14.Arenden dan Arkana

74 27 17
                                    

Maaf telah berbohong kalau aku sudah melupakanmu.

.
.
.
.
.
.
.

"Bukannya lu bilang kalau dia udah punya pacar?"

Rima tersenyum senang mendengar satu pertanyaan yang keluar dari mulut Laura itu.

Flashback On!

Rima menatap foto yang terpampang jelas di layar ponselnya dengan sendu. Foto yang dulunya sangat ia benci namun sekarang malah membuat nya rindu akan sosok yang berada dalam foto itu.

Dia saat ini berada di taman belakang sekolah. saat ini masih jam istirahat, Rima tadi izin ke Laura ingin ke toilet sebentar namun entah kenapa malah berbelok ke taman belakang.

Sudah setengah menit berlalu, namun Rima masih terus memandang foto itu. Foto Dion dan dirinya tahun lalu. Bisa dibilang Rima sudah menyadari akan perasaannya saat ini terhadap Dion.

Foto itu adalah foto Dion dan Rima berdua, Rima terpaksa mau ikut berfoto bersama Dion dulu agar tidak terus menerus diganggu oleh cowok itu. Namun nyatanya apa? Dion malah makin menempel pada gadis itu.

Namun itu adalah masa lalu. Malahan sekarang adalah Rima yang sepertinya mulai tergila-gila pada sosok Dion.

"Lu suka sama Dion ya?" sebuah pertanyaan tiba-tiba terdengar membuat ia sedikit kaget dan langsung buru-buru mematikan ponselnya.

Rima menoleh, dan mendapati Renden tengah tersenyum jail kepadanya. "Apa - apaan sih lu!"

"Yaelah kalau suka bilang aja mumpung orangnya belum ada yang punya!"

Rima menaikkan satu alisnya pertanda tak mengerti. Padahal jelas-jelas Rima sering melihat Dion berduaan dengan seorang gadis dan Renden dengan entengnya bilang Dion belum ada yang punya?

"Hah? Bukannya Dion udah punya cewek?" tanya Rima.

Alis Renden berkerut. "Kata siapa?" ia bertanya.

"Soalnya dia sering bareng sama cewek terus, siapa lagi coba kalau bukan pacarnya!" jawab Rima

"Cewek rambut hitam panjang? Suka pake jaket ke sekolah?" Renden menebak.

Rima berfikir sejenak. "Iya itu! Bukannya dia pacarnya Dion?"

"Heh! Ngawur! Dia itu sepupunya kali!" jawab Renden.

Mata Rima langsung berbinar mendengar yang sebenernya dari mulut Renden, ternyata dugaan nya selama ini keliru, jadi masih ada kesempatan untuk mendekati Dion sekarang.

"Lu kenapa kok kayak seneng gitu?" tanya Renden.

"Dih kepo!" setelahnya, Rima berniat ingin langsung pergi namun tangannya dipegang oleh Renden membuat nya tidak jadi berlari.

"Kenapa lagi?" tanya Rima.

"Lu tau gak sepupunya Dion itu siapa?" tanya Renden.

Rima menggeleng tak mengerti. "Nggak tau lah, emang siapa?"

"Selingkuhannya Dzaki."

Dion celingak-celinguk mencari keberadaan Renden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dion celingak-celinguk mencari keberadaan Renden. Saat dia sampai di kamarnya tadi Renden sudah tak berada disana lagi.

Bahkan ia sudah mencari ke seluruh penjuru rumah, namun yang ia temukan hanyalah sepupunya alias Janeta sedang rebahan di depan televisi yang sedang menyala sambil memainkan ponselnya.

Padahal Dion sudah berkata untuk Renden agar cowok itu tidak kemana mana dan tetap diam dikamar Dion. Dion pergi dan percaya Renden tidak akan pergi karena dia sedang patah hati.

Namun kenyataan yang diterima oleh Dion sungguh bertolak belakang. Sahabatnya itu pergi tanpa mengabari nya. Dion sudah mencoba menghubungi nomornya namun ponsel Renden nampaknya dimatikan.

Dion menghela nafas lalu menaruh cemilan yang ia beli tadi di atas meja. Lalu dirinya berjalan turun kebawah, ke ruang santai tentunya, tepat dimana Janeta sedang bersantai merebahkan dirinya.

"Jan, lihat Renden nggak?" tanya Dion. Bodohnya dia baru bertanya sekarang.

"Udah pulang," jawab Janeta santai.

"Kapan?" tanya Dion lagi.

"Daritadi."

Alis Dion berkerut. "Kok nggak ngabarin gua ya?"

Janeta menghela nafas kecil. "Nggak tau," jawab Janeta acuh.

Arkana Kory Avandra atau yang biasa kita panggil dengan Kory kini tengah memainkan gamenya dengan wajah yang sungguh sangat bosan, bahkan tangannya bergerak sangat lambat berbeda dengan biasanya waktu dia bermain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkana Kory Avandra atau yang biasa kita panggil dengan Kory kini tengah memainkan gamenya dengan wajah yang sungguh sangat bosan, bahkan tangannya bergerak sangat lambat berbeda dengan biasanya waktu dia bermain.

Dia menghela nafas lelah, lagi dan lagi dirinya kalah. Itu membuatnya sangat prustasi. Ia sudah kalah dalam permainan game sebanyak tujuh kali, siapa coba yang tidak kesal?

Ia lalu menyudahi acara bermain gamenya dan lalu membuka aplikasi lainnya di ponselnya, Whatsapp.

Mencari nomor milik Laura dan hendak memberitahu Laura tentang sesuatu. Namun saat ingin mengetik tiba tiba tangan Kory menjadi kaku.

Setelahnya dia menghela nafas, dia tidak jadi mengirim pesan pada gadis itu. Mungkin dia akan memberitahu yang sesungguhnya lain waktu saja.












Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















TBC!!!

cerita ini up 3x hari ini woiii😭😭

tapi gapapa, biar cepet tamat😋😋

pesan untuk Rima ➡

pesan untuk Dion ➡

pesan untuk Renden ➡

pesan untuk Laura ➡

pesan untuk Janeta ➡

up 4x aja ga sii, ntr tengah malam kalo mood kalo up, kalo engga ya shubuh😁

Penyesalan[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang