Bab 4 : Jarak yang Jauh

463 47 10
                                    

Di jalanan kota yang masih sepi, terdapat kedua insan yang sedang menaiki motor mereka untuk menuju ke sekolah.

Dengan kecepatan sedang Ares menyetir, membawa Narajia dengan hati-hati. Aneh menurutnya karena biasanya ia tak peduli jika boncengannya sampai muntah-muntah sebab Ares membawa motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Kak," Ucap Narajia dengan mendekatkan dirinya ke telinga Ares. "Boleh gak turunin Jia agak jauhan dari sekolah?"

Ares keheranan dibuatnya. Hampir ia bertanya tapi tidak jadi karena Ares sudah tahu jawabannya. Ia menebak jika itu pasti karena para penggemarnya yang agak brutal itu. Jika mereka tahu Ares membawa seseorang selain teman dekatnya maka Jia bisa tertekan karena teror.

Hanya menebak, tapi itu mungkin benar. Yah, itu tepat sebenarnya.

Ares mengangguk dan Narajia berterimakasih setelahnya.

"Astaga gak tau diri banget gue, tapi untung kak Nana baik!" Ucapnya dalam hati. Ia bersyukur karena Ares tidak menanyainya lebih jauh.

Ini demi keberlangsungan kehidupan sekolahnya yang damai.

Beberapa menit setelahnya, mereka telah sampai di depan Indojuni yang tak jauh dari sekolah. Ares menurunkan Jia disana tanpa menyadari ada sepasang mata yang melihatnya.

Orang itu menyeringai.

***

Jam di pojok ruangan telah menunjuk angka 07:10 AM. Sekitar dua puluh menit lagi bel berbunyi.

Jia telah duduk si kursinya, di kelas yang sudah lumayan ramai dengan obrolan teman-teman sekelasnya.

Seperti biasa ia hanya melamun sambil menyangga dagunya sebelum suara langkah kaki yang terdengar buru-buru menusuk telinga mereka.

Pintu geser dibuka dengan kasar dan menampilkan Cale yang terengah-engah. Narajia menghela napas, sudah menduganya.

Puas mengatur napasnya Cale kembali berlari menghampiri Narajia yang duduk di bangku depan paling pojok dekat jendela tengah melihatnya. Dan tanpa aba-aba Cale menggebrak meja membuat Narajia tersentak kaget.

"Nara!" Ucapnya sambil memelototi Narajia yang menatapnya bingung seolah meminta penjelasan.

Mata sebagian orang di kelas melihat ke arah Cale dengan penasaran. Salah satunya adalah Jayden si ketua kelas yang kini telah berjalan ke arah meja Narajia.

"Apaan dah Cale dateng-dateng gebrak mejanya Nara," ucap lelaki yang kini berada di samping Cale di depan Narajia yang masih duduk di tempat. "Napa lo?" Tanya Jayden pada Cale.

"Jay!" Cale memegang kedua bahu Jayden setelah itu memberi isyarat untuk mendekat ke arah nya.

Cale berbisik, "Nara dibonceng Ares,"

"Hah!?" Teriaknya kaget mengundang atensi semua orang. Ia menoleh ke arah Narajia yang kebingungan dengan tidak santai, dan kali ini Jayden lah yang menggebrak meja Narajia.

"Meja gue bisa jebol g*blok!" Ucapnya. Lihatlah kata mutiara pun telah keluar dari mulutnya karena kedua temannya yang tidak jelas ini.

Jayden menatap Narajia lamat-lamat, "Serius?" Ia mendekati Narajia dan berbisik, "lo dibonceng Ares? Si sempurna Ares??"

Mendengar itu ia langsung menoleh ke arah Cale, menatapnya meminta penjelasan untuk yang kedua kalinya. Cale duduk di samping Narajia, di tempat duduknya.

Tentang Kita: Sederhana {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang