Hari itu agenda Aleena adalah duduk diam di sudut taman sambil melamun memikirkan masa depan. Sebenarnya daripada memikirkan masa depan, Aleena lebih condong ke halu dan mengkhayal jika dia melakukan sesuatu yang ekstrem maka apa yang akan terjadi.
Dengan sebuah bantal di tangan kanan dan cemilan di tangan kiri, Aleena berjalan santai menuju area taman. Di pikir-pikir lagi kegiatan bersantai dan memanjakan ini hampir menjadi rutinitas gadis itu di waktu senggangnya.
Dia berpikir hari itu akan sama saja seperti sebelumnya, tenang dan damai.
Namun nyatanya hari itu ada satu pemandangan yang membuat keningnya berkerut.
Tak jauh dari tempatnya berdiri pelatih barunya yang resmi mengajari nya sejak empat hari yang lalu itu kini berdiri tegak, terdiam sambil memandangi bunga tulip yang ada di depannya. Wajahnya sangat serius, bahkan tidak terganggu oleh kehadiran Aleena di sebelah nya.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Sedang memikirkan apakah tulip cocok untuk nya."
Aleena mengangkat sebelah alisnya. Apa? Apa maksudnya barusan?
"Memangnya mau di kasih ke siapa?" Iseng saja Aleena bertanya.
"Tentu saja untuk nona Reg-- astaga lady?!" Theodor refleks melompat mundur karena terkejut dengan kehadiran Aleena yang tiba-tiba di sebelahnya.
Aleena berkedip bingung melihat reaksi lelaki itu sebelum akhirnya memasang cengiran jahil. "Oh? Tulip untuk kak Gina?"
Wajah Theodor memerah sempurna bahkan terlihag gugup dan salah tingkah. Berbanding terbalik dengan kesan pertama yang dia tunjukkan, dimana Theodor terlihat seperti orang yang kaku tegas dan seperti anti dengan hubungan asmara.
Memang benar jangan menilai orang dari covernya.
"Lady ini tidak seperti yang anda pikirkan." Theodor mengucapkan dialog klasik yang sering dia baca di novel.
"Memangnya apa yang tengah aku pikirkan?" Semakin semangat gadis itu untuk menjahili lelaki yang kini berwajah frustasi itu.
"Maksud saya bukan menjurus kesana. Saya hanya ingin memberi bunga sebagai ucapan terima kasih kepada nona Regina." Dia masih berusaha menjelaskan.
"Lalu menurut mu aku akan percaya? Tingkah dan gelagat mu seperti orang tengah jatuh cinta. Kau pikir aku bodoh. Atau memang selama ini kau menganggap aku begitu?" Aleena berkacak pinggang, pura-pura marah.
"Bukan seperti itu lady, anda salah paham, saya--"
"Padahal kau bisa saja jujur padaku, buat apa menyembunyikan perasaan mu. Lagipula kau itu kan pelatih ku. Kalau urusan seperti ini saja kau berbohong padaku, bagaimana aku bisa mempercayai mu untuk membimbing ku kedepan nya?" Aleena semakin memprovokasi Theodor yang mulai terlihat goyah.
Pada akhirnya mungkin kalimat Aleena berhasil membuat lelaki itu menyerah dan tidak mampu berdebat lagi. Theodor berlutut di depan Aleena, dengan wajah memerah sempurna. "Baiklah saya mengakui apa yang anda pikirkan tentang saya adalah kebenarannya. Saya tidak akan mengelak lagi, kalau saya menyukai nona Regina."
"Oohh? Ternyata kau benar-benar suka kak Gina? Padahal barusan aku hanya menggertak!" Aleena tertawa terbahak-bahak. Wajah termenung dan syok yang di tunjukkan Theodor setelah mendengar ucapannya betul-betul sangat lucu!
"Sudah kuduga kau sama saja jahil nya dengan ku kak."
Untuk kali ini Aleena tidak terkejut lagi. Dia melirik adiknya yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di sebelah nya, ikut menatap Theodor yang masih syok di tempat nya. "Wah, hebat. Kali ini kau tidak kaget."
"Jantung ku sudah terbiasa dengan kehadiran hantu seperti mu." Aleena memutar bola matanya.
"Omong-omong, koreksi. Aku tidak sejahil kau. Aku melakukan ini karena ingin mendapatkan kebenaran dari pelatih ku." Aleena mengerling nakal.
Mengapa justru Aleena yang sangat bersemangat dengan hal ini? Itu karena di novel Regina dan Theodor merupakan pasangan asli. Meskipun jarang di ceritakan, tapi mereka menjadi salah satu pasangan favorit Aleena.
Setelah di perkenalkan pada Theodor, malam harinya Aleena ingat tentang siapa lelaki itu. Nama asli Theodor adalah Xior, dan Theodor merupakan nama samarannya ketika sedang bekerja. Karena itu Aleena kurang familiar. Di novel sendiri nama Theodor hanya di sebutkan sebanyak tiga kali.
Di novel sendiri pasangan ini bertemu secara tidak sengaja di bar, ketika Regina baru menyelesaikan misi yang di berikan Kekaisaran. Kebetulan Theodor sendiri adalah kakak laki-laki dari teman sekamar Alecto ketika masih belajar di akademi. Keduanya bertemu dan merasa cocok satu sama lain kemudian menjalin hubungan.
Singkat tapi membekas dalam ingatan Aleena.
Di masa sekarang ini, pertemuan keduanya berubah karena Aleena sendiri. Aleena merubah takdirnya yang berdampak juga pada perubahan takdir orang-orang di sekitarnya. Termasuk pertemuan kakak perempuan nya dan Theodor.
Karena itu Aleena merasa bertanggung jawab atas perubahan signifikan itu. Dia akan mendukung penuh hubungan keduanya agar hanya pertemuan saja yang berbeda, hubungan kedua nya harus tetap sama seperti di dalam novel. Dalam dan romantis.
Calixer mengangkat bahu acuh. Dia ikut menatap jahil Theodor, "aku tahu kakak ku sangat cantik dan mempesona, tapi aku tidak mengayangka seseorang akan menyukai nya secepat ini."
"Tentu saja. Semua orang di dunia tahu bahwa kak Gina sangaaaatt cantik, benar kan pelatih Theo~"
Theodor terlihat seperti akan mati karena malu, membuat kakak beradik Winter itu semakin tertawa puas. Menjahili orang yang tengah kasmaran benar-benar seru.
"Sa--saya mohon tolong jangan katakan apa yang terjadi saat ini pada nona Regina, bahkan perasaan saya. Saya tidak ingin menghancurkan hubungan pertemanan yang baru kami bangun." Theodor terlihat benar-benar memohon, dan Aleena jadi tidak tega menjahili nya lebih jauh. Tampaknya Calixer juga merasakan hal yang sama.
"Baiklah, aku juga tidak berniat mencampuri kehidupan asmara seseorang di saat kehidupan asmaraku sendiri pun berantakan. Lakukan sesukamu, tapi kau perlu tahu, bahwa aku mendukung mu sepenuhnya, Tuan Theodor. Menurut ku kau sangat pantas untuk berdampingan dengan kakak. Jadi oleh karena itu, berjuanglah untuk mendapatkan hati kakak. Aku ada di pihak mu." Aleena tersenyum tulus.
Mungkin Aleena memang merasa bertanggungjawab, tapi dia tidak punya hak untuk ikut campur dalam proses percintaan keduanya. Dia hanya akan mendukung mereka berdua, memberi saran ketika di minta, dan melindungi mereka berdua jikalau suatu hari nanti ada tantangan sulit yang akan mereka hadapi.
Itu janji pada dirinya sendiri.
Ternyata Calixer juga memikirkan hal yang sama. "Aku tidak bisa melihat lelaki lain yang cocok bersanding dengan kakakku yang sempurna itu selain tuan Theodor. Karena itu aku dan kak Leena akan berada di pihak mu."
Mungkin entah karena suasana hati atau memang Theodor begitu terharu, dia menarik kedua kakak beradik itu mendekat dan memeluk mereka dengan sangat erat. "Terima kasih banyak."
Aleena dan Calixer tertawa. Mereka serempak balas menepuk-nepuk lembut punggung lebar dan kokoh Theodor, "baiklah, sebagai gantinya kau harus benar-benar melatih ku agar aku bisa menjadi orang yang sesuai dengan harapan kak Ed."
"Tentu saja, saya akan pastikan itu."
TBC
Sebelum masuk ke alur utama, di awal memang aku mau mengembangkan chemistry di antara anak-anak keluarga Winter dulu. Terutama menjelaskan bagaimana perjalanan Aleena bergabung ke guild dan sebagainya. Jadi kalau di awal-awal kalian merasa alurnya lambat, mohon bersabar ya wkwkwk
Omong-omong ini pertama kalinya aku nulis note ya? Sebenarnya di awal aku pengen tulis note, tapi takut kalian terganggu bacanya. Dan setelah kupikir lagi lebih bagus buat tulis note sih, jadi nanti di beberapa chapter aku tulis note deh
Terima kasih buat yang sudah mampir dan membaca cerita ini. Sampai jumpa di next chapter!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
Fantasía[CERITA INI DI PINDAH KE AKUN @IchaSunny] Aleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dar...