Seventh Day

162 26 0
                                    

Oke saya kembali, maaf sempet ilang.. Sibuk sekolah ama kerkom cuy, hehehe😅

Oke kita lanjutin ceritanya disini ya.


----------------------------------------

(Halilintar pov)

Aku... Entahlah.. Tidak seperti biasanya.

Rasanya sangat canggung, padahal adik sendiri.. Tapi kenapa secanggung ini ya?


Aku menatap adikku yang duduk di sebelahku. Dia hanya menunduk dan menatap lantai, ekspresi wajahnya pun terlihat sama canggungnya seperti diriku.

Oke aku paham, kami berdua sama-sama salah. Dia yang memulai tapi aku?!.... Dengan kejamnya aku membentak adikku sendiri atas ego yang bodoh ku miliki.

Sialan kau Hali seharusnya kau tidak membentak adikmu seperti itu, seharusnya kau menasihatinya dengan baik-baik bukan membentaknya...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah berapa menit??

Kami sudah berdiam-diaman hampir 30 menit, ingin sekali aku memecahkan keheningan ini.



"Kak..." Aku yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Gempa.

Dia masih menunduk sambil menatap lantai, sepertinya dia ingin langsung berbicara tapi dia....

"A-aku... Ak-"

"Aku minta maaf" Aku langsung memotong perkataan Gempa dengan langsung meminta maaf.

Gempa sendiri mendongak saat mendengar itu.

"Aku minta maaf karena membentakmu hingga kau menangis"

"Eh b-bagaimana kau tahu aku menangis?"

"Kau pikir aku budeg? Aku bisa mendengar tangisanmu itu dari kamar"

Gempa menundukkan kepala lagi. "Maaf kak"

"Tidak, seharusnya aku yang minta maaf. Aku seharusnya menasihatimu karena membicarakan tentang 'orang itu', tapi aku langsung tersulut emosi dan langsung membentak mu"

"... Kau tahu? Setelah aku membentak mu, aku langsung diselimuti oleh penyesalan.... Aku menyesal, maaf Gempa"

Setelah mengucapkan seluruh pernyataan itu, Gempa menatapku dengan mata berkaca-kaca.

Aku... Aku tidak suka dengan air mata yang ada di adikku..

"Huwaa, G-Gempa juga... M-minta maaf.."

"Seharusnya... A-aku tak.. Ngomong.... Tentang... Ayah...."

Gempa mengucapkan permintaan maafnya sambil menangis, seluruh ucapannya terpotong-potong karena isak tangisnya.

"... Gempa.. Minta... M-maaf..."

Aku yang tak tahan dengan itu langsung memeluk Gempa dan mengusap punggungnya dengan lembut.

Gempa membalas pelukanku dan menyembunyikan wajahnya di pundakku. Tubuhnya bergetar karena menangis dan aku harus menenangkannya..

"Tidak apa-apa.. Udah ya cup cup cup. Gempa jangan nangis ya,  Gempa kan kuat"

Gempa yang mendengar ucapanku langsung mendongak dari pundakku dan menatap ke arahku dengan tatapan tidak percaya.

Aku bingung dengan tatapannya itu, tapi aku tidak memperdulikan itu dan mengusap rambutnya.

New Life(s) New Me (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang