🍁23

54 4 0
                                    

Usia kandungan Vara kini sudah memasuki pertengahan menuju sembilan bulan. Menurut hari perkiraan lahir, sekitar 3 minggu lagi Vara akan melahirkan.

Karena mengandung anak kembar, perut Vara jadi terlihat lebih besar dari perut wanita hamil pada umumnya.

Tentu saja Hasa menjadi lebih protektif, bahkan semenjak Vara dinyatakan hamil, pria itu melarang istrinya pergi ke kafe Meera atau melakukan pekerjaan yang akan membuat istrinya kelelahan. Maka dari itu, selama masa kehamilan, Vara bekerja memantau kafe dari rumah. Jika ada hal urgent baru dia akan pergi ke sana, tentu saja dengan Hasa yang mengantar atau Meera yang datang menjemputnya.

Atau... diam-diam pergi ke sana tanpa sepengetahuan Hasa kalau memang Vara sedang segabut itu. Biasa, suka cari masalah dia.

Padahal di kafe, Vara juga hanya memantau dan mengecek saja kok kalau tidak ada hal urgent. Sekarang kafe Meera sudah menjadi lebih besar dari sebelumnya apalagi setelah mendapat investor yang mau bekerja sama, begitu juga dengan pegawai yang juga ikut bertambah.

Memang sih, pekerjaan di kafe selama ini Vara yang handle. Karena jujur saja, Meera tidak ahli dalam soal berbisnis. Kalau soal memukul dan menendang orang, nah itu baru keahlian Meera tanpa perlu diragukan lagi karena sudah tersertifikasi.

Jika Hasa sedang di rumah, semua pekerjaan rumah pun Hasa yang mengerjakan. Bahkan pria itu sampai pernah belajar memasak lewat youtube, meski pada akhirnya mendapat semprotan dari Vara karena hampir membakar dapur. Padahal Vara tidak pernah meminta, namun Hasa selalu berinisiatif. Maka dari itu, ketika Hasa tidak di rumah, Vara akan mengerjakan pekerjaan rumahnya itu supaya ketika suaminya pulang bisa istirahat. Lama-lama kasihan juga. Tch!

Mengenai morning sickness, Hasa sudah tak mengalaminya sejak memasuki awal trisemester dua. Vara juga tak banyak menyidam yang aneh-aneh, hanya sering terbangun di malam hari, lalu meminta Hasa untuk membuatkan mie goreng basah dengan telur goreng mata sapi. Dan mie gorengnya harus yang Mie Sedaap, tidak mau yang lainnya.

"Beneran mau ke sana lagi? Nggak usah deh, suruh mereka aja yang datang ke sini"

"Kamu gila ya, Sa?! Mana ada pengantin yang malah datangin tamu undangannya? Yang ada kita yang harus ke sana lah! Aku juga udah dandan cantik gini yakali nggak jadi berangkat. Apalagi ini pernikahannya Meera sama Jinan. Aku kan nggak mau absen di foto pernikahan mereka~" jelas Vara lalu hendak mengambil tasnya, namun Hasa lebih dulu bertindak.

"Biar aku aja yang bawa"

"Ya ampun, padahal cuma tas dan itu pun nggak seberat itu. Masih aja..." gumam Vara dengan kekehan membuat Hasa mendekat, kemudian merangkul pinggang istrinya, lalu berjalan beriringan menuju depan, di mana mobilnya terparkir.

"Kalau kamu mau, aku bisa gendong kamu sampai masuk mobil. Terus turun mobil aku gendong lagi sampai panggung pelaminan"

"Ya ampun, Sa... emangnya nggak berat? Badan aku aja udah segede gaban gini loh. Belum lagi si kembar dalam perut aku. Bisa-bisa pulang dari resepsi Meera kamu encok mendadak"

"Wah, ngremehin tenaga aku? Mau bukti?" Tanya Hasa seraya tersenyum jahil kemudian membuka pintu mobil untuk Vara.

Vara menggeleng brutal. "Nggak. Makasih tawarannya, tapi aku masih sanggup jalan sendiri, haha"

Hasa cuma mendengus, lalu menyusul masuk ke mobil, duduk di kursi kemudi.

"Kamu beneran kuat, Ra? Nanti di sana kecapekan gimana? Aku beneran nggak sanggup loh ngebayangin kamu jalan sambil bawa si kembar" kata Hasa yang entah sudah kesekian kalinya dengan wajah khawatir seraya mengelus perut buncit Vara sebelum menstarter mobilnya.

Setia[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang