25. - 𝐈𝐭 𝐰𝐚𝐬 𝐚 𝐟𝐚𝐢𝐥𝐞𝐝 𝐦𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 ⇣ 2

108 14 7
                                    

03.28
"Itu adalah pernikahan yang gagal."
Bagian dua





























⚘♪♫ - I'll leave your words - patrick watson - ⚘♪♫















Kelanjutan bab sebelumnya. 4 tahun sebelum lini waktu yang sebenarnya.















Jauh menoleh pada waktu yang telah berlalu, trafalgar law mengambil nafas dalam-dalam, tangannya sedikit gemetaran merasakan gugup luar biasa, polar tang diperkirakan menyelam hampir mendekati pulau kuraigana, para bajak laut hati sibuk berdandan serapih mungkin untuk pernikahan sang kapten. 

Begitupula bepo yang biasa memakai seragam orange khasnya sekarang mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam lengkap dengan celana hitam dan jam tangan emas pemberian sang mami tercinta, meskipun itu hasil curian dari bajak laut lain, "Kapten?. Apa kau sudah siap?." Tanya bepo sembari mengintipi law yang terlihat sudah berpakaian rapih dengan pakaian serba putih, rambut hitam itu pun ditata dengan rapih. 

Jas kokoh putih beserta setangkai bunga mawar disakunya, celana kain putih, harum semerbak wewangian memanjakan hidung  siapa saja yang mencium aroma tuan muda itu.

Jantungnya berdebar-debar mengikuti detakan jarum jam yang sebentar lagi menunjukkan pukul 19.43 namun dia merasa belum siap menikah di usianya yang masih 22 tahun. Law hannya bisa berdiri tegak menatap biru gelapnya lautan dari jendela ruangannya, lalu mengalihkan pandangan pada  sebuket besar bunga mawar merah muda di dekat berbagai hadiah yang ia tempatkan diatas lemari. "Ya, segera bersiap kita hampir sampai." 

"Aye-aye kaptain!." 

Bepo kembali menutup pintu ruangan law setelah memastikan sang mempelai pria itu sudah benar-benar selesai bersiap sebelum memasuki kawasan pulau kuraigana. Senyuman terpancar diwajah beruang putih besar itu, tidak sabar akan melihat betapa cantiknya sang mami malam ini.

"Bepo apa kau melihat dasi merah salurku?." 

"Mengganggu saja, aku tidak tau." Segak bepo sambil mengerutkan kening pada sachi sebab dianggap menganggu lamunan indah bepo. sepertinya dia atas permukaan laut agak gerimis.

"Aku hannya bertanya!." Sachi memutar bola matanya jengah  lalu pergi kembali mencari dasinya yang tidak tau dimana, seperti sachi dan bepo, penguin juga sudah rapih sejam sebelum sachi dan bepo bersiap.

Ikkaku merasa semuanya harus sempurna malam ini karena pernikahan itu momen sakral sekali seumur hidup, biarkan saja agak terlambat asal tidak ada yang terlupa, barang-barang sudah siap tertata rapih, orang-orang juga sudah siap, namun satu yang menganggu pandangan ikkaku. "Woi sachi, dimana dasimu?." 

"Aku tidak tau, mangkanya aku mencarinya." Sungut sachi sambil membuka beberapa lemari, karena tidak ingin sachi mencari sendirian, ikkaku membantunya sukarela, "mangkanya siapkan sebelum kita berangkat." 

Disaat orang-orang sibuk bersiap, penguin berhati lembut itu menangis haru, seolah olah kejutan terindah yang pernah ada, diturunkan untuknya, sederah kebahagian di momen sakral itu, tak kuasa lagi penguin membayangkan senyum bahagia orang paling berjasa baginya.

Terlepas dari derunya terpaan cobaan yang melanda, trafalgar law merasa bahagia untuk sisa hidup jika harus dihabiskan bersama maria, menjalani kehidupan sebagai penyambung nyawa pak cora harapan yang telah pupus sebelumnya kembali membara, dua insan ini akan memiliki sempurna tiada tara. Trafalgar law memegangi jantungnya, ada keraguan dihatinya yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata, kejanggalan terus menganggu pikirannya, rasa takut dan juga gugup.

OBLIVION || TRAFALGAR LAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang