Yang Pernah Dianggap Ibu

128 14 6
                                    

“Mami ngundang kita ke rumah besok malem.”

“Oke.”

Pintu tertutup. Satu orang di luar, satunya lagi di dalam. Zhuocheng baru saja menutup pintu kamar yang saat ini tidak lagi menjadi kamar keduanya. Keduanya tidur di kamar yang berbeda. Zhuocheng di kamar atas, sedangkan Haikuan di bawah. Selain makan dan bekerja, mereka tidak pernah bertatap muka, apalagi sampai menyapa.

Walaupun yang emosinya meledak kemarin itu adalah Zhuocheng, yang terkesan sangat menjaga jarak justru malah Haikuan.

Pernah suatu malam ketika Haikuan sedang menonton film di televisi, Zhuocheng menghampirinya. Bukan untuk ikut menonton, Zhuocheng saat itu akan memanggil Meimei untuk menyuruhnya makan karena anjing itu sedang berdiam di dekat Haikuan.

Belum juga sempat memegang Meimei untuk menyuruhnya bangun dari posisi rebahannya, Haikuan buru-buru beranjak pergi masuk ke dalam kamar sampai tidak sempat mematikan televisi terlebih dahulu.

Zhuocheng hanya bisa diam saat itu, mau menyalahkan Haikuan pun tidak bisa. Pada akhirnya, ia yang melanjutkan kegiatan Haikuan, melanjutkan tontonan yang ditinggal begitu saja olehnya.

Kalau dulu mereka makan bersama di meja makan, sekarang Zhuocheng selalu mempersilakan Haikuan untuk makan duluan. Terkadang ia yang memasak, terkadang juga Haikuan.

Ketika Zhuocheng yang memasak, setelah menyajikan makanan di meja makan, ia masuk ke kamar dan berdiam cukup lama sebelum akhirnya turun untuk makan.

Begitu pula jika Haikuan yang memasak. Namun, Haikuan biasanya mengetuk pintu kamar Zhuocheng untuk memberi tahu bahwa makanan sudah siap. Hanya memberi tahu, tidak mengajak.

Tidak peduli makanannya sudah habis atau belum, ketika Zhuocheng sudah menarik kursi, Haikuan pasti langsung beranjak dari kursinya dan pergi dengan terburu-buru.

Intinya, ketika Zhuocheng berada di radius minimal 50 meter dari Haikuan, suaminya pasti akan langsung pergi menjauh darinya.

Kembali lagi ke fakta bahwa Zhuocheng tidak bisa menyalahkan Haikuan atas sikapnya. Namun, lama-kelamaan ia kesal juga dijauhi terus-menerus layaknya orang yang membawa penyakit menular dan mematikan.

Zhuocheng pernah melempar bantal sofa ke depan pintu kamar yang ditempati Haikuan. Saat itu, ia memiliki itikad baik untuk memperbaiki hubungan mereka dengan cara menghampiri Haikuan yang sedang menonton televisi, lagi.

Sayangnya, ia kembali mendapat perlakuan tak menyenangkan, padahal Zhuocheng sudah yakin 100% Haikuan tidak akan menghindarinya. Ia sangat yakin karena Haikuan sedang fokus-fokusnya menonton pertandingan baseball di saluran televisi internasional. Sudah seyakin itu dia karena melihat Haikuan yang menonton sampai mengerutkan kening.

Lalu, Haikuan masih tetap menjauh darinya. Itulah sebabnya Zhuocheng menjadi sangat kesal dan melempar kuat bantal yang ada di dekatnya ke depan pintu kamar Haikuan. Ia tidak peduli jika Haikuan menyadari perbuatannya dari dalam sana.

Saat makan pun Zhuocheng kembali menjalankan agenda berbaikan dengan Haikuan. Ia langsung duduk di kursi setelah menyiapkan makanan. Ketika melihat Haikuan yang baru saja keluar dari kamarnya dan berjalan ke meja makan, Zhuocheng mengambil ancang-ancang untuk tersenyum.

Namun, bagaikan di seri kartun anak-anak, senyumnya langsung pudar diiringi efek suara kaca yang pecah berkeping-keping.

Kurang ajar sekali Haikuan Haikuan itu.

Kurang menyebalkan apalagi, pria itu langsung berbalik badan ketika melihat Zhuocheng dan beralasan mendengar suara telepon yang berdering dari kamarnya.

[END] Nikah?!! (KuanCheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang