[15] Calon Istri Rafel

858 28 4
                                    

"Angkat dulu kepalanya sebentar," Raya membantu menahan kepala Rafel sementara perawat menggantikan bantal untuk Rafel membaringkan kepala. "Tahan sedikit lagi."

Hanya melakukan gerakan ringan seperti itu saja dan Rafel sudah kepayahan. Tubuhnya lemas dan tidak bertenaga. Semenjak membuka mata dan sadarkan diri pagi tadi, yang dilakukannya hanya mampu berbaring. Terus seperti itu sampai Raya membantunya minum bahkan sampai memiringkan tubuh karena pegal atau kesemutan.

"Nah, selesai."

Bersamaan dengan itu, Rafel kembali merebahkan kepalanya dengan lebih nyaman. Salahnya sendiri sebenarnya yang tidak bisa menahan muntah hingga mengotori bantalnya sampai membuat perawat harus menggantinya dengan yang baru.

"Masih mual? Pusing?"

Tangan Raya menangkup pipi Rafel sementara lelaki tersebut hanya merespon dengan geliat lemah. Terlalu lelah untuk menolak. "Tolong panggilkan perawat..."

"Kenapa? Apa ada yang sakit lagi? Biar aku yang bantu." Raya sudah sigap mendekat tetapi lagi-lagi sebuah gelengan yang Rafel berikan.

Sudah cukup memalukan karena Rafel sampai memuntahkan isi perutnya yang bahkan hanya berupa lendir pahit dihadapan Raya. Mau diminta pergi berpuluh kalipun, Raya tetap bersikap keras kepala dan menolak. Rafel sampai lelah sendiri.

Rafel ingin bertahan, tapi rasa panas dan sesak di dadanya membuatnya tidak lagi mampu mengelak. "Tolong... oksigennya..." dan sebelah tangannya menekan nasal cannula yang melintang di hidungnya. "Sesak..."

"Oh! Sesak lagi? Tunggu sebentar biar saya panggilkan dokternya."

Raya beranjak pergi dengan cepat sementara Rafel mulai menekan-nekan dadanya. Rasa sesak dan panas menjalar dengan cepat. Dokter sudah mengatakannya kalau ini adalah salah satu efek dari penggunaan NG Tube yang sebelumnya dimasukan pada saluran pernapasan dan pencernaan untuk menguras cairan.

Ini bahkan sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan saat pertama kali bangun tadi pagi. Gejolak mual dan pening sampai membuat Rafel kesulitan membuka mata. Dan ketika rasa mualnya membaik, kini justru sesak yang menyiksanya.

"Dokter, tolong lakukan sesuatu. Dia mengatakan sesak tadi."

Raya muncul bersama dengan tim dokter yang langsung cekatan memeriksa keadaan Rafel. Sementara lelaki tersebut kembali hanya bisa pasrah menerima perawatan dan Raya yang tinggal disisinya mengamati dengan raut wajah khawatir.

Kepala Rafel kembali diangkat sedikit untuk mempermudah menyisipkan kait masker oksigen. Saat ini, selain nasal cannula juga ada masker oksigen bening yang turut merungkup wajah pucat Rafel.

"Saturasinya sepertinya turun lagi karena itu pasien mengeluh sesak. Jadi untuk sementara waktu saya akan biarkan pasien mengenakan double ambu dengan membiarkan nasal cannula juga masker oksigennya tetap dipasang secara bersamaan."

"Apa itu indikasi dari masalah yang serius?" Raya terlihat khawatir sekali. "Rafel sampai meminta tolong karena sesak. Sepagian ini juga dia beberapa kali muntah karena mual dan pusing."

Dokter menunjukan senyum pemakluman atas sikap perhatian yang Raya tunjukan. "Itu hal yang wajar bagi pasien yang baru saja selesai menjalani prosedur gastronomi. Isi lambungnya baru saja terkuras dan itu sedikit banyak tentu meninggalkan efek tidak nyaman, terutama mual. Lalu untuk sesak di dadanya itu juga karena proses penyedotan cairan yang dilakukan. Butuh beberapa waktu untuk bisa pulih sepenuhnya. Jangan khawatir, ini bukan indikasi masalah yang serius."

Raya mengangguk dengan wajah pengertian meski masih menyimpan gurat cemas. Selanjutnya membiarkan tim dokter menyelesaikan pemeriksaan dan baru bergerak mendekat kembali pada bed Rafel. Lelaki tersebut yang berbaring lemah sudah terlihat lebih baik dibandingkan sebelum mendapatkan tambahan oksigen.

Lika Liku Cinta RafelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang