BAB [7]

34 9 4
                                    

Hallooooooo

Mana antusiasnyaaa??

Mari budayakan follow
sebelum membaca🌬

Aku datang dengan membawa
Nama baruuu...
Dengan nama sebelumnya "IMPAURITO"
Menjadi " Secret identity"

Tapi jangan khawatir, aku cuma
Merubah nama doang supaya mudah diinget sama readers, bukan berarti alurnya juga aku rubah☺

DAN,, SELAMAT BERPUASA BAGI YG MENJALANKAN...

Sekali lagi, tanpa lelah aku ingetin
Buat vote dan komen komen disetiap
PARAGRAF NYA!!!😁

Karena itu bisa jadi support system
Aku buat lanjutin story iniiii🤗

Langsung aja kalau gitu

-HAPPY READING-

*****


Sunyi.

Tak ada yg mampu menengahi perkelahian antara kakak beradik tersebut, seakan akan mereka yg ada disana hanya menyaksikkan hiburan berupa pertunjukkan pertumpahan darah.

Tamparan yg teramat sangat kuat itu mampu memalingkan wajah kaysha, hingga rambut yg ia kuncir serapih mungkin ditoilet sekolah tadi kembali berantakkan.

"Hhuh." Helaan napas lolos begitu saja dari hidung mancung seorang gadis yg baru saja ditampar oleh Reiga.


Perih, darah segar mengalir begitu saja dari sudut bibirnya.

Kaysha meredam rasa nyeri disekujur wajahnya itu dengan membuang oksigen secara lantang namun terdengar lembut.

Ia memalingkan wajahnya agar dapat menatap wajah tampan kepunyaan Reiga.
Ia lantas tersenyum tipis ketika kedua manik mata hazelnya bertemu sapa dengan manik mata elang milik Reiga.

"Jangan lancang," ucap Reiga dengan emosi yg tertahan.

Air bening itu tanpa peduli tempat, kesekian kalinya ia jatuh tanpa diminta. Bukankah pertanyaan darinya tak salah sama sekali? Bukankah sangat mudah untuk menjawab pertanyaan sederhana seperti itu?

"Apa bang Rei bakal peduli kalo aca kabari? Apa abang mau repot repot jemput aca kesekolah? Apa..," jeda kaysha sejenak untuk mengatur nafas nya yg kian terasa semakin mencekat.

"A-apa bang Rei masih peduli sama aca?" Lanjutnya lagi dengan suara yg kian detik semakin pilu untuk didengar.

Diam. bibir itu diam membisu. Tak mampu rasanya hanya sekedar untuk menjawab kata "iya". Kelu dilidah membuat Reiga mati kutu seolah tersudutkan dengan rentetan pertanyaan menohok dari aca.

"Argh," erangnya geram dengan tingkahnya sendiri sembari mengacak asal rambut miliknya.

Reiga berjalan cepat menuju lantai tiga, mungkin disana ia dapat menetralkan emosinya. Sebelum itu ia menyambar handpone diatas nakas dengan kasar.

Kaysha yg menyaksikan itu kembali menundukkan kepalanya. Ia tak mampu untuk menatap siapapun disini.
Malu, kesal, marah, serta benci pada diri sendiri kian tumbuh semakin besar dalam dirinya.

Rasa benci pada diri sendiri itu bahkan mampu membuat dirinya enggan hingga takut untuk menatap manik mata para sepupunya.

Karina terdiam dengan ekspresi datar, tatapan kosong itu mulai tersadar. Untuk apa dirinya masih terus berada disini.

SECRET-IDENTITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang