Bab 7 : Candu Baginya

424 38 2
                                    

Seminggu telah berlalu, Jia telah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Sebelumnya ia sempat di rawat di rumah sakit karena demamnya tak kunjung reda.

Ia habiskan waktu di rumah sakit untuk menetralkan mentalnya. Tak jarang juga Cale mengunjunginya untuk membawakan makanan yang tentu saja tidak hambar dan enak.

Adakah di dunia ini yang menyukai makanan rumah sakit?

Sedikit saja berharap Ares akan datang untuk menjenguknya, tapi ia siapa mengharapkan kunjungan.

'Hadiah' dari mamanya terlalu membekas untuknya, setiap ia merasakan sakit di punggungnya ia selalu teringat akan kenangan tersebut. Bagaimana suara teriakannya disambut dengan tawa yang riang.

Papanya telah mengabari Narajia tepat setelah ia sadar melalui telepon, tak lupa ia memberitahu jika ia sedang sakit, namun tanpa memberitahu siapa yang membuatnya seperti ini. Respon papanya? Ia hanya mengirimkan uang untuknya berobat.

Apakah semuanya bisa sembuh dengan uang? Disitu ia hanya bisa pasrah, akhirnya mereka, papa dan mamanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Terlalu sering dihantam berkali-kali sampai ia tak bisa menangis.

Cale tiba dan langsung memeluknya, akhirnya ia sadar setelah semalaman Cale merawatnya. Narajia mengatakan semuanya, semua yang terjadi dalam satu malam.

Tak ada ruang untuknya istirahat, tak ada ruang untuknya dibiarkan menangis. Terlalu menyedihkan jika ia menangis di pelukan sahabatnya sekarang, kan? Dengan tatapan kosong Narajia terima pelukan hangat itu tanpa membalasnya. Hatinya sudah mati rasa.

Sekarang ia pulang ke rumah di malam hari, yang ia kira akan sepi karena tersisa dirinya. Ternyata ada seorang wanita paruh baya yang menunggu di sofa ruang tamu.

"Den Nara?" Ucap wanita paruh baya itu dengan suara yang sudah sedikit serak. Wanita itu bangkit dari duduknya dan berjalan menghampirinya yang masih di depan pintu yang sudah terbuka.

Wanita itu memperkenalkan dirinya, "Salam den Nara, saya Rahmawati yang ditugaskan Tuan Raven ngurus rumah ini."

Apa ini? Ternyata papanya peduli.

Narajia mengangguk. "Bi Rahmawati udah dikasih kamar sama papa?"

"Udah, den. Panggil Wati aja gak masalah den." Jawabnya dengan sopan.

"Oke Bi Wati, istirahat aja dulu Nara mau ke kamar dulu." Ucapnya yang dibalas dengan anggukan.

Tubuhnya ambruk ke kasurnya, sungguh ia merindukan kasur kesayangannya ini. Narajia berguling-guling dan menelusup kan kepalanya ke bantal guna melepas rindu.

Besok Narajia akan sekolah karena ia merasa sudah sembuh.

Ia akhirnya tertidur setelah membersihkan diri. Malam yang tenang, tanpa teriakan dan makian.

***

Narajia sampai ke sekolah dengan selamat dan langsung disambut pelukan yang sangat erat dari Cale.

"Nara!"

"Sesek Cale!!" Ia memberontak guna melepaskan diri. Tapi apa daya Cale tak akan kuasa melepaskan pelukannya.

"Cale udahan, Naranya sesek lu begituin."

"Yaelah Jay merusak suasana aja lo" Cale melepaskan pelukannya. Dan Narajia akhirnya bisa bernapas lega. Ia duduk dengan Cale di sebelahnya.

Jayden menghampiri mereka yang sedang mengobrol.

"Nar, for your information aja nih ya, minggu depan ulangan" Ucap Jayden sambil tersenyum tapi matanya tidak.

Tentang Kita: Sederhana {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang