“Eh, tau ga?”
Zhuocheng dengan cepat menjawab, “Ga.” Nadanya terkesan tidak tertarik sama sekali terkait apa yang akan dibicarakan Yubin.
Interaksinya dan Haikuan akhir-akhir ini sangat canggung. Yang biasanya mereka akan saling bertukar cerita di ruang TV, sekarang suara yang terdengar hanyalah lolongan anjing peliharaan mereka. Rasanya seperti kembali ke beberapa bulan ketika mereka pertama kali tinggal satu rumah.
Zhuocheng merasa lebih baik kembali ke masa-masa itu daripada hidup satu rumah bersama Haikuan di kondisi mereka yang canggung ini.
Zhuocheng tidak pernah memakai cincin pernikahannya ketika bekerja. Karena pekerjaannya lebih banyak memakan waktu di luar ruangan, ia takut benda yang melingkari jari manisnya itu terjatuh dan ia bisa saja tidak menyadarinya.
Biasanya, Zhuocheng akan menitipkan cincinnya di laci mobil Yubin dan akan memakainya kembali ketika jam pulang. Karena sekarang diantar jemput oleh Haikuan, ia menitipkan cincin pernikahannya ke Haikuan langsung. Tidak tahu di mana Haikuan menyimpannya.
Tadi pagi tidak berjalan seperti biasanya. Haikuan dengan inisiatifnya sendiri menarik tangan kiri Zhuocheng. Ia melepas cincin pernikahan di jari manis suami kecilnya itu, seperti yang biasa Zhuocheng lakukan sendiri.
Setelah cincin tersebut sepenuhnya lepas dari jari manis Zhuocheng, Haikuan memakai cincin pasangannya itu di jari kelingkingnya. Berdampingan bersama cincin pernikahan miliknya sendiri. Saat itulah Zhuocheng baru mengetahui di mana Haikuan biasa menyimpan cincin pernikahannya.
“Kenapa lo?”
Zhuocheng memegang lembaran kertas dan map plastik berwarna merah di tangan kirinya, sedang tangan kanannya memegang pena. Mendengar pertanyaan Yubin, ia menghentikan kegiatan mencoret-coret kertasnya.
“Gapapa.”
Yubin menatap Zhuocheng heran. Tidak tahu kenapa, ia sangat yakin ada yang tidak beres pada temannya itu.
Zhuocheng menjatuhkan kedua tangannya di samping tubuhnya. Ia tetap memegang benda-benda di tangannya supaya tidak terjatuh. Kepalanya tertunduk. Untuk saat ini, orang lain tidak bisa melihat ekspresi wajahnya yang muram.
Yubin sudah ingin bertanya. Sedikit lagi suaranya keluar, Zhuocheng lebih dulu berbicara.
“Kamu cemburu ga kalo pasangan kamu ketemu sama mantannya?”
Makin heran Yubin mendengar pertanyaan ini. Ekspresi wajahnya sangat jelek saat ini.
“Tiba-tiba banget. Harus gue jawab nih?”
“Hm.”
Yubin menghela napas. Satu tangannya diletakkan di dagu, seolah sedang berpikir, “Cemburu sih kalo gue, tapi ga semua orang gitu ya. Maksudnya ada orang yang bodo amat sama mantan cowok/ceweknya. Eh tapi kalo dia beneran sayang harusnya tetep cemburu sih.”
“Hadahh.” Zhuocheng tiba-tiba berjongkok. Ia memegang kepala menggunakan kedua tangannya. Kertas yang ada di tangan kirinya membuat separuh penglihatannya tertutup. Jika ia tidak memakai kacamata saat ini, ujung pena di tangan kanannya itu pasti sudah mencolok matanya.
“Yaelah kenapa, sih? Laki lo didatengin mantannya?”
Yubin merasa tebakannya benar karena Zhuocheng semakin meringsut di posisi jongkoknya.
“Liat mobil yang di sana itu ga?”
Zhuocheng menoleh, ia beralih melihat apa yang ditunjuk oleh Yubin. Sebuah mobil mewah yang keduanya tahu harganya di kisaran satu sampai dua miliar. Orang-orang yang punya mobil itu biasanya mempekerjakan seorang sopir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Nikah?!! (KuanCheng)
FanfictionKetemu baru sekali, tatap muka baru sekali, tiba-tiba udah nikah aja?!! Zaman sekarang ternyata masih ada aja ya 'jodoh-jodohan' antar keluarga orang kaya ini. Haikuan sama Zhuocheng yang ga tau apa-apa jelas kaget dong. "Terus abis nikah nanti gim...