05.Makan malam

114 60 23
                                    

Jika manis hanya untuk diawal saja, maka permen karet juga bisa.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rima mengenakan dress berwarna merah selutut dengan bahu pendek. Gadis itu kini tengah bercermin menata dandanannya yang terbilang cukup simpel.

Hari ini dan malam ini, ia diajak oleh kakak laki laki nya untuk pergi keluar. Entah ada angin apa tiba tiba Varel mengajak adiknya yang ini untuk keluar berdua.

Varel? Tunggu! Iya benar, jika di pikiran kalian langsung mengarah pada nama gebetannya Laura, itu memang benar. Karena aslinya, Laura itu menyukai kakak laki - laki Rina.

"Dek, udah jadi?" tiba tiba saja suara Varel terdengar. Rima segera menoleh dan mendapati kakak laki - lakinya tengah bersedekap dada di ambang pintu.

"Bentar bang!" jawab Rima.

Tangan mungilnya mengambil bando yang tergeletak diatas meja rias nya. Lalu segera ia memakai bando tersebut diatas kepalanya. Setelah itu, ia meraih ponsel yang tadinya berada di atas kasur dan segera ia menekan aplikasi whatsapp miliknya.

Lauraa
gw udah di depan nih
cpt keluarrr

Rimaaa
y
bntr

END CHATTING!

Rima segera mengenakan tas selempang nya dan langsung memasukkan benda persegi panjang tersebut ke dalam tas selempang berwarna merah miliknya.

"Udah?" tanya Varel sekali lagi.

Rima mengangguk. "Udah. Tapi temen gua ada yang mau ikut, nggak papa kan?"

"Nggak papa, udah santai aja, ayo!"

Varel berjalan lebih dulu lalu diikuti oleh adiknya yang berbeda satu tahunnya darinya.

"Ma, Pa, Varel sama Rima pergi jalan - jalan dulu ya?" Varel meminta izin sambil memainkan kunci mobilnya.

"Iya boleh, tapi jangan pulang malam malam." tutur Mama mereka tanpa sedikitpun menoleh ke arah kedua adik beradik itu, karena terlalu asyik dengan film yang sedang di tonton nya.

Drakor gess.

Keduanya tak menjawab. Lagi - lagi Varel berjalan dahulu yang membuat Rima seperti anak kecil yang terus mengekori dirinya.

Varel membuka pintu rumah, diluar sudah ada gadis cantik dengan penampilan rambut hitam panjang di gerai.

Ia memakai atasan berwarna hitam dan bawahan rok pendek selutut yang juga berwarna hitam, serta dilengkapi jas berwarna cream.

"Wah! Laura ya?" ujar Varel seraya berjalan ke arah gadis yang tengah asyik - asyiknya bermain ponsel itu.

Laura menoleh sejenak lalu segera mematikan dan menyimpan ponselnya di saku jasnya, setelah itu kembali lagi menoleh ke arah Varel dengan senyum manis.

"Iya, malam Kak Varel." sapa Laura ramah.

Rima tertegun, kini sifat Laura saat ini dengan sifat Laura yang biasanya ia temui sangatlah berbeda. Biasanya Laura akan bersifat cerewet serta pemarah. Namun saat ini lihatlah, Laura bersikap layaknya gadis yang sangat mengerti tentang etika sopan santun.

Varel pun membalas dengan senyum tak kalah manis. "Malam juga. Ini Laura yang pengen ikut atau Rima yang ngajak?" tanya Varel sambil melirik ke arah adiknya yang berada di samping nya.

"Laura yang pengen ikut kok kak, soalnya Laura bosen dirumah terus!" jawab Laura. Padahal aslinya dia kesini karena Rima yang menyuruhnya.

Varel tersenyum lagi setelah itu lalu kemudian mengacak acak rambut lurus milik Laura. Malam ini, Laura terlihat sangat keren sekali dan manis dimatanya.

Penyesalan[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang