Hari ini jalanan kota sangat padat. Finola mendengus jengah karena sudah 10 menit mobilnya tak kunjung jalan akibat macetnya jalanan. Sebenarnya kelas dimulai jam 11. Dikarenakan tidak ingin telat, Finola berangkat lebih awal. Niatnya sih begitu, kalau macet panjang begini sama saja bohong.
Sudah begitu sesekali matanya melirik ke arah samping, di mana Neo tengah duduk dengan santainya sambil memakan sandwich miliknya. Bukannya menyetir laki-laki itu malah enak-enakkan. Finola pun jengkel dibuatnya.
Pada pukul 8 tadi, Neo sudah tiba di rumahnya tengah menonton televisi. Untungnya Fino sudah pergi ke sekolah. Awalnya ada perdebatan di antara mereka sampai akhirnya Finola hanya bisa pasrah sampai sekarang ini.
"Heh, sisain satu buat gue." Finola baru membuka suara lagi setelah 15 menit lamanya ia diam.
"Aaaa!" Neo menyodorkan sandwich dengan maksud ingin menyuapi Finola. Namun, Finola menolak mentah-mentah.
"Apaan sih? Siniin!"
"Lo kan lagi nyetir, biar gue yang suapin. Buka mulutnya."
"Lo gak lihat, heh? Dari tadi kita diam di tempat gara-gara macet," kata Finola mendelik kesal.
Neo mangut-mangut saja. Saat menatap ke depan, barisan mobil itu pun berjalan. "Tuh jalan."
Lagi-lagi Finola mendengus. Ia menyetir mobil kembali. Untungnya sudah tidak macet dan jalanan pun kembali normal.
"Sambil makan nih, biar gue yang suapin," ujar Neo seraya menyodorkan sandwich tersebut dekat mulut Finola.
Terpaksa Finola membuka mulutnya. Dua kata untuk rasa sandwich ini, enak sekali. Bukan seperti sandwich pada umumnya yang biasa ia makan, tapi sandwich ini rasanya sangat enak. Finola tidak menyangka Neo pandai membuatnya.
Benar, memang Neo yang membuatnya saat Finola tengah bersiap-siap di kamar. Awalnya Neo hanya iseng karena perutnya merasa lapar, ia pun pergi ke dapur sendiri membuat sandwich. Karena langsung terpikirkan pada Finola, dibuatlah empat potong sandwich.
"Lo pakai bahan apa aja bikin sandwich?" tanya Finola penasaran.
"Kenapa? Enak ya?" Neo bertanya balik seraya tersenyum.
Finola berdehem. "Beda aja gitu dari sandwich yang sering gue makan sebelumnya."
"Pakai bahan-bahan biasanya kok." Neo kembali menyuapi Finola. Lahap juga gadis itu makan mengingat tadi sebelum berangkat tidak sarapan.
"Kalau gue ke kelas nanti lo mau diam di dalam mobil aja gitu nunggu gue keluar?"
"Nggak, nanti lo turunin gue di jalan yang gue tunjuk."
Sempat bergelut dalam pikiran Finola, di mana rumah Neo? Kenapa tidak pulang saja dan malah menginap di rumahnya? Ingin sebenarnya ia bertanya, tapi takut disangka kepo. Telan sajalah semua pertanyaan tersebut.
"Stop, Fin. Di sini aja." Neo menunjuk ke arah jalan yang di mana terdapat toko roti cukup besar dengan dua lantai. Hanya saja masih tutup.
Finola menepikan mobilnya. "Lo yakin di sini?"
"Iya. Udah sana kuliah yang benar. Ntar udah lulus lo nikah sama gue," ucap Neo nyeleneh.
Finola merotasikan bola matanya malas. "Mimpi lo."
Finola melanjutkan perjalanannya begitu pintu mobil ditutup Neo. Senyum yang tadi tampak di wajah laki-laki itu seketika hilang begitu seseorang tiba-tiba datang dengan wajah mengejek.
"Dasar berandal! Setelah kabur lima hari dengan gak tahu malunya lo muncul di sini!" sarkas laki-laki yang mirip sekali dengan Neo.
Neo menyeringai bengis. "Gak kebalik? Toko ini punya papa, bukan mama!"

KAMU SEDANG MEMBACA
CAT CURSE
FantasyTerkejut melihat masa lalu kucing yang ia temukan di bawah pohon rambutan, Finola bingung, kenapa kucing tersebut memiliki masa lalu begitu kelam dan menyeramkan? ~o~ Finola Fay memiliki kelebihan yang jarang dimiliki orang lain. Mungkin hanya diri...