07'Dijemput?

398 14 2
                                    

"Benar ini tempatnya?" Damian menempelkan benda pipih tersebut pada telinganya, gigi laki-laki itu terdengar berdecit saat gerahamnya mengeras.

"Benar tuan, gps tuan sudah sesuai dengan titik koordinat yang kami berikan."  Suara sahutan yang terdengar dari ujung telepon akhirnya membuat Damian segera memarkirkan mobil yang sedang dia kendarai lalu keluar dari sana.

"Baik, terima kasih." Sambungan telepon tersebut dengan cepat terputus saat Damian memasukkan kembali benda pipih itu pada kantung celana miliknya.

Damian menatap lekat pada sebuah bagungan lumayan tua yang terlihat sedikit usang, bagi Damian mungkin rumah tua yang cukup besar itu hanya terlihat seperti sebuah gudang dibandingkan rumah. Hawa suram segera terasa menyelimuti sebab rumah ini termasuk rumah yang terpencil, hanya dikelilingi oleh kebun. Damian menatap pada sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir pada garasi kayu sederhana, itu mobil yang membawa Emma tadi malam, Damian sempat melihat CCTV-nya tadi.

"Permisi, apa yang Anda lakukan disana?" Seorang wanita dengan baju panjang dan terlihat sedang mengandung itu menatap Damian dengan dahi menyerngit heran, perempuan itu menghembuskan asap rokoknya lalu menatap pada mobil Damian dan Damian secara bergantian.

Damian belum sempat menjawab pertanyaan perempuan itu, namun perempuan itu kembali terdengar bersuara.

"Apa anda ingin membeli emas batang? Jika iya, kami sedang tidak buka beberapa hari ke depan, datanglah lagi kemari saat akhir pekan." Perempuan tersebut akhirnya hendak kembali masuk ke dalam rumah sebelum Damian akhirnya mulai mengeluarkan suara.

"Saya ingin bertemu dengan wanita yang dibawa oleh suami anda, tadi malam." Suara berat Damian seolah hanya mengambang di udara. Perempuan hamil itu menghembuskan kasar asap rokok yang sedang dia hisap kemudian membuang puntung rokok tersebut dengan sembarangan.

"Siapa anda? Ada perlu apa? Suami saya tidak membawa siapapun tadi malam, pergilah!" Perempuan itu terdengar cukup kesal lalu bergerak hendak kembali memasuki rumahnya sebelum seorang pria tua keluar dari rumah itu.

"Siapa dia?" tanya pria tua itu pada istrinya.

"Hanya orang tidak jelas, kita masuk saja." Wanita itu kemudian berupaya untuk menarik masuk suaminya kembali ke dalam rumah, namun, laki-laki itu tampaknya sama sekali tidak menggubris ajakan istrinya, dia semakin tertarik dengan Damian.

"Siapa kau?" tanya laki-laki itu berterus terang.

"Saya Damian, saya datang hanya untuk menjemput Emma, dia pasti berada di dalam sana." Damian tersenyum tipis, bersikap sopan karena sedang berhadapan dengan orang tua yang sedikit kelihatan menyebalkan.

Laki-laki tua itu menggeram setelah mendengar keinginan Damian lalu dia berjalan mendekat, hingga tubuhnya yang lebih pendek dari Damian itu akhirnya berhenti tepat di hadapan Damian. Wedrick menatap Damian dengan lekat dari atas hingga bawah, tidak lupa pula tatapan merendahkan. Oh ayolah, seharusnya siapa yang merendahkan siapa sekarang.

"Jadi kau laki-laki yang berani menikahi Emma," tutur Wedrick dengan tatapan kesal sementara Damian mengerutkan keningnya tipis, dia dan Emma belum menikah.

"Dia selalu mengatakan bahwa suaminya akan menjemputnya, aku tidak percaya bahwa dia tidak sedang berbohong dan benar-benar ada laki-laki yang masih ingin memperistri wanita bodoh itu, tapi melihat mu benar-benar datang membuat ku muak dengan kalian." Wedrick membuang ludahnya dengan sembarangan, kemudian menatap mata Damian dengan tatapan tajam.

"Dengar anak muda, kau tidak akan membawa pulang siapapun dari sini, tidak istri mu sekali pun, karena Emma sudah lebih dulu dijual oleh orang tuanya pada ku, jadi dia adalah hak ku sekarang. Pergi sana!" Wedrick membentak Damian dengan nada kasar.

Damian diam diam mencerna segalanya, jadi Emma sebenarnya memang ingin dijemput oleh Damian, bukan? Hingga perempuan itu merancu tidak jelas mengatakan bahwa suaminya akan datang menjemput, dia hanya jual mahal saja tidak ingin menikah dengan Damian. Wanita miskin memang seperti ini, mencoba jual mahal untuk mendapatkan lebih.

"Apa kita tidak bisa bernegosiasi terlebih dahulu di dalam?" tanya Damian dengan tenang, sebuah senyuman tercetak pada wajahnya yang tampak lebih mencolok di bawah sinar matahari terik pagi itu.

"Tidak ada negosiasi, dia akan ku jadikan istri ketiga ku, kau menikahlah lagi dengan wanita lain," ujar Wedrick.

"Tidak bisa seperti itu," Damian menatap Wedrick dengan menyipit lalu menatap pada istri laki-laki itu yang tengah hamil, diam-diam Damian menyerngit, laki-laki tua ini tampaknya gila wanita, istrinya hamil lalu dia masih ingin memperistri wanita lain?

"Tidak bisa seperti itu, bagaimana?! Sudah ku katakan kau pulang saja! Jangan sampai aku harus memukuli mu di sini!" teriak Wedrick mulai terasa kesal dengan wajah Damian, sebenarnya laki-laki itu lebih kesal lagi saat mengetahui bahwa suami Emma yang sedari tadi malam Emma sebut-sebut itu benar-benar muncul lalu menginginkan Emma kembali, bahkan menawarkan negosiasi pula. Wedrick punya harga diri tinggi, dia tidak akan mau menukarkan Emma dengan apapun.

Damian merasa geli saat mendengar penuturan Wedrick yang sudah mulai kesal, laki-laki itu mengancam ingin memukuli Damian dengan tubuh rentannya itu, dia hanya memiliki tenaga pada pita suaranya yang hanya dapat berteriak, selebihnya dia hanya laki-laki tua biasa. "Saya hanya ingin istri saya kembali, itu saja, saya memintanya secara baik-baik, saya juga menawarkan akan membayar berapa pun nominal yang Anda inginkan, kita hanya perlu bernegosiasi, izinkan saya masuk ke dalam untuk melihat keadaan istri saya, lalu saya akan berikan apapun yang anda inginkan." 

"Apa kau kira aku tidak punya uang? Sampai-sampai kau menawarkan hal itu padaku?" tanya Wedrick dengan air muka mulai merah padam, amarahnya pada Damian benar sudah di ujung tanduk merasa direndahkan.

"Bukankah kelihatannya memang seperti itu?" tanya Damian dengan bibir yang menarik sebuah senyuman. "Terlihat dari pakaian kalian, tempat tinggal kalian, maka tidak salah saya menawarkan hal tersebut."

"Kurang ajar!"

"Baiklah sepertinya kau sombong sekali, ayo kita lihat apa kau bisa membawakan dua ratus juta pada ku hari ini untuk kau tukarkan dengan istri mu itu!" geram Wedrick, laki-laki itu sudah yakin sekali bahwa Damian mungkin memiliki uang sebanyak itu dan dia tidak akan dengan mudah mengeluarkan uang ratusan juta hanya untuk menukarnya dengan Emma.

"Baiklah, akan saya suruh anak buah saya membawakan uangnya, tapi saya harus terlebih dahulu melihat keadaan istri saya, memastikan keadaannya baik-baik saja dan masih hidup." Di luar dugaan Wedrick, Damian justru langsung menerima tawaran tersebut tanpa mengatakan apapun, dia hanya ingin melihat Emma.

Gila, laki-laki ini sepertinya benar-benar kaya raya, Wedrick menjadi terdiam, tidak banyak berbicara.

"Aku harus lihat uangnya terlebih dahulu agar aku bisa membawa Emma kehadapan mu." Wedrick masih mencoba bernegosiasi, tidak benar-benar percaya Damian memiliki uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

"Baiklah, kita tunggu saja orang-orang saya mengantarkan uang itu, saya sudah mengabari mereka," sahut Damian dengan mudah.

Uang dalam jumlah seperti itu bukanlah hal yang cukup sulit bagi Damian, dia punya banyak sekali uang tunai yang bisa dia gunakan setiap saat untuk urusan bisnis yang mengharuskan penggunaan uang 'tunai' dalam bertransaksi. Jadi, memberikan uang dengan jumlah seperti itu hanya untuk Emma sebenarnya bukan hal yang benar-benar sulit bagi Damian, sama sekali tidak.

To be continued...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bayi Laki-laki Bagi Sang Miliuner!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang