16

47 4 0
                                    

Hasa keluar dari kamar mandi---yang ada di kafe Meera---sudah dengan penampilan lebih segar. Mengenakan kaos putih dengan bawahan celana training.

Tadi selesai makan malam, pria itu menumpang mandi di sana karena tadi saat datang ke tempat Vara kan terburu-buru jadi Hasa tidak sempat membersihkan diri, bahkan pria itu masih menggunakan seragam hijau rumah sakit.

Untung saja di mobil Hasa ada baju ganti, mungkin karena pria itu sudah terbiasa menemani Jinan menginap di RS. Dewantara, jadi terbiasa sedia baju ganti.

Hasa naik ke lantai dua, melihat Vara yang tengah duduk di sofa seraya menonton tv. Mendengar suara langkah kaki, wanita itu menoleh dan mendapati Hasa yang berjalan ke arahnya sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.

"Duduk sini" Vara menepuk bagian kosong sofa di sebelahnya. "Nih, tadi aku buatin teh anget"

Hasa duduk di sebelah Vara, menerima teh hangat yang diberikan wanita itu lalu menyesapnya.

Vara beranjak, mengambil sesuatu dari laci lemari yang ada di pojokan ruangan. Lalu kembali duduk ke tempat semula dengan hair dryer portable di tangannya.

"Sini, biar aku bantu keringin rambutnya"

Mendengar itu Hasa tersenyum senang, pria itu meletakkan cangkir teh yang tersisa setengah di atas meja, lalu mengubah posisi duduknya menjadi di bawah, tepatnya di atas karpet berbulu yang Vara beli sebulan lalu.

Vara membantu mengeringkan rambut Hasa sembari sesekali melihat ke arah layar televisi yang sedang menampilkan tayangan ulang film Habibie & Ainun.

"Masih aja suka sama film romantis, Ra?"

"Hehe, iya. Apalagi kalau pasangannya setia kayak mereka"

"Kayak kita juga ya, Ra?"

Pergerakan Vara terhenti membuat Hasa bingung lalu mendongak untuk menatap wajah Vara yang kini terlihat sedih.

"Maaf, Hasa... karena aku gagal jadi orang yang setia"

Seketika Hasa merasa bersalah dengan pilihan katanya barusan.

Hasa berbalik, duduk menghadap Vara, lalu menggenggam tangan wanita itu.

"Enggak, Ra... kamu jangan minta maaf kayak gitu. Kalau ada orang yang harus disalahkan di sini adalah Mark. Bukan kamu. Kamu cuma orang yang berhati baik, tapi kurang beruntung aja karena ketemu pria sebrengsek dia.

Aku juga makasih banget sama kamu, Ra. Meski udah masuk di dunia Mark, kamu tetep mau nerima aku yang cuma remahan rengginang ini---Akh! Kok aku digeplak sih, Ra?" Keluh Hasa karena tiba-tiba kepala belakangnya digeplak Vara.

"Ya kamu, masih ngomong serius juga tiba-tiba bawa remahan rengginang? Kan aku jadi ngakak" kata Vara yang disertai tawa, lalu melanjutkan mengeringkan rambut Hasa.

Melihat itu, Hasa jadi senang.

"Tapi emang bener, Ra... ibarat nih ya, kamu tuh serbuk berlian---ah, bukan serbuk berlian. Tapi berlian yang memendarkan cahaya di segala sisi, dan sedangkan aku... aku cuma remahan rengginang! Sumpah, aku bener-bener beruntung banget dicintai sebanyak itu sama berlian yang berharga kayak kamu ini" ucap Hasa seraya mencium punggung tangan Vara.

"Hilih, gombal banget sumpah. Sejak kapan kamu jadi buaya gini, Sa? Ah, pasti bukan aku aja nih yang pernah diginiin" celetuk Vara membuat Hasa menggeleng ribut.

"Enggak, Ra, sumpah! Selama ini aku nggak pernah godain perempuan lain. Aku bilang kek gini juga baru sama kamu doang, Ra... ceritanya pingin jadi cowok romantis kayak di tv gitu... kalau nggak percaya, tanya Jinan aja" Hasa buru-buru menjelaskan membuat Vara tertawa.

Setia[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang