Six

2.3K 186 34
                                    

Sebelum baca, ayo vote terlebih dahulu ygy

Happy reading

"Sorry," ucap Laskar.

Dean menghembuskan nafasnya lelah, sebenarnya dia ingin mengamuk, tapi di sini laskar tidak sepenuhnya bersalah. Saudara kembarnya itu juga ceroboh karena tidak melihat makanannya dengan baik, sebelum di makan.

"Kalo gue ngamuk berlebihan, yang ada gue kaya orang yang ga punya otak," gumam Dean, yang membuat Laskar mengerutkan keningnya.

"Lian, baik-baik aja kan?" tanya Laskar. Dean menganggukkan kepalanya.

"Dia lagi istirahat, jadi nanti aja kalo mau jenguk dia. Dia perlu banyak istirahat untuk sekarang," jelas Dean. Cowok itu bisa melihat sedikit rasa lega dari raut wajah Laskar. Sangat jarang dia menunjukan wajah seperti itu, jadi bisa Dean tanggap dia benar-benar merasa bersalah.

"Dah," Dean berniat pergi meninggalkan Laskar di sana, namun tangannya langsung di cekal oleh Laskar.

Dean berbalik, menatap bingung ke arah Laskar. Alisnya menukik tajam.

"Yan, soal penawaran gue-"

"Lo saat kaya gini masih aja ya anjing!" Dean memukul kuat kepala Laskar dan langsung pergi dari sana, meninggalkan sang empu yang mengandu kesakitan. Laskar berjongkok sambil mengusap kepalanya yang tadi di pukul Dean. Sial, padahal dia cuman pengen bernegosiasi, malah kena gebuk.

Sementara itu, Dean berjalan cepat. Gusar dan emosi karena Laskar, mahkluk halus itu seolah sudah kehilangan akal sehatnya. Ingin rasanya dia membuang tubuh Laskar dari atas tugu Monas.

Dean menghentikan langkahnya di koperasi. Setelah menyelesaikan keperluannya di sana, cowok itu kini pergi menuju kantin. Dia memang tidak sempat makan, karena kejadian tadi. Sekarang perutnya meronta-ronta ingin di isi.

Sesampainya di kantin, cowok itu langsung memesan makanan untuknya. Dean mengambil ponselnya dari saku celana. Mengirim pesan kepada sahabatnya, ingin nitip makanan atau tidak.

Setelah mendapatkan balasan dari Aril, yang ternyata tidak ingin nitip, Dean kemudian segera memakan makanannya langsung di sana.

Setelah selesai mengisi perutnya, Dean berjalan pergi menuju kelas karena bel sudah berbunyi. Sekalian buat ijinin Lian di UKS.

"DEANNN!!!" teriakan nyaring itu membuat Dean menoleh ke belakang. Di sana, Wiwin gadis yang selalu tergila-gila ingin menjadi dominan untuknya. Agak lain memang gadis itu.

"Lo ngapain di luar? Udah bel masuk," tanya Dean. Wiwin tersenyum sambil mencolek lengan Dean membuat cowok itu menatap horor Wiwin.

"Apasih colek-colek, lu kira gue sabun colek apa?" Wiwin langsung menarik pundak Dean.

"Ye anjir, jangan di tabok juga dong." kesal Dean sambil menatap tajam Wiwin.

"Tadi katanya jangan di colek, di tabok juga jangan. Emang boti selalu benar," ujar gadis itu sambil menganggukkan kepalanya.

"Pala Lo boti." Dean menoyor dahi gadis itu. Wiwin mendengus sambil mengusap dahinya.

"Oh iya, gue kan ga masuk kemaren-kemaren trus ada gosip, katanya lu Deket sama Laskar. Bener itu?" tanya Winwin. Dean mengerutkan keningnya.

"Kaga lah anjir, ngapain coba?" sejak kapan dia dekat dengan Laskar? Mereka dekat cuman karena Dean sekarang lagi jadi babunya aja.

"Lah trus ini apa?" Winwin menunjukan foto yang terpampang di layar ponsel milik gadis di depannya itu.

"Itu mah kembaran gue," ujar Dean sambil menunjuk layar ponsel Wiwin.

"HAH?!" Wiwin menatap melotot sempurna ke arah Dean. Bahkan wajahnya sampai di majukan. Dean memutar bola matanya malas kemudian mendorong dahi Wiwin agar dirinya menjauh.

RIVAL [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang