20. Acara

3.4K 268 5
                                    

Pukul 7 malam, di sebuah hotel bintang 5. Acara untuk keluarga besar Zhong diadakan.

Keluarga kaya memang suka sekali menghambur kan uang untuk hal tidak penting seperti ini, acara pertemuan setiap bulan mereka ada kan di berbagai kota.

"Kamu datang?." Luna memeluk Chenle dengan erat dan dibalas oleh anak itu.

"Datang lah, kalo gak datang aku gak ada disini."

"Iya maksudnya mamah seneng kamu datang, apa lagi sama Jisung gini." Luna memeluk Jisung juga sebagai tanda selamat datang.

"Iya, aku denger Yura bintang tamunya kali ini?." Chenle memandang ke arah Yura yang sedang di perkenalan ke seluruh keluarga besar Zhong, katanya ia hamil.

Luna sedikit tertawa, "Iya, udah positif hamil dia. Makanya ayah sama kakek kamu seneng banget, kamu kapan nyusul?." Mata itu melirik ke arah Chenle dan Jisung secara bergantian.

"Nanti mah, kita masih muda banget belum siap ngasuh anak. Parenting nya belum jago nih." Ucap Jisung, mereka memang semangat memberi jeda 1 atau 2 tahun sampai bisa membagi waktu dan mempersiapkan hal-hal lainnya untuk memiliki anak.

Luna hanya tersenyum dan menepuk bahu Jisung, ia tidak akan komen apa pun masalah memiliki anak.

Namun, sang kakek yang tiba-tiba saja mengambil mic itu membuat perhatian mereka yang ada disana teralihkan.

"Mau ngomong apa sih tuh orang." Chenle sedikit menggerutu melihat kakeknya yang bertingkah.

"Perasaan aku gak enak deh." Jisung menyenggol Chenle dan dibalas dengan kode bahwa dengarkan saja ucapan sang kakek.

"Selamat malam semua, saya selaku kepala keluarga utama disini akan mengumumkan bahwa anak yang lahir dari Chenan akan menjadi pewaris perusahaan Zhong Corp selanjutnya. Terimakasih."

Para keluarga lain terlihat terkejut, mereka serempak menatap ke arah Jisung dan Chenle serta bisikan-bisikan mulai terdengar.

'Loh, ini sama aja kaya kakek nyuruh Chenle lengser dari jabatannya?.'

'Chenan mau dijadiin pewaris? Astaga.'

'Kerja keras Chenle selama ini sama sekali tidak ada hasilnya di mata kakek.'

Chenle menatap Kakeknya dengan pandangan yang sulit diartikan, ia tahu bahwa sang kakek memang kurang suka padanya bahkan sepertinya ayahnya mendukung hal ini namun ia tidak menyangka akan secepat ini.

Melihat Chenle yang sedikit bergetar membuat Jisung dengan cepat menggenggam tangan Chenle, pandangan khawatir ia layangkan pada Chenle.

"Kakek, kakek akan menyesal mengatakan hal seperti itu pada aku." Ucap Chenle ketika sang kakek mendekat ke arahnya.

"Masa kejayaan mu sudah habis Chenle, memang Chenan lah yang lebih tepat mengisi kursi mu."

"Kalau begitu lakukan, dan jangan pernah nyuruh aku kembali ke keluarga sialan ini!." Chenle menarik tangan Jisung untuk pergi keluar dari ruangan tersebut, tanpa memperdulikan tatapan mata serta bisikan dari keluarganya.

Hancur sudah, hal yang paling ingin Chenle pertahankan.

______________

Jisung menyeka keringat yang mengalir di dahi Chenle, sudah 2 hari yang lalu semenjak mereka ikut ke acara keluarga tersebut. Chenle jatuh sakit lumayan parah dan kata dokter ini adalah demam tinggi.

"Makanan masuk kan walaupun sedikit?." Tanya Mawar melihat keadaan Chenle dengan khawatir.

"Gak mah, muntah terus pokoknya aku suapin dilepeh semuanya." Jisung menghela nafas.

"Keluarganya tuh ih sialan banget deh, terus gimana ini? Chenle udah gak kerja lagi?." Tanya Mawar.

"Iya mah, malam itu juga langsung diganti jadi Chenan."

"Untungnya kamu punya penghasilan lain loh Ji, coba gak punya astaga."

Studio photo dan cafe yang ia miliki tentunya sangat cukup untuk kehidupan mereka kedepannya, ditambah walaupun Chenle lengser begitu saja tetap ia memiliki banyak investasi dan lainnya. Tenang saja mereka tidak akan jatuh miskin.

"Yaudah mamah pulang dulu ya, udah malem ini. Besok pagi mamah kesini bawain sop bening."

"Iya mah, makasih banyak ya." Jisung meminta maaf juga tidak bisa nganter kedepan karena harus menjaga Chenle.

Jisung sudah tidak tidur semalaman, karena terus menjaga Chenle yang terkadang muntah-muntah.

Tangan Jisung terus menepuk lembut dada Chenle agar istrinya itu tidur dengan nyaman.

Tidak lama Chenle terbangun ia mulai menutup mulutnya lalu dengan sigap Jisung mengambil tempat yang dilapisi kantong plastik itu, menyuruh Chenle untuk membuang muntahnya kesana.

"Jisung...." Mata Chenle berair ketika melihat muntahannya sedikit terkena selimut yang ia gunakan namun Jisung hanya tersenyum.

"Gak papa sayang, gak usah nangis nanti aku yang cuci aja selimutnya terus tinggal kita ganti baru deh." Ucap Jisung dengan semangat. "Ini minum dulu." Ia menyodorkan gelas dengan sedotan untuk Chenle minum perlahan, setelahnya membereskan kekacauan itu agar Chenle tidur dengan nyaman kembali.

"Aku nyusahin ya?."

"Astaga, jangan ngomong gitu. Kamu gak nyusahin kok." Tangan Jisung dengan setia menepuk-nepuk Chenle dengan pelan. "Mau rawat inap dirumah sakit aja gak?."

"Tapi nanti daegal gimana? Kasian daegalnya kalo kita lama di rumah sakit, bibi kan cuma seminggu 3 kali kesini." Ucapnya dengan suara purau.

Jisung tertawa kecil, "Nanti suruh Sean disini, yang penting kamu di infus yang bener terus makan disana kan lebih teratur dibanding kamu disini."

"Eung." Chenle mengangguk lucu membuat Jisung tersenyum.

"Yaudah ya, besok pagi kita ke rumah sakit. Kamu tidur dulu."

"Jisung jangan kemana-mana ya?."

"Aku gak kemana-mana sayang." Jisung mencium punggung tangan Chenle, ia juga membisikan kata-kata seperti cepat sembuh dan lainnya.

Pasti hal ini terjadi karena shock Chenle yang tiba-tiba seperti baru saja dibuang oleh keluarganya.
______________

______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________

Kaya maaf kalo misalnya tentang keluarga Chenle nih gak aku beberin sedalem mungkin karena pengen fokus ke uwuan jichen.

MARRIAGE LIFE | JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang