5. Bukan Kucing Biasa

141 19 0
                                        


Cahaya matahari masuk melalu jendela kamar. Finola mengerjap mata kala dering ponsel mengganggu tidurnya. Wajar saja, Finola baru bisa tidur pukul empat pagi gara-gara Elisa dengan berbagai pertanyaan terhadap dirinya. Diliriknya jam di dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi.

Finola menerima pangggilan tersebut dan langsung dikagetkan dengan suara teriak dari sebrang sana.

"Finola! Gue lupa hari ini ada kelas pagi huhuhu. Sorry banget ya gue pinjem baju lo," kata Elisa.

"Ya elah, ya udah sana ah. Ganggu gue aja lo!" 

Finola memutuskan sambungannya secara sepihak. Mulutnya menguap, perutnya tiba-tiba berbunyi memberi tanda bahwa dirinya lapar. Ia beranjak dari ranjang, mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi.

Begitu selesai membersihkan diri, Finola membaluti tubuh telanjangnya dengan handuk putih. Begitu juga dengan rambutnya yang baru saja dikeramas. Finola keluar dari kamar mandi, tanpa sadar ada mata tajam tengah memperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah.

"Mulus juga tubuh lo."

Sontak kepalanya langsung menoleh ke belakang melihat laki-laki semalam tengah duduk di tepi ranjang seraya memperhatikannya. Matanya melotot sewot, Finola kembali masuk kamar mandi.

"Bajingan tengik, keluar gak lo?!" jerit Finola mengusir Neo.

"Lihat sedikit gak boleh?"

"Gak ya, brengsek. Keluar!"

"Pelit banget sih. Nanti juga gue lihat semuanya." Alih-alih keluar, Neo malah bersembunyi di dalam lemari pakaian Finola.

Di rasa hening, Finola menyembulkan kepala menelisik kamarnya. Rupanya laki-laki itu sudah keluar dan kini ia bernapas lega. Finola segera keluar untuk memakai baju. Ia ingin cepat-cepat keluar dari rumah ini mengingat hanya ada dirinya dengan laki-lagi brengsek itu.

Saat Finola membuka lemari pakaiannya, ia berteriak histeris melihat laki-laki itu tengah duduk di dalam lemari dengan santainya sembari memainkan bra hitam milik Finola.

"Lo ngapain di dalam lemari gue, brengsek?!" amuk Finola. Astaga, dirinya dibuat emosi pagi ini. 

Neo mengangkat bra tersebut lalu memasangnya sebagai kaca mata. "Gelap."

Finola merebut bra tersebut. "Dasar mesum. Keluar lo!"

Begitu Neo keluar langsung dihadiahi tamparan keras. Pipinya terasa panas, tapi ia tak marah ataupun kesal. Sudah sewajarnya juga sih, harusnya tidak masuk ke dalam lemari pakaian seorang gadis. Apa lagi di sana banyak sekali dalaman. 

"Gue udah nyuruh lo keluar, ngapain lo di dalam situ, brengsek?!" tekan Finola. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Laki-laki menguras habis kesabarannya pagi ini.

"Gue kira ini pintu keluar, ternyata lemari." Neo berbohong, sebenarnya inilah niatnya, mengejutkan Finola. 

"Gue tahu lo gak sebego itu, Neo!"

"Wah akhirnya lo nyebut nama gue. By the way ...." Neo berbisik, "Coba pakai bra sama CD warna hitam. Sexy ditubuh lo yang mulus itu."

Neo melirik ke arah belahan dada Finola. Sang empu menatap bengis dengan wajah merah padam. Tangannya langsung menyilang di dada agar si mesum Neo tidak seenaknya melihat.

"Dasar bajingan tengik!" 

"Berisik, teriak mulu gak capek apa?" Neo mengusap telinganya yang terasa berdengung.

"Gak tahu diri. Udah gue kasih tumpangan tidur sekarang malah nyuri kesempatan. Bajingan mesum! Gak seharusnya lo di sini, brengsek!"

Neo berdecak. "Lo yang bawa ke sini."

CAT CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang