Malam telah tiba, sang matahari telah tenggelam sepenuhnya di ufuk barat.
Semua murid SMAN Neo Budaya pergi untuk mengikuti perjamuan makan yang akan diselenggarakan di aula utama belakang sekolah.
Lampu neon berwarna putih menghiasi setiap sudut jalan, membuatnya tampak romantis. Orang-orang berlalu lalang bersama teman atau bahkan pacar mereka.
Ares dan Jia, adalah salah satu dari mereka. Berjalan berdampingan sambil menikmati dinginnya malam.
Dress code yang digunakan adalah pakaian formal, membuat Ares dan Jia memakai setelan jas berwarna hitam.
Jia berjalan di samping Ares dengan telinga yang memerah. Karena menurutnya Ares sangat tampan malam ini. Setelan jas itu terasa begitu cocok padanya. Apalagi yang ada di dalamnya.
Telah sampai mereka di dalam aula, meja dan kursi disusun sedemikian rupa membuat kesan mewah yang tak akan dilupa. Lampu mewah tergantung di atas membuat siapa saja yang melihatnya terpana akan keindahan setiap lekuk dan bentuknya.
Mereka berjalan menuju teman-teman mereka yang sudah berkumpul terlebih dahulu beberapa menit yang lalu dan berkumpul bersama mereka.
Di depan sana, terlihat para pengurus sekolah yang sedang duduk berdampingan mengobrol dengan santai. Salah satu dari mereka berdiri dan menuju ke mimbar yang terletak agak di sudut.
"Selamat malam para murid. Karena hari sudah gelap perjamuan sebentar lagi akan dimulai. Dimohon untuk duduk di kursi yang sudah disediakan."
Para murid yang sebelumnya berdiri langsung duduk setelah mendengar kepala sekolah bicara di sana.
"Terimakasih atas perhatiannya."
Kepala sekolah, tepatnya Erick Zenanoa, berbicara kemudian tersenyum.
"Perjamuan ini diadakan untuk merayakan ulang tahun ke dua puluh lima tahun sekolah ini didirikan sekaligus menjalin silaturahmi antar sekolah. Bagi kelompok yang bertanding, menang kalah itu tidak penting. Kalian sudah bekerja keras, saya ucapkan terimakasih atas partisipasinya."
"Tanpa berlama-lama menunggu, mari kita mulai saja perjamuannya."
Kepala sekolah turun dari mimbar, dan kembali ke tempat duduknya sebelumnya bersama para pengurus sekolah.
"Widih, beda banget papi gue ya. Di sekolah beh berwibawa, di rumah mah jadi suami bucin istri."
Celetuk Cale, bermain dengan tisu yang ia ambil di tengah meja sebelumnya.
"Papi? dimana papi lo, Le?" Tanya Narajia yang duduk di sampingnya.
"Loh, itu tadi, yang barusan ngomong di mimbar." ucapnya santai, tidak tau jika kalimatnya berhasil membuat jantung Narajia hampir lompat dari tempatnya.
"Hah? Papi lo kepsek?"
"Iya."
Narajia menatap Cale tidak percaya, pantas saja kenalannya ada di mana-mana, ia saja anak dari kepala sekolah.
"Kok bisa lo sesantai itu?"
"Lo gak ada bedanya, ya, nyet. Papa lo kan CEO dari perusahaan Dentara yang punya saham terbesar di kota!?"
Cale geram, ia bicara sembari menahan teriakannya agar tidak keluar sambil menunjuk-tunjuk Narajia dengan jari telunjuknya.
Si anak CEO itu hanya menunjukkan cengiran nya tanpa rasa bersalah. Tak memedulikan teman-teman nya yang menganga tercengang, kecuali Ares yang masih setia mengamati setiap gerak-gerik Narajia.
Suasana di pesta itu begitu menyenangkan, tawa-tawa bergema mengisi udara di aula bercampur dengan aroma sedap dari makanan yang ada di sana.
Ini bukanlah acara formal, jadi para murid bisa bebas kemana saja kalau sudah selesai dengan makanan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita: Sederhana {✔}
FanfictionSederhana kata; aku mencintainya Mungkin perjalanan kita tidak sederhana, namun perasaan kita sama. ❗WARNING❗ - 100% fiksi - bxb - maaf bila ada kesamaan dengan karya lain karena itu sangat tidak disengaja - setiap gambar yang tertera hanyalah visu...