[13] Pertemuan Dua Keluarga

702 30 2
                                    

Iringan dua buah mobil sedan memasuki halaman mansion kediaman utama Nasution. Ada Lembayung yang berdiri dengan debaran tidak sabar mengingat tamu yang datang ini bukanlah tamu sembarangan. Tamu terhormat.

"Selamat malam."

Senyuman Lembayung tertarik lebar. Wanita berpakaian drees sepanjang betis tersebut menyambut dengan begitu ramah pada keluarah Wijaya yang baru saja menuruni mobil masing-masing.

"Apa kabar, Mbak?" Sapa Lembayung begitu mendapatkan ciuman di pipi kanan dan kirinya, "wah... cantik sekali. Ini pasti Raya, ya?"

Yang dipuji demikian hanya menunjukan senyum tipisnya. Rasanya memang sedikit canggung karena selisih umur Lembayung dan Raya yang tidak berbeda jauh. "Malam, Tante."

"Malam juga." Lembayung tetap memerankan perannya sebagai sang nyonya rumah dengan apik. "Tapi kok datangnya sendiri-sendiri?" Tatapannya mengarah pada dua mobil yang berada dihalaman depan.

Raya menatap kedua orangtuanya dengan menyipit. Meminta agar tidak sampai membocorkan kalau dirinya sempat menolak untuk datang dan lebih memilih menghabiskan akhir pekan di kantor untuk lembur. Tentu saja itu sebelum dirinya tahu bahwa Rafel adalah tujuan tersembunyi dari pertemuan makan malam ini.

"Biasa anak muda, sedang semangat-semangatnya. Akhir pekan begini juga masih sibuk di kantor. Tidak tahu mengerjakan apa."

"Waaah... justru bagus itu. Dedikasinya patut diacungi jempol." Lembayung memuji dengan gestur berlebihan. "Cocok sekali memang dengan Rafel. Dia itu juga senangnya bekerja dan hampir setiap hari dihabisakan waktunya di kantor. Susah sekali kalau diajak kumpul bersama keluarga." Jelas Lembayung mengarang sendiri cerita tersebut, "ini saja mumgkin karena tahu ada Raya makanya dia mau..."

"Kebetulan sekali, putri saya ini juga begitu. Begitu diberitahu ada Rafel disini dia langsung cepat-cepat mengakhiri rapat dan menyusul. Benar-benar berjodoh."

"Semoga saja ya, Mbak..."

Mereka memasuki mansion keluarga Nasution, disambut hangat dalam segala kemewahan yang sengaja Lembayung pamerkan. Hermawan sendiri sudah lebih dulu bergabung bersama dengan Wijaya selaku kepala keluarga. Sementara Lembayung dan Tamara saling mengobrol dengan menunggu makanan selesai dihidangkan.

Raya yang mengikuti masih dengan pipi sedikit bersemu. Malu saat sengaja sang Mama membocorkan bahwa dirinya sampai persiapan ke salon karena acara makan malam ini. Padahal awalnya dirinya sendiri yang nenolak. Tentu saja sebelum tahu bahwa Rafel akan hadir pada acara makan malam ini.

"Raya, kenapa?"

Ketahuan terus menatap kearah tangga membuat Raya menunjukan senyum canggung. "Bukan apa-apa, Ma."

Dan Lembayung menyentuh lengan Tamara untuk saling membagi senyuman penuh arti. Mereka sudah lebih berpengalaman dan tidak sulit menebak apa yang dipikirkan oleh Raya sampai termenung begitu.

"Rafel ada di kamar bawah." Jelas Lembayung meski tidak ditanya. Dan berhasil karena kini perhatian Raya sepenuhnya tertuju padanya. "Kakinya kan masih dalam perawatan pasca cedera, jadi Papanya sengaja memindahkannya ke kamar bawah untuk mempermudah mobilitas."

Raya mengangguk demi formalitas. Karena jujur saja masih sedikit canggung untuk memanggil Lembayung dengan sebutan Tante. Alasannya tentu karena selisih jarak umur mereka yang tidak terlalu jauh.

"Boleh saya bertemu dengan Rafel, ng—Tante?"

Kepala Lembayung langsung tertuju pada satu pintu dibagian dalam ruang keluarga. Pintu berplistur dengan cat berwarna cokelat yang baru saja terbuka dan menampilkan sosok Rafel yang keluar dengan dibantu oleh seorang pelayan.

Lika Liku Cinta RafelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang