Berbekal kamera, Damava keluar rumah setelah Gaia meninggalkannya untuk menemui JehanoㅡIngin mengompres katanya, Damava pun memilih keluar rumah tanpa ijin, ia bahkan tidak membawa ponselnya.
Damava berjalan santai sembari sesekali menyingkirkan krikil yang ada di jalanan, ia bahkan sesekali memotret hal yang menurutnya menarik.
Ckrek
"Bagus.. awannya." Gumam Damava setelah melihat hasil potretan awannya.
Damava melangkah entah kemana tujuannya sebab intinya ia sedang merasa tidak ingin berada di rumah, ia tidak ingin merasa diabaikan Gaia yang lebih memilih Jehano meski hari ini Adiknya itu sedang mengalami demam.
"Kenapa kamu tanya seperti itu? Jelas aku pilih kamu, Dama.. tapi, untuk saat ini Jehan sedang sakit dan aku harus merawatnya sekarang karena tidak ada Mama."
Langkah sulung Adipta itu terhenti saat mengingat ujaran Gaia tadi, Damava mendengus kesal; Ia melihat sekeliling dan pandangannya jatuh pada segerombolan anak kecil yang terlihat asik bermain ditaman komplek, tanpa pikir panjang Damava melangkah agak cepat menghampiri segerombolan anak kecil itu.
"Hai..?"
segerombolan anak kecil yang tadinya bermain spontan menoleh dengan alis menaut menatap kearah Damava yang menyapa mereka.
"Mau Dama foto?" Tanya Damava pelan sembari mengangkat kameranya yang tergantung pada lehernya.
Segerombolan anak itu saling menatap satu sama lain, seperti sedang berdiskusi lewat tatapan masing-masingㅡDamava hanya tersenyum simpul mendengar apa yang dibicarakan segerombolan anak-anak itu.
"Mau, Kak."
"Jangan panggil Kak, panggil Dama saja." Celetuk Damava membuat segerombolan anak itu mengrenyit.
"Gak boleh, itu gak sopan.. Kakak kan lebih tua dari kami."
Damava mengrenyit, "tapi Dama tidak suka dipanggil Kakak oleh orang yang bukan adik Dama."
"Haduh.. yaudah deh, Damava."
"Lebih bagus!" Seru Danava senang membuat segerombolan anak itu tidak enak.
"Yakin ini gak apa-apa kalo kita panggil Damava doang tanpa Kak?" Tanya salah segerombolan itu, Damava tersenyum dan mengangguk.
"Pose rapi, sekarang Dama foto kalian." Intruksi Damava membuat segerombolan anak itu berpose secara random dan leluasa; Damava tersenyum senang melihat beberapa potret hasilnya yang terlihat bagus.
Ckrek
a p o l o g i z e
"kabar kalian baik-baik kan?"
Gaia mengigit bibir bawahnya dengan kaki melangkah pelan menelusuri rumah Adipta, "Iya.. baik, Ma."
"Dama mana, Gai? Kok Mama gak denger suaranya? Mama kangen sama Dama."
Gotcha, langkah Gaia terhenti saat kembali ke ruang tamuㅡDengan tatapan mengarah pada pria Adipta yang tengah terduduk di salah satu sofa disitu.
"Um.. Dama tidur, Ma." Bohong Gaia yang mendapat alasan dari Jehano yang memberinya isyarat, "Nanti.. aku telpon Mama kalau Damava sudah bangun ya.."
"Oh, masih tidur? Yasudah.. kalau gitu Mama tutup dulu ya.. jaga kesehatan kamu, Gaia."
Pip
Gaia menghela nafas lega sebelum berbalik menuju lantai atas barangkali Damava ada di balkon kamar mereka, namun belum sempat ia menginjak tanggaㅡSuara Jehano mengintruksinya untuk berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ii. APOLOGIZE
FanfictionSiapakah yang bersalah? Siapakah yang harus meminta maaf? Dan, kepada siapakah harus meminta maaf?