6. MURIA

43 5 0
                                    

Updet dua part ygy. Semoga part ini bisa diterima dalam akal yak ...

Kalo bingung ya udah ditinggal aja. wkwk tapi kalo penasaran lanjutin bacanya...

 wkwk tapi kalo penasaran lanjutin bacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya dirumah, Ning gantari mencari babanya untuk meminta izin pergi berziarah ke Muria sendirian. Ia ingin mencari kekhusyukan disana. Ia ingin melepas semua beban kesedihan di makam Mbah Sunan Muria. Dengan celingukan mencari Kiyai Birru yang sepertinya sedang berada di ruang wayang. Babanya sedang menata wayang untuk pementasan di desa sebelah.

"Kenapa nduk?"

"Tari izin inggih, mau pergi."

"Kemana?" tanya Kiyai Birru.

"Mau ziarah ke mbah Sunan Muria. Boleh ya ba. Sendiri." Kiyai Biru menatap putrinya dengan seksama. Kemudian mengangguk. Kepala putrinya diusap.

"Oke boleh, tapi hati-hati ya nduk. Nanti pulangnya jangan kemalaman." Ning gantari menyetujui.

"Titip salam ke bubu inggih ba. Sekarang kan bubu masih mengajar."

"Siap baba sampaikan nanti ya. Sekarang ndang berangkat mumpung masih jam segini. Ndak usah ngebut-ngebut bawa motornya. Awas ya kalau ngebut."

"Siap pak dalang. Aman."

Setelahnya Ning gantari bergegas untuk mengambil tas yang berisi handphone, dompet, dan peralatan lain yang sekiranya dibutuhkan. Dengan mengendarai motor vario miliknya. Ia mulai menjalankan motornya. Dengan kecepatan standar membelah jalan raya dari Rembang menuju kawasan Sunan Muria. Kurang lebih perjalanan 1 jam 45 menit dilalui oleh Ning Tari. Hatinya menggebu ingin segera bertemu dengan leluhurnya. Merasakan sinar matahari yang juga tidak begitu terik hari ini. Sesekali juga berhenti di alfaindo untuk minum atau istirahat. Kurang lebih Ning Gantari tiba di tempat sekitar pukul 09.30 pagi. Ia memarkirkan motor di sekitar kawasan pemakaman. Naik ke area pemakaman memerlukan keberanian yang tinggi pasalnya jalan yang curam dan berkelok menjadi pacuan adrenalin tersendiri. Ning Tari memilih untuk menaiki motornya sendiri alih-alih menaiki ojek. Dijalan naik Ning Tari sudah disambut dengan udara khas pegunungan Muria yang sejuk dan dingin. Jalan menanjak Ning Tari mampu atasi. Hinggalah tiba untuk memasuki kawasan masjid dan makam sunan Muria. Berjejer orang jualan menjadi pemandangannya. Mengikuti arah panah menuju makam dengan terus berjalan. Setelah beberapa saat berjalan akhirnya langkah kaki Ning Tari tiba di pintu makam. Mengucap salam, memegang kusen kayu ukir yang ada di makam. Wangi Kasturi menyambut kedatangan Ning Tari. Ning Tari memilih tempat duduk yang strategis. Dekat dengan cungkup makam dari kayu yang diselimuti kelambu putih. Memulai dengan memberi salam wali.

SADRAH NABASTALA (Simpul Rasa Series aka Ning Gantari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang