Kegaduhan Pagi Di Rumah Sakit

22 1 0
                                    

Netra bulatnya tak lagi menyesuaikan cahaya menyapa retina. Tatapan semula selalu lemas itu tak lagi terlalu lemas, walau tubuhnya masih sedikit terasa lemas. Bibirnya maju beberapa centi merasa kesal.

Ruang sampingnya memang masih luang, tubuhnya juga kecil untuk mengisi satu ranjang pasien dewasa. Tetapi yang membuat bibirnya jadi maju beberapa centi adalah... Partner bertengkar mengisi keramaian rumah begitu erat mendekapnya.

Ntah apa yang diimpikan Dimas hingga tersenyum kecil. Hm... Atau sesungguhnya lelaki itu tak seutuhnya masih tidur? Si bungsu hendak menepuk wajah sang kakak, namun tersadar apabila tangannya yang satu dipakaikan infus.

"Huh kesal!"

"Aa jelek."

"Aa Dimas jelek Malik sangat jelek Ahmad."

"Ihh mengesalkan Aja!"

Senyuman kecil tak lagi mampu menahan tawa gemas, untuk menggantikan posisi ayam berkokok ataupun alarm. Papa Raffi dan Jamal terlebih dahulu tersadar dari alam mimpi, dengan langsung baterai full. Berbeda dengan Rafathar dan Juan tengah mengumpulkan nyawa, sedangkan Mama Gigi tak terusik tidurnya karena sempat berjaga semalaman ditemani si sulung akibat si bungsu yang rewel.

"Papa! Mas!" ujar si bungsu dengan nada merengek.

"Ada apa, A?"

"Ada apa, Mas?"

Dituju untuk orang berbeda tetapi ditanyakan secara bersamaan, membuat kekompokkan Papa anak itu menjadikan nyawa Juan dan Rafathar seketika penuh.

"Ada apa sih?" tanya putra keempat Mama Gigi dan Papa Raffi masih setengah mengantuk.

"Aa Athar, Aa jelek naka," adu si bungsu.

Papa Raffi menatap si sulung penuh tanya, sedangkan Jamal ikut duduk di pinggir kasur-- Tepatnya pada sisi yang kosong.

"Adek diam dulu baru jelasin. Sst jangan buat Mama bangun, ok?" tutur Juan menenangkan.

Pemilik hidung mungil saat ini tengah kemerahan, itu seketika menganggukkan kepala perlahan karena ragu.

"Jadi gimana, Dek?"

"Kesal! Ih kesal! Aja kesal! Pokoknya Aja kesal!"

"Iya kesal kenapa, Dek?" tambah Papa Raffi mengulang pertanyaan untuk si bungsu.

Si bungsu menatap sekitar dengan kesal, kembali memajukan bibir, lalu menyentakkan kepala sebelum menunduk.

"Adek," tegur wanita masih setengah mengantuk.

Rengekan si bungsu ntah part berapa, membuat Mama Gigi pada akhirnya terbangun.

"Mama!" panggil si bungsu seketika antusias.

Jamal dan Juan kompak menjadi benteng di hadapan si bungsu, sedangkan si sulung memeluk si bungsu dari belakang bermaksud mengunci pergerakan.

"Hempaskan!"

"Lepaskan," ungkap Rafathar mengoreksi.

"Ada apa sih, Pa?" Mama Gigi memilih bertanya ke sang suami, karena para putranya kompak menenangkan di bungsu.

"Biasa Adek mode sensi kayak cewek mau--"

"No no no no no Aja laki bukan cewek!" protes si bungsu sebelum sang Papa menyelesaikan godaan.

Dimas, Jamal, Juan, dan Rafathar kompak menahan tawa.

"Adek ayo ganti baju, ok. Ingat hari ini kita ada jadwal cek laboratorium lagi."

Begini saja baru akur. Begitulah isi kepala Jamal, Juan, dan Rafathar dengan kompak kala si bungsu bersembunyi dibalik pelukan si sulung.

"Aja tidak mau cek-cek lagi. Aja mau pulang. Aja udah sehat Mama Gigi."

"Adek," tegur Jamal, Juan dan Rafathar hendak menuturkan kalimat bualan menenangkan.

"Aa jelek temani Adek ya? Please. Kata Abang Juan suster itu takut sama orang jelek. Aa kan jelek jadi pasti suster takut buat cek-cek Adek."

Dimas mendatarkan wajah merasa kesal. Ya, dia tahu penuturan seusia si bungsu sangatlah polos. Mereka tak memahami apa kata orang. Mereka juga tak menyaring, melainkan hanya meniru semata. Dimas melirik kesal kepada nama dimaksud oleh sang adik. Juan mengalihkan pandangan seakan-akan tak terjadi apapun.

"Ok, tapi Aa Di tidak jelek. Kalau jelek Adek ikut jelek karena kita satu orang tua."

"Bohong deh Dek, Aa produk uji coba makanya jelek," ucap Rafathar kian menjadi kompor.

Wkwkwk kejutan update hore. Sekian lama ya gak update. Judul lain? Hm maaf... But soon ya gak tahu pastinya kapan but segera kok. Maaf karena sekarang jarang update sejak saya nikah🥺🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembar Beda Generasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang