[25] Suaminya Kirana

889 50 24
                                    

"Tuang yang banyak, Mbok. Gosoknya pelan-pelan saja."

Mbok Widu mengangguk. Wanita tua tersebut duduk menekuk kaki dan membawa kedua tungkai Rafel yang lemas keatas pangkuannya. Selanjutnya menuang banyak minyak telon dan mengusapkannya pada bagian telapak kaki Rafel yang terbuka. Dua kaus kaki tebal sudah ditanggalkan sehingga memudahkannya melakukan tugasnya tersebut.

"Kulit jarinya sampai keriput, sepertinya dia kedinginan."

Mbok Widu sedikit mengintip lihat, "Tuan Muda memang tidak pernah tahan dingin..."

"Oh, benar berarti." Lalu Kirana tanpa canggung meraih dua tangan Rafel dan menyatukannya sebelum menggosok-gosok pelan. "Nah, begini biar lebih hangat sedikit."

"Emmhh...." Rafel mulai menggeliat saat tangan Kirana menuang minyak telon untuk diusapkan pada permukaan perutnya.

Mbok Widu terkejut melihat jenis keberanian tersebut. Tetapi tetap tidak berani menegur. Sementara Kirana yang menyadari tatapan gugup dari emban Rafel tersebut justru mengekeh pelan.

"Ini juga termasuk tindakan medis, Mbok. Tenang saja... saya ini benar-benar dokter jadi ini bukan jenis pelecehan."

"I-iya, Den Ayu..."

Kirana bukannya datang dengan tangan kosong. Mengingat dirinya juga sering sekali menjadi perbincangan dalam membuat Kirana lebih sensitif terhadap isue yang melibatkan para keluarga bangsawan keraton ini.

"Kasihan Tuan Muda... sejak kecil selalu mendapat perlakuan tidak adil dan sekarang... sekarang..."

"Kenapa dipanggil Tuan Muda?" Punggung tangan Kirana mengelus pipi hangat Rafel.

"Karena Tuan Muda... Tuan Muda bukan-"

"Keturunan darah biru?" Potong Kirana dengan santai. "Aneh. Kalau memang sebegitu bencinya, kenapa harus menahannya disini?"

Mbok Widu terisak-isak. Tidak tahu juga alasan sebenarnya kenapa Rahajeng sampai bersikap begitu keras dan tetap mempertahankan Rafel bukannya membawanya ke rumah sakit. Sementara Kirana terlihat menikmati bagaimana tangannya mengelus pipi Rafel.

"Mmh... ngeuh..."

Mbok Widu membersit hidung. Tangannya masih terus memijat lembut betis Rafel dengan bagian celana yang digulung sebatas lutut. "Kenapa orang-orang jahat itu tega melakukan ini sama Tuan Muda... mereka bahkan melakukan-hal yang sangat jahat..."

"Tampan," gumam Kirana. Tatapan Mbok Widu sedikit rerlihkan dan Kirana menunjukan senyumnya. "Karena Tuan Muda ini begitu tampan."

"Ngeuh..."

Kepala Rafel bergerak kecil, menggeliat. Kirana lantas mengambil gelas air lalu memasukan kapas dan menekan-nekannya di bibir Rafel yang pucat dan kering.

"Den A-ayu..." Mbok Widu sedikit terkejut karena Kirana yang melakukan hal tersebut dengan santai. "Dokter Pram bilang-"

"Saya dokternya sekarang. Jadi, apapun tindakan yang saya ambil adalah tanggung jawab saya." Lalu Kirana membenarkan letak nasal cannula yang melintang di hidung Rafel, memastikannya agar tetap menyemburkan oksigen yang membantu Rafel bernapas dengan baik. "Dan sebentar lagi juga akan menjadi calon istrinya."

Mbok Widu membeku, terkejut. "Ca-calon istri? Itu... agak..."

"Mbok nggak percaya?"

Wanita tua yang ditebak Kirana sebagai emban dari Rafel tersebut memang tidak menggeleng, tapi Kirana tahu bahwa ucapannya ini memang sedikit terlalu percaya diri. Tapi Kirana Rajasa tidak pernah main-main dan akan selalu membuktikan kalimatnya.

Lika Liku Cinta RafelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang