Chapter 7: Kemampuan Ku Harus Di Akui

943 110 0
                                    

Keduanya saling berhadapan dengan pedang di masing-masing tangan. Aleena tahu jika pedang asli memang berat, tapi dia tidak menyangka akan seberat ini!

Padahal awalnya begitu percaya diri untuk mengangkat pedang, namun tangannya justru hampir terkilir. Aleena meringis, tapi mana mungkin dia menyerah semudah itu! Dia sudah menantang Cedric dengan penuh percaya diri seperti itu. Mau di taruh di mana wajahnya kalau sampai menyerah bahkan sebelum bertarung!

Yang penting percaya diri saja dulu, begitu pikirnya.

Meskipun pedang terlalu berat baginya, Aleena masih sedikit percaya diri dengan kemampuan dan strategi berpedang nya. Medali kejuaraan bukanlah lelucon, itu bukti kalau Aleena adalah perempuan yang mampu melakukannya. Itu adalah bukti dari kerja keras dan usahanya selama ini.

Biar saja pedang nya berat, tapi pengalamannya pasti bisa menyelamatkan nya.

Gadis itu bisa melihat Cedric memainkan pedang nya dengan sebelah tangan, tapi emosi wajahnya tidak nampak kesulitan. Justru itu tampak ringan di genggamannya.

Perlahan Aleena yang berhasil mengumpulkan kepercayaan diri, menjadi ciut kembali.

Apakah menantang kakaknya itu adalah pilihan yang benar?

Tuan Winter, Regina dan Calixer menunggu dan menonton dari pinggir lapangan pelatihan. Tuan Winter nampak khawatir dan menggigiti kuku jarinya sambil sesekali menyemangati Aleena dan menyuruhnya agar tidak memaksakan diri.

Regina sendiri melipat kedua tangannya di dada, bersandar pada tiang dengan kedua mata yang mengawasi gerak-gerik adiknya itu. Bagi Aleena, Regina sedang menilai dirinya. Aleena dapat merasakan tatapan Regina tidak sedetikpun meninggalkan nya, bahkan gerakan kecilnya sekalipun.

Calixer sendiri menopang dagunya dengan sebelah tangan, dan tangan satunya memegang roti isi rasa cokelat.

Mendadak Aleena lapar.

"Ekhem. Apa kau sudah siap menata mental adikku?" Wajah Cedric kalem, tapi Aleena bisa merasakan nada sarkas yang teramat kuat dari nada suaranya.

Wah, kakak sulungnya ini meremehkan nya rupanya.

Tidak bisa dibiarkan!

"Aku akan mengalahkan kak Cedric! Bersiaplah!" Aleena menerjang sang kakak dengan penuh percaya diri.

Namun, memang seharusnya manusia tidak terlalu percaya diri berlebihan. Dengan mudahnya Cedric mengalahkan Aleena bahkan sebelum otak gadis itu mencerna situasi. Aleena baru mengeluarkan satu tekhnik nya dan pedangnya sudah terlempar jauh dari genggaman nya. Gadis itu jatuh terjerembab di tanah yang kotor sambil meringis.

Kalah telak!

Tuan Winter berteriak panik dan buru-buru memeriksa keadaan putri kesayangannya itu. Bahkan pria paruh baya itu sudah menangis terisak melihat putri kecilnya yang lemah lembut dan berharga kini terjerembab di atas tanah yang kotor.

Cedric tersenyum miring dari tempatnya berdiri, menatap tepat ke mata Aleena, seakan mengatakan jika gadis itu tidak akan pernah bisa mengalahkan nya.

Aleena mengepalkan tangannya, kalau sudah seperti ini apa boleh buat? Yang dia lawan jelas ahli pedang yang setiap hari bertarung menggunakan pedang. Bahkan mungkin Cedric menghadapi bahaya kematian setiap kali dia pergi ke gate. Aleena pasti terlihat sangat mudah di matanya.

"Bagaimana adikku? Masih mau mencoba?" Cedric tersenyum hangat. Tapi di mata Aleena, senyum itu sama sekali tidak hangat. Justru terkesan mengejek untuk membuat Aleena kesal.

Aleena mengerucutkan bibirnya, "tapi bagaimana kemampuan ku? Meskipun aku tidak bisa mengalahkan kak Ed, tapi aku bisa menangkis serangan kakak sebanyak empat kali." Aleena mengangkat empat jarinya dengan cepat.

Destroying The PlotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang