Bab 22 : Semua Akan Baik-baik Saja

380 43 11
                                    

Pria itu tampak tersenyum disana.

"Ini waktu yang tepat."

Jendral meraih ponselnya. Di pagi yang cerah ini adalah waktu yang tepat untuk memulai rencananya.

"Halo, abang ipar."

Yang di seberang sana kebingungan. "Siapa ya?"

"Saya adik dari istri anda, Haksa Jendral Frederick."

"Baiklah, ada apa menghubungi saya, adik ipar?"

"Keberatan untuk makan malam bersama?"

Veron sedikit ragu di sana. Ia takut jika ini adalah jebakan tapi di sisi lain ini adalah kesempatan untuk mengetahui tujuan Jendral yang sebenarnya.

Dengan pertimbangan yang matang, Veron menerima ajakan itu.

"Sama sekali tidak, dimana lokasinya?"

Jendral tersenyum senang, sepertinya rencananya akan berjalan lancar.

"Saya akan mengirimkan lokasinya pada anda. Silahkan datang di jam delapan malam, abang ipar."

"Baiklah."

"Ya, saya menantikan kedatangan anda."

Veron mematikan panggilan.

Jendral tertawa terbahak-bahak seperti orang gila di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jendral tertawa terbahak-bahak seperti orang gila di sana. Dia bisa menebak jika pelaku yang membocorkan informasi adalah Rena.

"Dasar hama."

***

Malam telah tiba. Narajia tengah bermain ponsel di kamarnya dengan santai, merebahkan tubuhnya yang lelah.

Saat sedang asik menertawakan sesuatu yang konyol di ponselnya terdengar suara ketukan pintu. Narajia tidak yakin jika itu adalah papanya, karena biasanya Veron akan langsung masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung masuk ke kamarnya.

Narajia sedikit takut, tapi ia beranikan dirinya untuk turun kebawah melihat siapa orang yang mengetuk-ketuk pintunya dengan tidak santai.

Si manis tidak langsung membuka pintu, tapi mengintip dari jendela terlebih dahulu. Mata indahnya membelalak melihat seorang pria kekar dengan baju serba hitam menatap langsung ke arahnya.

Jantungnya berdetak kencang. Siapa itu? Apa tujuannya datang di malam hari? Tapi yang bisa Narajia pastikan adalah, orang itu memiliki niat jahat padanya.

Sontak Narajia pergi berlari ke kamarnya dan mengunci pintu kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. Yang terlintas di pikirannya hanyalah Ares.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentang Kita: Sederhana {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang