Gaia terbangun saat merasakan deru nafas hangat menyapa area perpotongan lehernya, ia sedikit menoleh untuk melihat paras tampan suaminya yang ternyata sudah terbangun lebih awal dari dirinya.
"Selamat pagi, Aia." Sapa Damava dengan suara seraknya membuat Gaia tersenyum.
"Pagi juga, Suamiku." Ciuman hangat Gaia daratkan pada bibir kering Damava yang tersenyum. "Ayo, mandi setelah itu turun sarapan." Tukas Gaia diangguki Madava yang langsung menyingkirkan tangannya dari atas tubuh Gaia.
"Mandi bersama ya?" Tanya Damava tiba-tiba, membuat Gaia tertegun dan menatapnya dengan kerjapan polos.
"Eh, tiba-tiba?"
Damava balik bertanya, "Boleh tidak?"
"Apa kamu sedang ingin melakukan sekarang?"
"Huh? Ingin apa?" Grenyitan pada kening Damava membuat Gaia gemas.
"Tidak usah di kamar mandi, di sini saja." Ujar Gaia berakhir dengan adegan sah suami-istri dengan Gaia yang mendominasi Damava yang hanya diam menerima segala gerakan Gaia, sesekali juga Damava membalas dan mencoba mendominasi Gaia.
a p o l o g i z e
"Lagi?"
Wanita berpakaian kantoran itu terpatung saat atasannya menyeletuk ketus pada dirinya yang baru saja meletakan map diatas meja atasannya.
"Ini laporan lamaran pekerjaan, Pak Jehano." Jelas wanita itu pada Jehano Pranadipta yang duduk dengan wajah terlihat kesal padahal ini masih pagi, belum ada jadwal rapat atau hal yang lain bahkan Jehano baru datang lima menit yang lalu.
"Tidak bisakah pihak HRD yang menyeleksi? Saya sedang sibuk dengan laporan proyek." Ketus Jehano membuat wanita kantoran yang merupakan Sekretarisnya itu menunduk, "Di mana ketua HRD? Apa urusan lamaran pekerjaan kantor harus saya yang mengurus?" Tanya Jehano dengan nada sinis.
Demi apa pun sikap Jehano pagi ini dikarenakan Gaia, semua kekacauan yang terjadi dipikiran Jehano ini salah GaiaㅡYa, pagi ini saat sarapan tadi Jehano melihat bekas kissmark pada area perpotongan leher Gaia dan itu berhasil membuat Jehano kesal sekaligus marah bukan main, ia bahkan tidak memperdulikan sapaan Damava tadi.
Tapi, memangnya siapa Jehano sampai berani kesal dan marah pada Gaia dan Damava yang pada dasarnya mempunyai status hubungan sah dan berhak melakukan aktifitas intim?
Jehano seharusnya tidak kesal dan marah, ia juga seharusnya sadar diri jika dirinya hanyalah adik ipar Gaia dan adik kandung Damava. Namun, sekali lagi kembali pada faktanya Jehano tidak mampu mengontrol perasaan kesal dan amarahnya, bahkan Jehano adalah salah satu orang yang masuk golongan orang paling buruk dalam urusan menahan amarah.
Jika Damava tadi tidak ada, mungkin Jehano sudah memperlakukan Gaia bukan layaknya seperti kakak ipar, melainkan seperti dulu.. seperti hubungan benefit, marah karena miliknya disetuh orang lain, ya.. dulu Jehano pernah sekali marah karena Gaia berinteraksi lebih dengan salah satu temannya dan berakhir Jehano melakukan kekerasan seksual sampai Gaia jatuh pingsan.
Klek
"Wah.. good morning, Pak Jehano Pranadipta."
Jehano menoleh ke arah pintu ruangan yang dibuka temannya, si bangsat Jemian Abithama. "Kenapa lo ke sini? gak ada pekerjaan pagi-pagi? lagaknya kayak pengangguran yang keluyuran sana-sini." Cibir Jehano sembari memberi instruksi sekretarisnya untuk keluar dari ruangannya.
"I'm just here to ask, does Gaia want it or not?" Celetuk Jemian setelah Sekretaris Jehano meninggalkan dan menutup pintu ruangan.
"Kepo amat." Ketus Jehano.
KAMU SEDANG MEMBACA
ii. APOLOGIZE
FanficSiapakah yang bersalah? Siapakah yang harus meminta maaf? Dan, kepada siapakah harus meminta maaf?