⚠️ SENSITIVE PART‼️
a p o l o g i z e
"Bagaimana keadaan Istri saya?"
Melihat gerak-gerik sang Dokter yang terlihat sedikit menampakkan kekhawatiran, Damava sedikit was-was mengenai jawaban yang akan dikeluarkan sang Dokter yang baru saja memeriksa Gaia yang tertidur setelah menjalani pemeriksaan Dokter yang Damava panggil tadi.
"Saya sedikit khawatir tentang kondisi Nyonya Gaia karena usia kandungannya yang sudah menginjak bulan ke delapan semakin melemah." Jelas sang Dokter sesuai dugaan Damava, "Mungkin selain aktivitas.. ini dikarenakan Nyonya Gaia sebelumnya terlalu sering menggugurkan kandungannya."
Damava tertegun sejenak, "Lalu?"
"Ada dua kemungkinan yang bisa saja terjadi, pertama keguguran lalu yang kedua kelahiran prematur.. dan kedua hal itu tentunya akan berpengaruh buruk untuk kondisi Nyonya Gaia."
Lagi-lagi Damava tertegun saat sang Dokter menyelesaikan ucapannya dan sementara itu sang Dokter kembali berbicara, "Saya harap anda bisa lebih ekstra menjaga Nyonya Gaia.. sebab bukan satu saja yang ada ditubuhnya, tetapi ada dua."
Ya, Damava sudah mengetahui itu.. "Lakukan seluruh perawatan terbaik untuk istriku di rumah ini, rawat dia agar tidak mengalami kondisi yang lebih buruk dari ini."
a p o l o g i z e
"Haha, lucu deh."
Damava mengrenyit, "Kenapa?"
"Kamu lucuu, kenapa sampai menyewa peralatan rumah sakit?" Gaia meledek, "Kamu khawatir sama adek ya?"
"Hari ini aku ada jadwal rapat, kamu mau dibawakan apa?" Alih Damava yang kini fokus merapikan kemejanya, mengabaikan Gaia yang masih duduk di atas ranjang sembari tertawa dan meledeknya.
"Gak mau apa-apa."
Damava berbalik menghadap Gaia, "Yakin?"
"Ya, yang penting hari ini kamu gak pulang telat, kalau pulang telat nanti aku lari ke rumah Wilona.." Gaia terdiam lalu sebelum berseru heboh "oh, Minggu ini aku belum liat Chieeee!"
"Gaia."
Gaia mengangguk, "Aku mau ke rumah Wilona, Dama."
"Kamu sedang tidak fit..?"
"Ada suster?" Balik tanya Gaia, "Aku gak apa-apa!"
"Kamu memang tidak apa-apa, tapi adek bisa kenapa-kenapa dan itu nanti berpengaruh buruk untuk kondisi kamu." Jelas Damava, "Aku tidak akan memberikan ijin kamu untuk ke rumah Jemian, kemarin kamu baru saja drop setelah anter bekal aku loh."
"Kakkk???" Rengek Gaia saat Damava berjalan menuju meja kerjanya yang ada di dalam kamar mereka.
"Tidak, Gaia."
"Kakak yang anter aku deh, suster sekalian ikut ke rumah Wilonaㅡ"
"Sekali tidak ya tidak, bahaya."
"Aku pergi senㅡ
"Mau keguguran?"
Skakmat, jika kalimat gugur sudah keluar berarti memang setidak senang itu Damava.
Gaia mengatupkan bibirnya, tidak melanjutkan rengekannya dan memilih hanya menatap Damava yang sedang membereskan map kantor sampai selesai.
"Aku berangkat dulu, kalau ada apa-apa telpon." Tukas Damava sebelum benar-benar keluar dari kamar mereka, meninggalkan Gaia yang menghela nafas cukup panjang sembari menatap punggung tangannya yang terinfus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ii. APOLOGIZE
ФанфикSiapakah yang bersalah? Siapakah yang harus meminta maaf? Dan, kepada siapakah harus meminta maaf?