05 › Hasilnya.

430 30 20
                                    

TOLONG VOTENYA YA.

a p o l o g i z e

"Memohon?"

Perkataan singkat Jehano mampu membuat tatapan Gaia semakin sayu; Tatapan yang paling lemah lembut, tatapan yang paling disukai Jehano ditambah kondisi Gaia saat ini sudah kacau.

"Please~"

"Oh, apa-apaan ini?" Goda Jehano menyentuh bibir serta wajah Gaia yang memerah efek perangsang yang mungkin dosisnya tidak manusiawi.

Gaia terkikik karena tubuhnya terasa seperti mengalami sengatan listrik saat Jehano menyentuh dan mengusapnya, ia benar-benar berada di bawah kendali perangsang, "Please touch me again~" Ulangnya lagi namun kali ini dengan nada merengek.

Jehano mengangkat alisnya dengan senyum mengejek, "Menyentuhmu seperti bagaimana? Katanya tidak ingin kusentuh."

"Ssh~ jika kamu tidak bisa maka ayo pulang, biar panasnya dihilangkan DaㅡCphh.." Racauan dan kecapan bibir antar bibir mulai terdengar, Gaia melenguh dan mendorong dada Jehano dirasa pasokan oksigen menipis.

Jehano menatap tajam tepat pada netra sayu Gaia, "Don't say Damava name if you are with me."

"Tidak ada peraturan seperti itu diantara kita, Jeh.."

"Maka ayo buat sekarang, Sayang." Ujar Jehano sekenanya, ia beranjak untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotelㅡMenatap Gaia yang terlihat semakin gelisah karena gejolak obat perangsang yang ia minum tanpa sengaja tadi, dosisnya terlihat sangat tinggi.

"Jehanh.." Rengek Gaia ke arah Jehano yang duduk bersantai dengan alis terangkat dan siulan random.

Jehano tersenyum tipis menepuk pahanya, memberi gestur intruksi yang langsung membuat Gaia bangkit dari tepi ranjang dan berpindah duduk di atas pangkuannya.

"Sangat panas ya?"

"It's hotterh than the stimulant you used to give me, Jehㅡ"

"Oh ya, rasanya seperti apa? Apa seperti kamu ingin disentuh seperti ini?" Tanya Jehano sembari mengusap tengkuk Gaia yang menampakkan kissmark karena foundationnya luntur terkena keringat yang terus menerus keluar seiring suhu panas menyelimuti tubuh Gaia.

"Nah!" Pekik Gais yang sayangnya detik berikutnya ia mengrenyit kecewa karena Jehano menyingkirkan tangannya dari tengkuknya, "Kenapa?"

"Bekas Damava."

"Je~" Desahan kecewa kembali terdengar dari mulut Gaia.

"Aku tidak suka memakai bekas orang, Gaia."

"Kalau begitu hilangkan bekas Dama, Je~"

What the hell, Gaia Laksita? Demi menghilangkan panas.. kamu berani-beraninya membangunkan Jehano Pranadipta yang berusaha menghindar?

"Bagian mana Damava menyentuhmu?" Telak Jehano, dirinya memang tadi tidak berniat dan berusaha menghindar namun melihat Gaia memohon, Jehano jadi melupakan pondasi untuk menghindarinyaㅡAh, tampaknya setidaknya malam ini saja ia harus memanfaatkan usaha Jemian Sergaf dan Hassan Bagaswara.

"Nnh, atas dan bawahh." Jawab Gaia dengan perasaan gugup.

"hanya itu saja?"

Gaia mengangguk pelan, membiarkan Jehano menghilangkan rasa panas yang perlahan-lahan berkurang tetapi semakin membuatnya ingin disentuh lebih jauh.

"Ahh, Je~" Racau Gaia sembari mendongak seolah memberi akses untuk Jehano, Gaia meremas surai Jehano menyalurkan rasa sakit sekaligus nikmat saat pria Pranadipta itu menghisap kuat area perpotongan lehernya, meninggalkan kissmark baru untuk menutupi kissmark yang dibuat Damava.

ii. APOLOGIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang