Teriakan mengiringi langkah yang bersahutan di lorong sekolah menuju kantin. Seperti biasa, Ares, anggota tim basket kecuali Cale, bersama dengan Karen akan pergi ke kantin bersama.
Cale tentu saja setia menemani Narajia. Mereka sudah hafal dengan kebiasaan Narajia yang selalu makan di pojok kantin yang tidak mencolok.
"Wih, kayak biasa ya banyak fans-fans gue." Ucap Hanesa sambil melambaikan tangan ke arah siswi yang berteriak membuat teriakan mereka semakin menjadi.
Maren, pacarnya hanya menggeleng pelan melihat tingkah laku orang di sampingnya. Dan seperti biasa ekspresi datar Ares tunjukkan untuk menanggapi orang-orang yang meneriakkan namanya. Namun, kali ini disertai dengan wajah cemberut dan kusam.
"Res, ngapa lo?" Karen bertanya sambil berbisik pada Ares yang berada di sampingnya. Hanya gelengan yang ia dapat untuk pertanyaan yang ia lemparkan.
"Biasalah Ren, kecapean dia. Gak lo liat seberapa banyaknya murid yang mau cabut tadi?"
Jean, selaku wakil Ares menjawab. Sebenarnya ini bukan kejadian langka melihat hari ini upacara dan kondisi cuaca yang sangat panas pasti meningkatkan gairah para murid untuk pulang dan hanya bersantai di rumah.
"Iya sih, mana ngurus Festival lagi padahal masih tiga minggu lagi."
Di sekolah Neo Budaya, diadakan Festival setahun sekali untuk memperingati hari ulang tahun sekolah. Festival yang diisi dengan acara yang berbeda tiap tahunnya.
Tahun ini terhitung spesial karena baru pertama kali sekolah mengadakan ulang tahun dengan partisipasi sekolah lain. Jadi, para OSIS akan lebih sibuk untuk mengurusi acara, jadwal, dan para tamu yang akan hadir. Dan untuk pertama kalinya tim basket mereka akan tampil dalam acara tersebut dengan lawan dari sekolah lain yang akan diundang.
Mereka duduk di meja dengan tujuh bangku yang ada di dekat pintu dengan penjaga kantin di dekatnya seperti biasa. Ia duduk di antara Maren dan Jean yang terdapat Karen dan Hanesa di depannya. Terdapat dua kursi kosong di sebelah Ares.
"Bu, kayak biasa." Ucap Maren. Ia tahu jika si ibu kantin pasti sudah hafal dengan pesanan mereka.
Maren dengan bakso nya,
Hanesa dengan seblak level maks nya,
Karen dengan bubur ayam nya yang tentu tidak diaduk,
Jean dengan mie ayam nya,
dan terakhir Ares dengan salad nya.
Tak lupa dengan es teh yang siap menemani.
"Res, lo gak enek ya makan salad tiap hari? Apa enaknya campuran sayur yang gak dimasak?" Tanya Hanesa sesaat setelah pesanan milik Ares sampai dengan urutan terakhir. Ia heran kenapa bisa ada orang yang bisa makan makanan yang tidak ada rasanya itu.
"Bukan enak atau gak enaknya, tapi gue mau jaga berat badan doang. Paling seminggu sekali makan seblak, bakso, dll." Jawabnya sambil memasukkan satu suap salad ke mulutnya.
"Jean, temen lo unik ya."
"Temen lo juga dongo."
Ares hanya menyimak ia sudah terbiasa dighibahin di depan mata kepala sendiri.
Ia sedikit melirik ke arah pojok tempat Narajia dan Cale berada. Wajahnya bersemu merah mengingat kejadian kemarin saat berada di rumah Narajia. Entah mengapa suara polos dan manis itu tidak kunjung hilang dari kepalanya.
"Lo gapapa, Res? Muka lo merah banget." Tanya Jean. Ares yang mendengarnya tersentak dan memilih melanjutkan kegiatan makannya tanpa menjawab.
Yang ada di sana hanya melihat dengan rasa heran dan tatapan bingung ikut serta.
![](https://img.wattpad.com/cover/362184113-288-k297311.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita: Sederhana {✔}
Fiksi PenggemarSederhana kata; aku mencintainya Mungkin perjalanan kita tidak sederhana, namun perasaan kita sama. ❗WARNING❗ - 100% fiksi - bxb - maaf bila ada kesamaan dengan karya lain karena itu sangat tidak disengaja - setiap gambar yang tertera hanyalah visu...