Nineteen

576 74 10
                                    

Vote dan komennya juseyo 🛐

Happy reading

.
.
.

Weekend adalah waktu yang cocok untuk istirahat dan menghabiskan waktu untuk hal lain selain belajar dan sekolah. Sama seperti Dean yang memilih rebahan di kasurnya, alih-alih pergi keluar seperti yang lainnya. Kakinya yang masih nyeri membuat dirinya malas untuk bermain ke luar. Dia ingin beristirahat dengan baik agar cepat pulih dan bisa kembali latihan seperti biasa.

Pintu kamar terbuka perlahan. Dean yang tengah duduk bersandar di kasur mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

"Dean," panggil Lian pelan. Cowok itu sudah memakai baju rapi, mengingat hari ini adalah jadwal dia cek up.

"Udah mau pergi?" Lian mengangguk. Cowok itu menutup pintu dan mendekat ke arah Dean.

"Dean beneran nggak mau ikut?" Dean menggeleng kepalanya. Lian yang melihat respon Dean membuang nafasnya berat. Lian memang sudah mengajak kembarannya itu untuk ikut dari malam. Namun, Dean memilih tidak ikut.

"Ayo ikut. Hari ini Lian bakal ketemu Laskar, jadi Dean bisa sama bunda dan ayah setelah Lian pergi," ujar Lian lagi. Bukan tanpa alasan Lian memaksa saudara kembarnya itu untuk ikut. Dia ingin Dean memiliki waktu yang banyak bersama kedua orang tua mereka. Dia merasa bersalah untuk itu dan mencoba memperbaikinya.

Dean tidak langsung merespon ajakan Lian. Dia terdiam sambil berpikir sejenak. Apa bisa?

"Ya, Dean ikut ya?" mohon Lian. Dean menghembuskan nafasnya perlahan, kemudian mengangguk. Melihat persetujuan dari Dean, Lian lantas tersenyum lebar sambil berloncat kegirangan.

"Okey, aku bilang bunda sama ayah kalau kamu ikut. Buruan mandi, trus siap-siap, bentar lagi kita jalan." Dean mengangguk. Masih dengan senyumnya, Lian keluar dari kamar Dean. Seusai kembarannya itu keluar, Dean segera mandi. Mungkin memang tidak ada salahnya jika dia menghabiskan weekend bersama kedua orangtuanya.

***

Mereka berempat sudah ada di dalam mobil. Di depan ada Fadli dan Yuna, kemudian di bangku belakang ada Lian dan Dean.

"Ayok berangkat," ujar Lian senang. Yuna tersenyum melihat putranya itu. Fadli segera menyalakan mesin mobil dan segera meninggalkan rumah menuju rumah sakit tempat Lian cek up.

Perjalan selama di mobil bisa di bilang cukup kondusif. Lian mencairkan suasana dengan terus mengajak mereka bertiga berbincang. Walaupun Dean tau, hanya ucapan Lian yang di tanggapi.

Mobil Fadli masuk ke tempat parkir rumah sakit. Mereka berempat lalu turun dan pergi ke ruangan dokter.

Sesampainya di sana, Lian segera di periksa. Fadli dan Yuna duduk di belakang Lian yang kini tengah di periksa. Dean memilih keluar dari ruangan. Cowok itu duduk di bangku koridor rumah sakit, sambil melihat para perawat berlalu lalang di depannya.

"Atas nama Dean." Mendengar suaranya di sebut, Dean menoleh ke samping. Di sampingnya, terlihat seorang suster yang tersenyum ke arahnya.

"Iya, saya. Ada perlu apa yang sus?" tanya Dean dengan keningnya mengkerut.

"Mari ke ruangan dokter untuk di periksa kakinya." Dean semakin mengkerutkan keningnya. Tidak paham kenapa dia tiba-tiba di panggil untuk pemeriksaan.

"Orang tuamu menyuruh kamu untuk periksa kondisi kaki. Ayo ikut saya ke ruangan." Seusai menjelaskan, suster itu segera berjalan lebih dulu. Dean perlahan bangkit dari duduknya dan mengikuti sang suster dengan perlahan.

Sesampainya di depan ruangan, Dean segera masuk dan bertemu dengan dokter.

"Bagaimana kaki kamu belakangan ini? Katanya kamu kadang merasakan nyeri saat berjalan terlalu lama?" tanya sang dokter. Dean mengangguk perlahan.

RIVAL [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang