Berbagai jenis bunga begitu indah bermekaran di ladang hijaunya rerumputan. Air sungai mengalir jernih dengan ikan-ikan warna-warni yang cantik. Pemandangan luar biasa, udara sejuk dengan angin sepoi-sepoi menggoyangkan tanaman yang ada.
Di sinilah Finola berada. Tempat asing yang indah mampu membuatnya terpana. Apakah ini surga? Entahlah. Langkah demi langkah bersamaan menghirup udara segar. Rambut terurai beterbangan. Ia mengambil salah satu bunga di sana, mawar putih. Dihirupnya aroma segar bunga tersebut, sungguh nyaman.
Miaw
Atensinya teralih pada suara tersebut. Kucing berbulu putih dengan corak abu-abu di sekeliling matanya. Dengan kaki mungil berjalan menghampiri Finola. Mata biru itu menatap lekat manusia di hadapannya. Tiba-tiba cahaya mengelilingi tubuh kucing itu.
Finola terpejam betapa silaunya cahaya tersebut. Perlahan ia buka mata dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Hai," sapa laki-laki itu seraya tersenyum.
Berpakaian putih seperti dirinya. Finola sempat terpana dengan ketampanan wajah itu. Dengan gugup ia membalas sapaan tersebut, "Hai."
"Tunggu-tunggu." Finola menyipitkan matanya. "Lo kucing tadi?"
Senyum laki-laki itu belum luntur. "Iya."
"Kok bisa?"
"Ya bisa, Finola."
Finola terbelalak. "Lo tahu nama gue?"
Laki-laki itu tertawa. "Hampir seminggu ini lo yang rawat gue."
"Hah?"
Kepalanya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Ia baru sadar kalau kucing tadi memang mirip sekali dengan kucing yang dirawatnya. Tapi kan wujudnya berubah menjadi Neo, bukan laki-laki di hadapannya ini.
"Maksudnya lo yang rawat raga gue," lanjut laki-laki itu.
"Sebenarnya lo ini siapa, dan ini di mana? Kenapa gue bisa ada di sini?"
"Tunggu bulan purnama, Finola, dan lo bakal tahu jawabannya."
Perlahan tubuh laki-laki itu memudar menjadi transparan lalu hilang meninggalkan Finola di tengah kebingungan. Namun, jauh di depan sana Finola melihat sebuah pintu. Tanpa ragu ia berlari ke sana dan masuk ke dalamnya.
~0~
Sedikit demi sedikit mata Finola terbuka. Cahaya lampu membuatnya silau. Ketika sudah sepenuhnya terbuka, ia melihat sekeliling. Ruangan putih beserta bunyi dari alat Elektrokadiograf (EKG) dan bau khas rumah sakit.
Merasa tangannya berat seolah ditimpa sesuatu, Finola menoleh. "Mama?"
Wanita paruh baya yang terlelap sambil memegang tangan Finola pun terbangun seketika. "Finola? Kamu sadar, Nak? Ya ampun, Puji Tuhan. Mama takut kamu kenapa-napa, Sayang."
"Aku gak papa, Ma. Mama kapan pulang?" tanya Finola.
"Seminggu yang lalu. Kamu koma selama seminggu. Ada yang sakit?"
Finola menggeleng. "Maaf ya, Ma. Mama, Papa jadi nunda kerjaan gara-gara aku."
"Gimana mama gak pulang setelah dengar kamu masuk rumah sakit. Anak mama lebih berharga dari apapun," ucap Nora—sang mama. "Mama panggil dokter dulu ya."
Dokter pun datang begitu Nora memanggil untuk memeriksa kondisi Finola. Dokter mengatakan kalau Finola sudah melewati masa komanya dan kini kondisinya sudah membaik. Nora tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih pada dokter itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
CAT CURSE
FantasyTerkejut melihat masa lalu kucing yang ia temukan di bawah pohon rambutan, Finola bingung, kenapa kucing tersebut memiliki masa lalu begitu kelam dan menyeramkan? ~o~ Finola Fay memiliki kelebihan yang jarang dimiliki orang lain. Mungkin hanya diri...