8. TEMAN BARU?

8 3 0
                                    

Holaaaa..... Semangat ye,baru bab 8 soalnya

VOTE DULU YOK
:
:
:
:
:
HAPPY READING

Tara kembali ke kelasnya, ia duduk di bangkunya. Menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan. Rasanya ingin cepat pulang. Ia sudah merasa tak nyaman disini. Akara juga tidak ada, ia kesepian.

Seseorang menepuk pundaknya dan memanggil namanya. Tara mendongak. Ia mendapati Shena yang berdiri di sampingnya. Alisnya terangkat satu, seolah bertanya.

"Daripada kamu sendirian, mending gabung sama kita aja!"Shena menunjuk sekumpulan siswi yang tengah menatap mereka.

"Gue beneran boleh gabung?"tanya Tara memastikan.

"Boleh dong. Boleh banget malah, makin rame makin seru. Ayo kesana!" Shena langsung menarik tangan Tara, mengajaknya ke tempat para siswi tadi.

Tara duduk di sebelah Shena, dia hanya diam dan menunjukkan senyum canggung. Ia tak terbiasa, mungkin dia harus menyapa mereka. "Hai, namaku Tara. Salam kenal semua,"sapanya.

Tara merasa asing dengan wajah-wajah ini. Ia sama sekali tak mengenal mereka satupun. Mereka sekitar empat orang dan masing-masing menunjukkan senyum ramahnya.

"Hai juga. Namaku Ziya"ucap siswi berambut pendek.

"Kalo aku namanya Ifa,"ucap siswi berambut panjang dengan bando di kepalanya.

"Gue Laura,"ucap siswi dengan rambut yang dikuncir, mukanya agak judes menurut Tara.

"Dan gue Wia, salam kenal yaa,"ucap siswi berambut cokelat.

"Mereka semua teman sekelasku dulu,"ucap Shena.

Tara mengangguk paham. "Mulai sekarang kami teman Lo juga,"ucap Wia.

Tara tersenyum, akhirnya dia bisa mendapatkan teman. Mereka terlihat tulus ingin berteman dengannya. Jadi Tara tak perlu cemas.

~000~

Sepulang sekolah, Tara langsung naik taksi menuju rumah Akara. Ia sengaja tidak pulang dulu ke rumah, kerena ia sudah tidak sabar untuk menceritakan semuanya pada Akara.

Tok

Tok

Tok

Tangannya mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu itu terbuka. Terlihat seorang wanita paruh baya yang membukanya. "Loh, Tara. Ayo masuk, Nak,"ujarnya.

Tara menurut, ia masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang tamu bersama wanita tadi. Namanya Rika, Mama Akara.

"Kamu pulang sekolah langsung kesini?"tanyanya.

"Iya, Ma,"jawab Tara.

"Sendirian? Naik apa?"tanyanya lagi.

"Tara sendiri tadi, naik taksi,"jawab Tara.

"Lain kali pulang dulu, ganti baju. Terus kalau mau naik taksi harus hati-hati, ya. Kalau taksi online harus pilih yang bintang lima, supaya terjamin aman,"papar Rika.

"Iya, Ma. Aku kesini mau ketemu Ara, dia dimana Ma?"

"Mau apa cari gue?"sahut Akara dari lantai atas.

Tara mendongak. "Cepet turun! Gue mau ngomong penting, nih!"balas Tara.

"Males banget, gue. Lo aja yang kesini,"

"Lo turun atau gue sebar foto aib Lo?"ancam Tara. Di galerinya banyak menyimpan foto aib Akara yang selalu ia gunakan untuk mengancam Akara.

Akara mendengus kesal. Dengan terpaksa dia turun ke lantai bawah. "Lo jenguk gue gak bawa apa-apa?"ujarnya.

"Ya nggak, lah. Kan gue niatnya gak jenguk Lo,"balas Tara.

"Terus ngapain kesini?"

"Gue mau cerita sesuatu,"ungkap Tara.

"Gue gak buka sesi curhat,"tolak Akara.

"Ayolah, Ra. Gue serius!"

"Udah, Ra. Turuti aja, mungkin mau cerita hal penting,"sahut Rika.

"Ya udah, ayo!" Akara menurut.

Lalu mereka berjalan menuju ke sebuah gazebo yang terletak di halaman belakang rumah Akara. Mereka duduk disana dengan ditemani beberapa bungkus jajan milik Akara.

"Ra, hari ini ngerasa sedih sekaligus bahagia,"ucap Tara mengawali.

"Ceritain yang bahagianya dulu,"balas Akara.

Tara tersenyum lebar. "Ra, akhirnya gue dapet temen!!"ucapnya antusias.

"Teman? Siapa?"tanya Akara.

"Gue sebutin satu-satu, ya. Ada Wia, Fia, Laura, Ziya, dan Shena,"jawab Tara.

"Banyak banget. Ciee, pasti Lo seneng banget ya. Tetep waspada, Ra. Jangan terlalu percaya dulu sama mereka,"

"Gue yakin yang kali ini itu benar-benar tulus,"

"Semoga aja. Tapi ingat walaupun Lo udah dapet temen banyak, jangan pernah lupain gue!"peringat Akara.

"Iya, Lo itu teman terbaik gue. Gak akan pernah gue lupain,"balas Tara.

"Terus cerita sedihnya apa?"

Seketika wajah Tara berubah sendu. "Dia kembali, Ra,"ucapnya.

Mata Akara melebar. "Dia? Maksud Lo Aurora?"

Tara mengangguk. Matanya berkaca-kaca. "Gue gak mau ketemu dia lagi, Ra. Gue takut,"cicitnya.

Akara langsung memeluk Tara. Tangannya mengusap-usap kepala Tara, berusaha menenangkan Tara yang mulai menangis.

Akara menyesal, mengapa dulu dia terlambat sekali untuk mengetahui apa yang dialami Tara?

To be continued

Segini dulu ygy..

Tara kenapa Hayoo??

VOTE DULU YE





THANKS AND SEE YOU 🖐️😄

🌻





PROMISE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang