Setelah semua kejadian itu kehidupan Narajia kembali seperti biasanya. Papanya masih tetap sama, tidak peduli akan kehadirannya.
Tapi yang berbeda sekarang adalah, ia memiliki rumah baru, yaitu rumah Ares. Disana ia diperlakukan sangat baik bahkan sampai dianggap anak sendiri oleh ibunya Ares.
Saat pulang sekolah, Narajia selalu menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Ares. Bella tidak keberatan dan tentu saja Ares malah senang.
Ia sesekali ingin menginap di rumah Ares, namun papanya dengan keras menolak. Padahal ia merasa rumah ini jauh lebih hangat.
Bahkan di beberapa titik ia merasa jika Veron dan Bella sangat dekat. Ia bisa tau itu karena dengan tidak sengaja mendengar obrolan mereka kala mereka sedang menelpon satu sama lain.
Narajia sedikit bingung, jika papanya dekat dengan Bella, mengapa sifatnya berbanding terbalik dengannya?
"Jia, mikirin apa nih? Sampe tumpah gitu loh minumnya."
Narajia tersentak, ia baru sadar jika gelas yang ia isi dengan air dari teko sudah terlalu penuh hingga tumpah ke atas meja.
"Ah! Aduh, gimana nih."
Ares dengan segera mencari kain lap dan membantu Narajia mengelap meja yang basah.
"Deket banget!!??"
Jantungnya berdetak kencang. Bagaimana tidak? Ares mengelap meja dari belakang Narajia seakan memeluknya dari belakang.
Ia hanya membatu disana. Sedangkan Ares yang melihat telinga adik kelasnya berwarna merah itu terkekeh gemas.
"Ekhem!"
Ares segera menjauh dari Narajia kala mendengar bundanya yang pura-pura batuk itu.
"Iya, lanjutin silahkan, gak papa kok." ucap Bella dengan senyumnya.
Ia mendekat ke arah dua adam yang terlihat kikuk disana.
"Ares, bunda mau ke kantor dulu ya, di panggil bos nih."
"Iya, bun."
"Kalau mau makan itu ada di kulkas sop ayam tinggal di angetin."
"Iya, bundaa."
"Jangan macem-macem kamu sama Jia!"
"Kalau itu gak tau." Ucapnya dengan wajah tengil yang baru pertama kali Narajia lihat.
"Ares!"
Jangankan Bella, bahkan Narajia pun kaget kala mendengarnya. Tiba-tiba dia jadi merinding.
Ares hanya mengendikkan bahu, mencoba untuk pura-pura tidak tau apapun.
"Hhh, ya udah, bunda pergi dulu. Ares, awas kamu ya."
Narajia mengangguk, "iya, bunda, hati-hati."
Bella menjawab dengan senyum saat melihat Narajia, sedangkan tatapan tajam untuk anaknya.
Perlahan ia pergi, dengan jas rapi dan rok selutut berwarna hitam serta rambut pendek sebahunya yang disisir rapi membuatnya tampak anggun.
Bella sudah pergi, dan Narajia tidak tau harus apa. Ia perlahan menjauh seolah Ares adalah hantu yang akan mengejarnya.
"Jia, bercanda astaga. Kamu gak perlu kaya gitu, kaya ngeliat hantu aja."
"Hehe,"
***
Percayakah kalian dengan adanya Mafia?
Apa yang ada dipikiran kalian saat mendengar kata Mafia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita: Sederhana {✔}
FanficSederhana kata; aku mencintainya Mungkin perjalanan kita tidak sederhana, namun perasaan kita sama. ❗WARNING❗ - 100% fiksi - bxb - maaf bila ada kesamaan dengan karya lain karena itu sangat tidak disengaja - setiap gambar yang tertera hanyalah visu...