08 › Bayi.

321 26 5
                                    

VOTE YAAA

a p o l o g i z e

Berdua bersama Damava dulu sangat menyenangkan bagi Gaia tapi untuk keadaan saat ini.. sungguh, ia merasa asingㅡDamava yang dulu sering tidak memperhatikan Gaia saat sedang berdua, kini memperhatikan Gaia bahkan dengan tatapan intens.

Gugup, ya, sekarang Gaia sedang gugup meskipun perasaannya sangat senang setelah mengetahui kondisi Damava yang bisa dikatakan pulih.

"Bayimu itu bayiku juga, kan?" Celetuk Damava tiba-tiba, menyentak Gaia yang sempat terkejut tak percaya tetapi tetap memilih untuk diam dan memproses perkataan Damava barusan.

"Maksud dari pertanyaanmu?"

Damava menatap Gaia, "Aku hanya bertanya."

"Kamu suamiku, kan?" Saut Gaia sembari menatap Damava tidak percaya dengan lontaran suaminya itu.

"Tapi, yang bercinta denganmu itu bukan aku saja, kan?"

Telak, Gais kehabisan kata-kata dan suasana pagi hari ini cukup hancur karena pertanyaan suaminya; Damava.

a p o l o g i z e

"Lo kenapa bisa gini, njing?!"

Jehano meringis kesakitan, perutnya kembali merasakan nyeri. "Gue gak apa-apa." Sautnya pelan saat mendengar seruan Jemian yang memasuki ruang inapnya.

"Gak apa-apa ginjal lo dua!" Hardik Jemian penuh emosi, "Perut lo berdarah, bangsat!" Tambahnya sedikit panik; Perasaannya baru jam empat subuh tadi ia pulang ke rumah tapi kenapa jam delapan pagi ia sudah mendapat pesan dari Jehano untuk datang ke rumah sakit lagi?

"Bangsat! Susah amat keringnya." Maki Jehano pada luka jahitannya yang tadi sempat terbuka karena dipukul oleh DamavaㅡBerakhir dijahit kembali, untungnya saat Damava memukulnya tadi Gaia tidak terbangun.

"Gue tanya lo ngapain sampe bisa perut lo basah?" Introgasi Jemian, rupanya ia emosi.

Jehano menatap Jemian, "Gue gak kenapa-kenapa."

"Bohong, jawab gue atau gue hubungin bokap lo?" Ancam Jemian.

"Perut gue kepentok pintu."

Jemian memincing, "Jangan bohong."

"SeriㅡAkhh!"

"Han!"

Jehano meremat ranjangnya, sialan perutnya semakin sakit, "Panggil Dokter, Je!"

a p o l o g i z e

Tak

"Kamu sudah minum vitamin, Gai?"

Gaia menoleh ke arah Jeffan memasuki ruangannya dan meletakan gelas berisi air putih di atas nakas. "Sudah, tadi ada Suster.. kak." Sautnya pelan dibalas anggukan oleh Jeffan yang kini mendudukan tubuhnya di sebelah bangkarnya.

"Kak.."

"Ya?"

"Jehan di mana?" Tanya Gaia tidak langsung mendapat jawaban dari sang sepupu suaminya, "Sibuk kantor lagi ya?" Tanyanya lagi.

Jeffan terdiam, berbohong bukanlah ide yang buruk untuk kondisi sekarang, kan?

"Ya, dia sibuk."

"Oh.." Helaan nafas keluar dari belahan bibir Gaia yang terlihat begitu kecewa.

"Kenapa?" Tanya Jeffan bermaksud memastikan hal apa yang ingin diutarakan Gaia pada Jehano.

Gaia langsung mengalihkan tatapannya dari Jeffan sembari menggeleng pelan menatap langit-langit kamar inapnya, "Tidak ada apa-apa.."

ii. APOLOGIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang